He Xiaoman mendengarkan perkataan dari Huo Yao, wajahnya langsung berubah menjadi kesal, "Huo Yao, apakah ada masalah dengan otakmu!"
Sudut mulut Huo Yao seketika terangkat dan dengan bermalas-malasan berbaring di atas ranjangnya. Matanya yang indah itu menatap ke langit-langit kamar dan berkata dengan lembut, "Kalau bukan konglomerat dunia, siapa yang memberikanmu keberanian untuk berlagak denganku?"
'Hah… Tidak bisakah menjadi orang yang baik-baik saja?' Huo Yao menghela nafas lalu mengakhiri telepon itu.
He Xiaoman yang mendengar suara "tut.. tut... tut…!" dari ponselnya, langsung menjadi murka sampai gemetar. Ia melempar ponselnya ke atas meja. Namun karena terlalu kuat, ponsel itu pun jatuh ke lantai.
Lu Xia yang berdiri di sampingnya itu langsung ketakutan karena merasakan emosi ibunya. Ia dengan cepat membungkuk dan mengambil ponsel yang terjatuh di lantai. Menyadari layar ponsel itu sudah pecah, ia pun meletakkannya di atas meja lagi.
Segera Lu Xia duduk di samping He Xiaoman. Ia pun mengulurkan tangan dan menepuk pelan-pelan dan lembut pundaknya.
"Ibu... Ibu jangan marah dan jangan memperdulikan Huo Yao lagi. Dia dari kecil tinggal di rumah nenek dan membuat sifatnya jadi liar. Oleh sebab itu, ketika dia berbicara sangat kasar, Ibu jangan terpancing emosinya. Kalau kesal sampai membuat Ibu sakit, nanti hal itu akan merugikan diri sendiri."
Lu Xia yang berbicara seperti ini memang mengetahui semua pembicaraan Huo Yao. Saat He Xiaoman menghubungi Huo Yao, ia sengaja menggunakan speaker utama untuk mendengarkan ucapannya.
Sejujurnya, Lu Xia juga sangat terkejut dengan sikap Huo Yao ini. Walaupun suaranya terdengar sangat biasa, tetapi perkataannya itu membuat orang dengan mudah merasakan keangkuhannya.
He Xiaoman sendiri juga orang yang sangat menjaga harga dirinya. Saat mendengar perkataan dari Huo Yao yang seperti itu, ia pasti akan marah.
Lu Xia pun mengatakan beberapa kata yang menghibur lagi, tidak lama kemudian wajah He Xiaoman menjadi lebih baik. He Xiaoman pun melihat putri kandungnya yang baik dan penurut itu, ia mengusap kepalanya dan sudah kembali menjadi tenang, "Putriku memang yang terbaik."
He Xiaoman sangat bersyukur telah menyelesaikan masalah bayi yang tertukar ini. Kalau ia masih bersama dengan putri angkatnya itu, cepat atau lambat pasti akan membuatnya kesal sampai mati.
Setelah menarik napas yang dalam, He Xiaoman memikirkan tujuan utamanya menunggu di sini. Ia membungkukkan badan dan mengambil sebuah kartu dari tas kecil di sampingnya, lalu memberikan kartu itu kepada Lu Xia.
"Kamu akan mulai sekolah, di dalam kartu debit ini ada lima ratus ribu yuan. Kamu bisa memakainya dulu. Kalau tidak cukup, kamu bilang saja kepada ibu, ya!"
Lu Xia yang mendengarnya hanya mengambil kartu debit tersebut untuk melihatnya, tetapi ia segera mengembalikan kartu tersebut kepada ibunya, "Ibu, aku masih ada uang. Uang yang Ibu berikan kemarin masih belum habis terpakai."
Namun, He Xiaoman masih tetap memberikan kartu itu kepada Lu Xia, "Kamu sebagai anak dari keluarga Lu tidak boleh terlihat lebih kusam daripada orang lain. Kamu sekarang sudah bergabung dalam salah satu program televisi dan tidak sedikit orang yang mengenalmu. Kamu harus terlihat menawan dan cantik."
Lu Xia pun kembali memperhatikan kartu yang ada di tangannya itu. Ia pun mengangkat kepala dan tersenyum sambil berkata, "Terima kasih, Bu."
******
Di rumah keluarga Huo, setelah Huo Yao menutup telepon, ia bersiap untuk mandi dan berencana segera tidur setelahnya. Ia baru mengeluarkan bajunya dari lemari baju dan seketika mendengar ada suara ketukan pintu di kamarnya.
"Yaoyao, kamu sudah tidur?" Ternyata Song Ning yang memanggilnya dari luar kamar.
Huo Yao berpikir sejenak lalu menyimpan kembali baju tidurnya ke lemari. Ia pun berjalan ke pintu dan membukakan pintunya.
Song Ning melihat putrinya yang pendiam dan penurut itu. Ia pun memikirkan sikap dari putra pertamanya malam ini dan membuatnya bertanya dengan lembut, "Apakah kamu masih marah dengan kakak pertamamu?"
Huo Yao bertanya dengan ekspresi bingung, "Apa?"
Song Ning menatapnya dengan pandangan tidak mengerti, ia merasa bahwa putrinya sama sekali tidak memperdulikan kejadian makan malam tadi. Song Ning pun menghela napas lega, tetapi juga merasa agak sedih.
Song Ning pun seketika berkata, "Kakak pertamamu terkadang memang agak kasar dan tidak memperdulikan perasaanmu. Yaoyao, kamu jangan marah, ya!"
Huo Yao baru mengerti maksud dari Song Ning, ia pun menjawab, "Aku mengerti, aku tidak marah."