Mereka berenam akhirnya keluar hidup-hidup dari warung Bakso itu. Setelah Peristiwa kak Naga dan kak Tyas tersedak, tidak ada percakapan penting yang terjadi, atau Jasmina menolak untuk mengingat diskusi-diskusi yang terjadi. Dia cuma ingin semua makan dengan Khidmat dan cepat selesai. Kak Naga segera berlari ke apotik terdekat untuk membeli entah apalah yang bisa melegakan iritasi di tenggorokan dan hidung. Sepertinya ada sedikit "cedera" akibat tersedak kuah bakso ahahahahahaha
"Ok, aku bawa mobil nih. Ya ga muat berenam sih, tapi kalo ada yang mau aku anterin, ayo aja", ajak kak Miko sambil memandang Jasmina dan Bagas. Jasmina dan Bagas saling berpandangan dan sedetik kemudian mereka melambaikan tangan mereka dan kompak berkata, "Ga usah kak Miko. Deket gini. Rumah kita 20 menit jalan kaki juga uda sampe kok". Kak Miko tampak agak murung. Kak Miko menatap gelang rantai Jasmina yang tampak berilauan oleh matahari menjelang sore.
"Biarin aja lagi kak, mereka kan mau lanjut pacaran. Udah ah kita ga usah gangguin", celoteh Gianni sambil memeluk lengan kak Miko dan menyeretnya pelan. Ciiihhhhh. Bagas dan Jasmina kompak menatap mereka dengan tatapan... "Amazed". Mereka berempat akhirnya menatap kak Naga dan Kak Tyas. Yang ditatap salah tingkah dan saling memandang.
"Aku sih bawa mobil juga. Biar aku anterin Tyas. Ok bye kalian semua. Sana pulang!", perintah kak Naga. Bagas dan Jasmina sontak tertawa kecil dan berkata "Siap KAK!", mereka berempat beranjak meninggalkan Tyas dan Naga. "Hemm, perasaan kost kak Tyas itu cuma jarak 500 meter aja deh dari warung bakso", gumam Jasmina dalam hati. Gadis itu tersenyum geli.
"Kamu ga usah pake acara anterin aku segala. NOHHHHH rumah aku sono nohhhh", kak Tyas menunjuk ujung jalan.
"Ya udah aku anterin, sekalian lewat aja kok", jawab kak Naga.
"Ga usaahhhh, jalan kaki juga bisa!!!!", elak kak Tyas mengambil aba-aba akan berjalan.
"Iyaaaaa, aku anterin jalan kaki juga bisa kok", tegas kak Naga lagi.
"Hahhhh ngapain kamu pergi 500 meter, balik lagi 500 meter, jalan lagi 200 meter ke tempat parkir buat ambil mobil, trus pulang? Ga kerjaan aja!", kak Tyas melipat tangannya dan mengibas rambut sebahunya dengan frustasi. Susah banget nih ngomong ama pangeran.
"Urusan kamu apa kalo aku mau bolak-balik mau semeter, mau sekilo, mau sampe Bandung?", kak Naga bertanya dengan sarkastis sambil berkacak pinggang. Pura-pura ngambek. Kak Tyas jadi agak menyesal. Naga kan Cuma berniat baik ya. Kemudian kak Tyas menurunkan lipatan tangannya dan berdiri mematung.
"....nanti kamu capek...", jawab kak Tyas pelan. Kak Naga menghentikan ambekannya dan menatap tajam ke kak Tyas. Kali ini, Kak Tyas kontan kembali melipat tangannya dan menjauhi pandangannya dari kak Naga.
"Jadi kamu kuatir? Takut aku capek? Apa gara-gara itu gak mau aku anterin?", tanya kak Naga dengan lembut.
"Ya udah kalo kamu mau nganterin, ga usah banyak omong. Ayo jalan!", kata kak Tyas sambil mulai berjalan ke arah pulang. Tapi Naga bisa melihat sekilas Tyas tersenyum atau bahkan nyaris tertawa. Naga tersenyum sumringah dan menyusul Tyas.
"Jadi bener apa Jasmina? Kita uda pacaran?", tanya kak Naga dengan penuh harap.
"Ogggaaahhhhhhhh", Tyas mantap menjawab
----
Bagas dan Jasmina berjalan pelan dan masih sambil tertawa mengingat kejadian di warung bakso. Setelah perjanjian mereka kemaren, tidak ada tatapan, percakapan bahkan candaan dingin dan sarkastis diantara mereka. Ketika mereka berdua, mereka seakan seperti 2 orang sahabat kecil yang tidak sabar untuk berbagi mainan, makanan dan cerita. Tertawa mereka lepas, mereka rebutan untuk saling berbicara, bahkan sampai menimpali omongan satu sama lain. Bila mereka saling hina (becanda), tidak jarang beberapa barang bisa melayang menimpuk Bagas atau Jasmina. Hanya ketika mereka berdua.
"Kamu sedih gak tadi liat kak Miko sama anak kelas 10 itu tadi? Centil banget yak?", tanya Bagas.
"Hahahah kamu belagu amat sih Gas? Gianni itu jelas-jelas copy paste dari Sharon tau gak? Gayanya, centilnya, sombongnya!", kata Jasmina mengejek Bagas sambil tertawa ngakak. Bagas ikut tertawa dan siap-siap menimpuk Jasmina dengan ranselnya.
"Sialaaannn lu Jasminaaaa!!! Awas loh ya!!", seru Bagas becanda sambil mengejar Jasmina yang sudah mulai berlari kencang. Bagas dapat mengejarnya, menarik ransel ungunya. Ia membenamkan ransel hitamnya ke atas kepala Jasmina sampai gadis itu berteriak-teriak minta tolong. Tentunya juga becanda. Ketika akhirnya Bagas menghentikan tingkahnya, mereka kembali lagi tertawa sambil berjalan pulang.
Bagas dan Jasmina telah sampai di taman bermain di kompleks perumahan mereka. Jasmina duduk di salah satu kursi panjang disitu sedangkan Bagas mengambil posisi duduk di salah satu ayunan. Jasmina membuka tasnya dan mengeluarkan buku yang pernah Bagas belikan di toko buku ruko. Buku kesukaan kak Miko: "Last Destination: Five Ways To Your Heart. Jasmina sudah membaca buku itu sampai 3 kali bolak-balik. Beberapa bagian penting bahkan sudah ia tandai dengan bendera warna-warni dan ia stabilo. Segitunya! Ia akui, buku itu memang sangat menarik dan bagus. Sangat menarik karena, mungkin, itu buku yang kak Miko baca. Seakan-akan ketika Jasmina membaca buku itu, ia ingin menyelami pikiran kak Miko.
"Bagas! Kamu inget buku ini?", tanya Jasmina sambil memamerkan buku itu ke Bagas. Bagas melihatnya sambil mengernyitkan dahinya, tapi sedetik kemudian ia mengangguk dan mengayunkan badannya maju dan mundur di ayunan kecil itu. "Jadi buku ini "Literally" lebih bagus dari mbah Google. Dia ngajarin kita bagaimana cara mengejar orang yang kita sukai, tapi melalui cerita. Banyak tips-tips menarik disini, dijelasin pake cerita dan gambar malah".
"Ceritanya happy ending ato enggak?", tanya Bagas acuh.
"Gak penting Bagas, mau ceritanya happy ending, mau anak mudanya akhirnya kawin dan punya anak atau apalah. Yang penting kita bisa mengutip cara-cara dia dan mengaplikasikan sama masalah kita aja. Kita anggap aja ini buku Fisika yang berisi banyak banget formula penting. Tiba-tiba kamu dihadapkan oleh masalah momentum lah, friksi lah, atau apalah yang berhubungan ama fisika. Nah kamu ambil yang kamu butuhin. Kamu ga butuh kan apa yang terjadi di akhir buku fisika itu? Biasanya juga cuma biodata sang penyusun buku", jelas Jasmina dengan bibir manyun dan mulai membolak-balikkan buku itu.
Bagas tertawa ngakak! Hahahahaha. Harus Bagas akui. Berbicara dengan Jasmina memang tidak pernah bosan. Selalu ada topik-topik lucu yang bisa dia bahas. Bila Bagas sedang membahas sebuah topik atau sedang curhat, Jasmina bisa dengan sangat sabar mendengarkan dan pada akhirnya memberikan opini-opini menarik "out of the box".
Kalau Bagas sedang sedih atau galau, ia akan berusaha untuk simpati dan empati. Ia akan memposisikan dirinya di posisi Bagas dan memberikan saran tanpa "Judging". Bila Bagas ingin di hibur, Jasmina punya sejuta cerita aneh-aneh. Mulai dari teman-temannya di sanggar lah, kelakuan kak Gading lah, dia benar-benar berbakat menjadi seorang stand up comedian.
"Beberapa mungkin melihat Jasmina sebagai paket komplit entertainment lengkap dengan body super. Justru itu daya tariknya. Well, sekarang dia sudah gak besar lagi, tapi kepribadiannya tidak berubah. Banyak yang menyangka Jasmina pandai bicara. Tapi justru kelebihan utamanya adalah, dia sangat pandai mendengar", Gumam Bagas dalam hati.
"Seperti kata David Oxberg, dalam art of listening, "Being listened to is so close to being loved that most people cannot tell the difference." Jasmina membuat orang-orang merasa dicintai dengan cara indahnya mendengarkan. Ketika kita mendapatkan perhatiannya dan mendengar isi hati kita, kadang kita bingung apakah kita sudah dicintai oleh gadis itu?".
Dengan caranya mendengarkan Bagas, apakah Jasmina pernah mencintainya? Apakah ia masih menyukai kak Miko? Bagaimana cara gadis itu mendengarkannya?