Bruno seketika langsung tertegun, matanya terbeliak. Untuk sekian lamanya, ia bisa melihat tatapan dingin Max pada saat mereka pertama kali bertemu. Bruno sempat kerepotan karena Max pada saat itu sangatlah cuek dan tak merespon terhadap perkataannya. Dan sekarang, ia kembali melihat tatapan itu. Bruno seketika menghela napas seraya menundukkan kepala.
"Terserah kau saja," kata Bruno mengalihkan pandagannya, sedikit ketakutan dengan tatapan itu, seakan Max akan membunuhnya jika ia berniat melawannya. Bruno melepaskan tangannya dari kerahnya, Arstya pun semakin tenang setelah kepala mereka sudah mulai dingin kembali.
"Hahaha… Apa yang kalian ributkan? Sesama orang desa saja saling berantem! Memang pantas jika kalian orang desa dicap sebagai beban Kerajaan Okuba," kata pemuda itu.