Ia tahu mengapa dirinya seperti itu. Namun Bruno terus berjalan, namun semakin ia memaksa dirinya, tubuhnya juga hilang semakin cepat. Ia merengek, memohon.
"Aku mohon. Jangan hilang dulu. Aku hanya ingin melihat wajah mereka, karena mereka sempat memanggil namaku. Untuk apa aku ditunjukkan mimpi sesingkat ini, yang pada akhirnya hanya membuat rasa penasaranku bertambah? Aku mohon! Izinkan aku sebentar saja!" Bruno teriak histeris.
Kemudian wanita itu membuka pintu rumahnya dengan cukup keras, diikuti pria itu yang saat ini sedang memeluknya.
"Lo, tadi aku manggil siapa, ya? Kok tiba-tiba lupa?" Wanita itu memegang kepalanya, seakan ia bertanya pada dirinya atas perbuatannya tadi.
"Kok kamu malah bingung sendiri, sayang? Aku tidak mendengar nama siapa yang kamu panggil." Pria itu sama sekali tak berbohong pada pasangannya. Pasalnya tadi ia sedang berada di gudang yang cukup kedap suara.
"Aduh, kenapa aneh gini, ya?"