Mata Jade pria berambut kemerahan menatap tamu yang berpakaian mewah. Zoot suit Artemis buatan tangan yang dipesan secara khusus memancarkan hawa berbahaya sekaligus menggoda. Cerutu dan asap melingkar di mulutnya membuat dia tampak bossy sekaligus menakutkan dan tampan.
"Tuan Redstone, senang bertemu denganmu," sapa Smith.
"Aku senang kau mau menyanggupi tawaranku." Meskipun nada suaranya sopan tapi tak ada niat merendah di sana.
"Hanya orang idiot yang menolak tawaran menarik, aku bukan orang yang menolak tawaran yang menarik." jawab pria bermarga Redstone, salah satu the Godfather Mafia dari Nevada.
"Bisa kulihat kita memiliki kesamaan fisi, Dimitri. Aku mencium aroma kesepakatan, " ucap Smith. Dia berbicara tanpa mengambil cerutunya.
"Aku harap demikian, " ucap Dimitri.
"Kami membutuhkan senjata itu. Permintaan untuk dikirim ke pelanggan kami meningkat, aku hampir gila karena teriakan mereka yang menginginkan senjata secepatnya, bisakah kau mengatasi hal itu? "
"Jawabannya ada padamu. Bisa atau tidak masalah itu teratasi maka kita harus sepakat soal harga di sini. Secepatnya, " mata itu menatap dingin Smith, lalu mengalihkan pada wanita yang berliuk- liuk di atas panggung sambil telanjang. Matanya menatap dingin wanita di sana. Lalu mengalihkan perhatiannya pada pria di depannya ini lagi.
Smith mengambil selembar cek dari balik jas panjang hitamnya. Gerakannya yang santai terkesan acuh tak acuh. Sikap yang hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang memiliki cukup kekuasaan untuk menjatuhkan seluruh kota.
Dimitri mengambil lembaran cek yang Smith keluarkan. Mengamati sebelum tersenyum tipis.
"Sesuai dugaan, kau bisa berbisnis. Harga ini cukup menarik, " ucap Dimitri puas. Dia menyerahkan kembali cek tersebut pada Smith.
Cek tidak berlaku dalam transaksi ilegal ini. Mereka harus mencairkan jumlah uang tersebut sesuai dengan nominal yang tertera di cek. Dan anak buah Dimitri akan menunjukkan senjata pesanan yang mereka bawa.
Jon--asisten Dimitri melihat Smith menunjukkan nominal yang cukup tinggi. Sudut bibirnya melengkung sedikit lalu mengangguk senang. Dia berjalan membelah kerumunan manusia di club bersama dengan tangan kanan Smith. Mereka yang bertugas menyelesaikan transaksi panas ini.
Smith menghela nafas puas. Matanya berkilat senang dan menjabat tangan Dimitri. Transaksi selesai, tinggal menunggu kabar dari tangan kanan masing-masih.
Akhirnya mereka menghabiskan waktu dengan menikmati denyutan energi dari hingar-bingar club yang semakin panas. Para wanita yang dipesan mulai menunjukkan ahlinya. Mereka merayu, menempelkan bagian intim mereka dan berusaha keras mendapatkan perhatian dari dua tamu istemewa namun berbahaya ini.
Klik.
Lampu di atas panggung dimatikan.
Sontak hal itu menarik kewaspadaan dari kedua pihak. Entah dari sisi Blackfire atau Redstone, langsung memasang gesture menyerang. Tangan dari masing-masing kubu berada di jas yang mereka kenakan dimana gesper sarung senjata mereka bersarang.
🎶🎶
Suara musik bergetar memenuhi ruangan club. Keheningan menyesakkan perlahan berubah menjadi alunan yang memancing gairah.
Disaat itu pula Dimitri melihat lampu sedikit dimatikan untuk memperjelas siluet wanita yang hendak menari. Lagu menghanyutkan mulai menghipnotis para pengunjung.
Wanita dari balik kertas itu mulai me. Siluet nakal di layar terus memikat mata yang melihat. Rasa penasaran merayap di hati pengunjung untuk mengetahui apa yang terjadi pada layar bersiluet itu.
Anak buah Blackfire maupun Redstone menghela nafas lega. Mereka melepas sikap waspada dan kembali bersantai.
"Tubuhnya cukup bagus meskipun berada di balik papan layar sialan." Dimitri berguman tanpa sadar.
"Kau benar," ucap Smith.
Dia mulai penasaran dengan wanita yang menari di balik papan layar itu. Hatinya seolah digaruk dengan rasa penasaran yang menyenangkan.
'Wanita seperti apa dia? Dia mampu menarik perhatian kaum pria hanya dengan siluetnya saja. Hem menarik, ' batin Smith Blackfire.
Sedangkan Dimitri Redstone hanya diam menikmati Cosmos di tangannya. Namun mata jade yang misterius itu tidak lepas dari layar.
Patricia yang menari tidak menyadari bahaya yang mengancam. Gadis itu masih beraksi dengan memutar pinggul, menghentak bahu dan segala posisi yang indah. Di tengah menarinya, tiba-tiba Patricia melakukan gerakan membuka baju yang ia kenakan. Gerakan dasyat yang membuat Dimitri maupun Smith melotot.
Dimitri hampir tersedak Cosmos-nya dan Smith sudah menjatuhkan cerutunya dari mulut. Mereka tercengang, begitu pula para pengunjung yang lain.
Smith Blackfire mengumpat setelah merasakan rasa panas yang membakar pahanya karena sibuk memperhatikan penari di layar. Dia segera menepis cerutu tersebut dan mengibaskan tangannya untuk mematikan kain yang sedikit terbakar.
Dimitri tidak menyadari tingkah Smith yang celananya sedikit terbakar. Dia terlalu tertegun dengan aksi penari itu.
'Ini mengejutkan, ' batin Dimitri.
'Aku akan menghukum kucing nakal yang berani membuatku kehilangan fokus,' batin Smith.
Rupanya, korban dari aksi Patricia tidak hanya mereka berdua. Di lantai bawah, para pria tidak sengaja menjatuhkan minuman atau menabrak seseorang. Ini semua akibat gerakan dadakan sang penari.
Seandainya penari tadi langsung tampil telanjang seperti wanita di panggung sana mereka berdua tidak akan kaget. Tapi gerakan melepas baju secara tiba-tiba itu sungguh seperti letusan pistol di dada kedua Godfather.
Di meja dekat bartender, Max menepuk jidatnya karena Patricia melakukan aksi yang mamatikan. Jika di hari biasa maka Max tidak akan khawatir. Tetapi saat ini Patricia seperti mengundang harimau untuk menerkam dirinya.
Firasat buruk mulai menyapa Max saat matanya secara tidak sengaja melihat Smith Redford menandang Patricia seperti mangsa yang lezat. Pria yang berada di ruang VIP tersebut seperti tidak sabar menarik Patricia dari panggung.
'Bahaya, aku harus segera menyembunyikan Patricia dari sini, ' batin Max.
Keringat mulai menetes karena ketegangan yang menghantui dirinya.
"Ada masalah, Max? " tanya Jimmy, sang bartender.
"Ada, masalah yang sangat besar. "
"Wow, sudah lama kau tidak setegang ini Max. Biasanya masalah takut karena sifat bajing*n yang kau miliki," sindir Jimmy.
"Lucu sekali Jimmy. Aku harus menyembunyikan Patricia sekarang. Awasi semuanya Jimmy, " ucap Max.
Melihat sorot serius di mata abu-abu Max, Jimmy tau jika memang ada masalah serius di sini.
"Serahkan padaku, Max. ''
Patricia masih menari, dia begitu menikmati tarian dan musiknya. Memang ini bukan pekerjaan yang baik, setidaknya pekerjaan ini cukup baik daripada tidur dengan pria acak berdompet tebal.
Patricia masih menyimpan mimpi untuk berkeluarga dan memiliki pria yang mencintai dan dicintainya. Dia yakin suatu hari akan mendapatkan pria seperti itu di tengah kondisi masyarakat yang apatis.
Biarlah dia menjadi seseorang yang konservatif ditengah-tengah masyarakat bohemia. Patricia tidak keberatan menjadi satu-satunya gadis yang tidak memiliki baju bermerk atau tas branded asal tidak terhanyut dalam kegilaan masyarakat ini. Yang paling penting adalah semua demi sang nenek yang membutuhkan biaya berobat.
TBC