Pertunjukan telah usai. Dua orang yang memiliki kepentingan yang berbeda mulai beraksi. Yang satu ingin menangkap sedangkan yang lain ingin menyelamatkan. Membuat kelab serasa lebih mencekam dari biasanya. Meski hingar bingar masih menstimulasi pengunjung untuk bergerak liar tetapi kecemasan itu samar-samar menginfeksi mereka. Semua karena Smith yang mengobarkan aura mencekam di kelap. Namun tidak seorang pun yang bisa mencegahnya.
Satu-satunya yang tidak tau kondisi ini hanyalah Patricia. Selesai pertunjukan stripless di balik layar, gadis itu menghela nafas lega. Lampu sudah dipadamkan. Patricia mengambil jubah dan memakainya kembali. Dia berniat ke ruang ganti dan bersantai sejenak.
"Ikut aku, " perintah Max.
Ekspresi wajah mengeras Max mengisyaratkan jika telah terjadi sesuatu. Patricia yakin jika hal itu bukan kabar baik. Belum pernah Patricia melihat pria yang bisa bersikap tenang dalam kondisi mencekik sekali pun, menjadi gelisah seperti ini.
"Max, ada apa? "
Max langsung menyeret Patricia ke ruangannya. Dia harus bertindak cepat sebelum didahului oleh Smith. Dalam hati Max berdoa agar tidak terjadi hal buruk hari ini.
Tap.
Tap.
"Babe, mengapa kau membawaku ke ruanganmu?" tanya Patricia bingung.
"Dasar bodoh, kau baru saja mengundang masalah besar, Babe." Hampir saja Max kehilangan kendali dengan berteriak padanya. Beruntung akal sehat masih menguasai otaknya.
"Aku? Masalah apa yang sudah aku timbulkan Babe? " tanya Patricia. Masalah adalah kata tabu yang tidak boleh mendekat kepadanya. Dia tidak punya waktu mengurus 'masalah' disaat dirinya harus berjuang untuk pengobatan neneknya.
"Smith Blackfire menginginkanmu, ya ampun. " Max berkata dengan memegang bahu Patricia. Mencoba mengirim kekhawatirannya dari matanya yang sudah memerah karena cemas. "Itu semua berkat aksi membuka baju yang seharusnya tidak kau lakukan untuk hari ini Babe. "
"Reputasinya sebagai pemangsa gadis sudah terkenal di Kenned dan sekarang dia menginginkanmu untuk membuka kaki lebar-lebar di ranjangnya."
"Pemangsa gadis?"
"Kau tau? Smith membantai seluruh klan kuat di Kenned, contohnya klan Gredmask. Itu adalah peristiwa bentrokan dua gangster yang terkenal beberapa tahun yang lalu. Setelah membantai seluruh anggota gangster beserta keluarganya, dia membawa dua putri ketua gangster itu dan memperkosa mereka."
"Itu terjadi karena Gredmask berani mengusik bisnis mereka."
Patricia membelalakkan matanya. Dia tau sebab Hita dan Terry dulu satu sekolah dengannya. "Tetapi bukankah mereka bunuh diri."
Max mengusap wajahnya lalu tangannya meraih rambutnya dan mengacaknya.
"Setelah memperkosa mereka berdua, kedua putri Gredmask itu dia berikan pada anak buahnya. "
Max melanjutkan ceritanya, "Sebagai gadis yang dimanjakan dan bergaul dengan kaum atas--kedua gadis itu tidak sanggup menerima pelecehan itu. Entah berapa orang yang menjamah mereka hingga akhirnya mereka berdua bunuh diri."
"Jadi ternyata itu penyebab sebenarnya," lirih Patricia. Dia merasa sedih untuk nasib kedua gadis cemerlang itu.
"Lalu klan Yomiwod, Blackfire membantai mereka karena mencoba bersaing dengan bisnis mereka, putri ketua Yomiwod--dia bernasib tak jauh berbeda dengan Gredmask itu."
"I...Isabel." Patricia teringat jika Isabel juga menghilang. Sampai sekarang masih belum diketahui nasibnya.
"A-aku benar-benar terlibat masalah, " ucap Patricia.
Wajahnya yang sebersih mutiara mulai memucat. Darah seolah berhenti mengalir dari wajahnya. Blackfire adalah kabar buruk. Sekarang seorang Blackfire yang tidak kenal ampun itu mengincar dirinya.
"Sayang selamatkan aku hiks."
"Itu tujuanku membawamu kesini."
"Kau lewat belakang dan pergi. Beraktinglah seperti kau bukan virgin. Smith sangat menyukai gadis virgin seperti sebuah candu. "
"Iya." Patricia bergegas menuju pintu ruangan Max. Bukan ide yang bagus untuk berada di sini lebih dari satu detik. Bahaya sedang mengancam dan dia harus segera pergi dari sini. Secepatnya.
Bola mata gelap Smith mengarah ke ruang penari. Dia berniat menyeret penari di balik layar itu. Pintu menjeplak sempurna. Anak buahnya menyerbu masuk hanya untuk mendapatkan ruang rias yang kosong.
"Dimana wanita yang menari itu? " Anak buah Smith diam. Mereka tidak memiliki jawaban, akan sangat buruk hasilnya jika mereka berani menjawab 'tidak tau.'
"Kalian tidak dengar? Cepat cari tau keberadaannya. Aku ingin sebuah jawaban, secepatnya! "
Smith memilih kembali ke ruang VIP ,ia duduk dan menyilangkan kakinya.Cerutu kembali mengepul. Tak lama kemudian Lexi datang dan melapor, "Lord, penari itu berada di ruang mr Max."
"Kerja bagus. Baiklah segera blokir club ini. Aku tidak ingin penariku pergi. "
"Baik. " Mereka semua berpencar. Gerakan mereka sangat cepat karena terbiasa dilatih secara keras oleh Axton. Sifat perfeksionis yang ketua Godfather itu menghasilkan anak buah kompeten seperti mereka.
Smith menyeringai, sepertinya ada hal menarik dari penari itu. Jika dia jalang biasa di sini maka sudah pasti wanita itu pasti mengenal dirinya. Seharusnya Max senang karena akan mendapatkan uang banyak begitu pula penari itu.
Sebuah pemikiran muncul di kepalanya.
'Hanya ada dua kemungkinan jika Max menjauhkan seorang wanita dariku.'
'Yang pertama dia adalah gadis yang pernah aku sekap. Yang kedua, gadis itu putri dari musuhku dan... '
Sudut bibir Smith semakin melebar.
'Kecuali jika dia masih...'
Hahaha
Smith tertawa senang.
'Jadi Max langsung membawanya menuju ruang pribadinya.'
"Apakah pintu menuju jalan keluar club sudah diblokir? " tanya Smith.
"Sudah, kami menangkap gadis yang ingin keluar dari club ini." Jawab Sean, salah satu kepercayaannya .
''Tetapi mereka bilang jika hanya pengunjung. "
"Lepaskan mereka. "
"Baik."
Smuth melirik Dimitri,"Aku terpaksa meninggalkanmu lagi. Gadis itu sudah mengambil alih perhatianku."
Dimitri diam acuh tak acuh. Meski dia ingin sekali meledakkan kepala mesum bajing*n ini.
"Pergilah. "
Kini ia kembali ditemani dua wanita berpakaian minim. Tapi matanya masih terpaku pada pintu ruangan yang baru dimasuki pria bersurai coklat dan gadis berambut brunete kemerahan.
'Si bodoh itu tidak melihat jika penari yang ia inginkan sudah masuk di ruang Max dari tadi. Ditaruh di mana otaknya, mengapa hal seremeh ini membuatnya melakukan pekerjaan dua kali. '
"Sungguh membuang waktu percuma. "
"Mr, apakah ingin dipesankan minum lagi?" tanya salah satu wanita.
"Tidak, " jawab Dimitri singkat. "Apa kalian tau siapa gadis yang menari di balik layar? "
"Oh, dia adalah Patricia. "
"Apa dia memiliki hubungan khusus dengan pemilik club ini? "
"Tidak, kami semua berhubungan baik dengan Patricia. Dia gadis malang yang harus mengirimkan biaya berobat ke neneknya. Jadi tidak hanya Max, kamipun berhubungan baik dengannya. "
Wow, rupanya ada gadis baik di dunia yang sudah menghitam ini.
Dua wanita yang duduk di samping Dimitri tampak senang. Sepertinya tuan bersurai merah ini tidak seperti pria berdompet tebal yang mereka layani.
Pria ini sopan dan tidak berbuat hal yang kasar pada mereka. Selain itu pria bermata jade yang mereka layani cukup loyal.
Tbc