Smith memberi isyarat kepada anak buahnya untuk membawa Patricia ke hadapan Dimitri. Meskipun ada perasaan tidak rela tapi Smith bukan tipe orang yang memperdulikan perasaan aneh itu. Baginya keuntungan adalah nomor satu. Masalah perasaan hanya akan menghambat kemajuan. Itulah yang ia pelajari selama ini dari Axton, kakak sekaligus gurunya.
"Kuharap aku terus bisa mendapatkan kehormatan seperti ini Mr Redford. Menjadi orang pertama yang kau tawarkan untuk bekerja sama. " Smith menyipitkan matanya. Ia bukan orang yang suka basa basi tetapi kali ini dia rela membuat pengecualian. Siapa pun tau jika bekerja sama dengan Dimitri maka akan mendapatkan keuntungan berganda.
"Semua tergantung pada kepuasan yang kau berikan mengenai pembayaran, Mr Blackfire. Tidak ada yang sulit jika berbicara tentang keuntungan. " Dimitri membalas setiap ucapan Smith dengan tegas. Dia hanya ingin segera membawa gadis itu pergi dari sini dan pulang ke Nevada.
Di atas tangga, Axton mengagumi cara Dimitri yang tidak menunjukkan sikap mencurigakan. Dia bersikap angkuh dan normal seperti biasanya. Hal yang cerdik mengingat Smith akan curiga jika Dimitri menurunkan kesombongannya.
"Sangat bagus, mendapatkan tujuan tanpa membuat curiga fufufu. " Axton menggelengkan kepalanya.
"Seandainya Smith tau jika gadis itu masih tersegel pasti Smith akan berusaha mempertahankan gadis itu dan mengganti dengan wanita lain. Jika pun Dimitri menolak maka Smith tidak akan menyetujui penawaran Dimitri. Sebab bagi Smith, perawan adalah harta yang langka. "
Axton sendiri agak jengkel dengan kekejaman adiknya pada perempuan. Tapi hal itu ia dapatkan melalui pengalaman buruk tentang kekejaman wanita yang cemburu.
.
.
.
Beberapa saat telah berlalu. Ketiga gadis yang masih berada di kamar Dimitri akhirnya bisa menenangkan dirinya. Hal itu juga berlaku pada Patricia yang tadinya sempat shok.
Perlahan, kedua wanita tadi memandang Patricia. Mereka saling berpandangan seolah ingin mengetahui satu dengan lainnya. Perlahan timbul rasa simpati dengan penderitaan satu dan lainnya.
"Kau orang baru?" tanya salah satu gadis yang terkena tendangan Smith. Matanya sebiru lautan dan memiliki rambut coklat ikal. Sangat manis dengan tahi lalat di ujung matanya.
Patricia yang meringkuk di pojok panggung mengangguk. Dia merangkak ke arah mereka dan mendudukkan diri di depan kedua gadis itu.
"Kita sama-sama bernasib sial, seandainya ada cara keluar dari neraka ini. Maka akan ku lakukan. Bagaimana kau bisa berakhir di sini? " tanya gadis bernama Grace.
"Aku di seret ke sini, padahal nenekku butuh aku, " keluh Patricia.
"Kau punya keluarga? Kau lebih beruntung, kami tidak punya siapapun. Kami berakhir disini seperti rampasan perang." Gadis bernama Gisele mengeluh padanya.
"Rampasan perang? "
"Kami putri kelompok ketua yakuza seperti Smith. Meskipun bukan salah satu Godfather yang menguasai wilayah besar tapi kami cukup berkuasa," jawab Grece.
"Dan bentrokan dengan kelompok Blackfire membuat kami berakhir di sini. "
'Sama seperi teman sekelasku. '
Dulu dia adalah putri salah satu penguasa wilayah kecil di daerah Kenned. Tapi Smith membunuh keluarganya ketika bentrokan antar geng. Itu disebabkan ayahnya berani menolak memberikan uang iuran padanya.
Setelah bentrokan yang dimenangkan oleh Smith, dia membawa Gisele ke sini.
Nasib yang sama juga dialami beberapa gadis yang lain. Tempat ini seperti sebuah harem wanita cantik. Sayangnya perlakuan Smith pada mereka sangat mengerikan. Ini lebih buruk dari pada hewan peliharaan.
Mungkin ini karma karena mereka karena ayah mereka dulu berbisnis tempat pelacuran dan penjualan wanita. Kini mereka merasakan bagaimana rasanya di perlakukan seperti wanita yang dijual ayah mereka. Jadi mereka sekarang hanya bisa bertahan hidup di bawah kekejaman Smith.
Bruak.
Tiba-tiba dia anak buah Smith datang dan menyeret Patricia. Gadis itu ketakutan dan mencoba berontak. Tapi melihat anak buah Smith yang terlihat mengerikan, Patricia hanya menurut saja.
"Mau di bawa kemana aku? " tanya Patricia.
"Diamlah, " jawab mereka dingin.
Sedangkan dua wanita tadi memberikan tatapan iba pada Patricia. Entah nasib apa yang akan dialami Patricia. Mereka tau benar kekejaman Smith pada musuhnya dan wanita.
Bruk ...
"Ini milikmu, anggap saja dia hadiah."
Patricia yang terjatuh di lantai. Rambut brunette kemerahannya yang panjang tersebar ke lantai. Dia nampak mempesona ketika berada di lantai dan tidak berdaya.
Patricia mendongak ke arah Dimitri. Kedua mata yang sewarna itu saling bertemu. Ada perasaan aman ketika Patricia bertatapan dengannya.
Dimitri menyeringai ke arah Smith. Dia menggendong Patricia dengan gaya bridal style.
"Senang berbisnis denganmu, Mr Smith."
Dia pun melangkah keluar dari markas besar Blackfire. Tak ada seorangpun yang berani menembus markas ini jika berstatus musuh. Ratusan pengawas dan benteng yang mengelilingi markas ini begitu kokoh seolah tak seekor lalat pun bisa masuk.
Dimitri meletakkan Patricia dengan hati-hati di mobil sport merah miliknya. Patricia terpengkur, bahkan dia mengira jika tuan merah ini akan melemparkan Patricia dengan kasar sama seperti yang dilakukan Smith.
"A-apa--"
"Berterima kasihlah pada Max." Dimitri memotong ucapan Patricia.
Mata emerald Patricia terbelalak.
"Max menyuruh mu...? Tapi jika tuan Smith tau nyawanya akan dalam bahaya." Perkataan Dimitri menohok hati Patricia. Dia tidak menyangka jika Max akan mengambil resiko untuk menyelamatkan dirinya.
"Makanya aku membuat skenario sehingga dia tidak curiga." Ucap Dimitri.
Merekapun pergi keluar dari markas Blackfire.
.
.
.
Axton mendudukkan diri sebelah Smith yang sedang mengagumi senjata terbarunya. Ketua para Godfather itu menggelengkan kepalanya karena terlalu bodoh.
'Mengapa dia tidak curiga sama sekali? Aku bahkan tidak yakin jika si bodoh ini adalah adikku. Sayangnya dia memang adiku, ' batin Axton.
"Tumben sekali kau melepas seorang gadis perawan?" tanya Axton.
"Dia masih gadis? Aku rasa tidak." Ucap Smith sinis. "Meski dia memang menarik tetapi aku lebih suka senjata terbaru ini. "
"Berani bertaruh denganku?" Ucap Axton mantap.
Melihat keseriusan wajah kakaknya Smith menyadari jika si kakak tidak bercanda. Itu bearti penari tadi masih gadis.
"Ck, sial. Dia bajingan yang beruntung." Ucap Smith. Dia masih lebih suka senjata terbarunya meskipun nantinya ia akan menyesal karena melewatkan perawan yang langka.
"Aku rasa ada yang disembunyikan Dimitri, lebih baik kau selidiki dari pada menjadi bumerang bagimu Smith."
" ..."
"Bisa ku lihat, target awal Dimitri datang ke sini bukanlah untuk transaksi. Tapi untuk gadis itu Godfather pertama. Jadi selidiki sebelum kau menyesal!" perintah Axton.
Jika Axton berbicara dengan menyebut jabatannya, maka Smith harus menurut. Itu adalah hukum di dunia Yakuza.
"Baik."
Smith pun keluar dan menyuruh anak buahnya menyelidiki kegiatan Dimitri setelah kepergiannya dari club tadi. Setelah itu dia menarik kedua wanita tadi untuk melampiaskan hasratnya yang tertunda karena kedatangan Dimitri.
Tbc