Berita tentang eksekusi mati pada lima ninja Fujiwara yang ditangkap di pinggiran Hutan Aokigahara, menyebar cepat seperti hempasan asap atom yang baru meledak. Mereka dihukum gantung. Hukuman itu menjadi kebiasaan bagi Griffin untuk menindak para pembelot maupun musuh yang keras kepala tak mau mengakui dan menjadi pendukungnya.
Hukuman yang sangat keras itu membuat sejumlah perkampungan kecil yang awalnya pendukung Fujiwara kini beralih halauan menjadi pendukung Oda. Itulah yang sejak awal diinginkan Griffin dengan menyebarkan pamflet berisi pemberitahuan kepada penduduk tentang eksekusi mati.
Perubahan sikap dukungan itu bisa dilihat dari gelagat penduduk desa yang langsung curiga jika ada orang asing masuk ke kampung mereka. Salah satu penyebab utamanya adalah mereka tak ingin dianggap sebagai pemberontak karena menyembunyikan ninja – ninja dari Fujiwara.
Akira yang menemukan desanya luluh lantak, menjadi sangat geram dan ingin segera membalas dendam. Griffin, Ringo, Jiro, Jenderal Kenichi adalah sederet nama yang masuk dalam daftar yang harus dia bunuh. Tak ada alasan lain yang bisa memaafkan perbuatan orang – orang klan Oda.
Lima penunggang kuda yang mampir ke desa Totsukawa, kini telah pergi.
Setelah memastikan bahwa orang – orang itu bukanlah suruhan Oda, Akira keluar dari tempat persembunyian dan membawa tubuh pamannya untuk segera dimakamkan secara layak. Selain itu, juga untuk berjaga – jaga agar tak ada orang yang mengetahui mayat Takeda.
Tiga jam berlalu, seseorang memerhatikan Akira yang tengah duduk di sisi sebuah makam. Makam tersebut adalah tempat peristirahatan Takeda untuk terakhir kalinya.
Sebagai seorang ninja sekaligus pengguna katana, Takeda bisa dibilang adalah masternya. Akira memberi penghormatan terakhir dan dia merasa Takeda tak pantas mati dalam keadaan yang hina seperti itu.
Hiroshi, kata Akira pada diri sendiri, Aku harus menemukannya. Orang – orang Oda yang menyadarinya tak mungkin berdiam diri. Mereka pasti mencari jejaknya.
Puff..
Akira berdiri, lalu menggunakan segel tangan dan menghilang dalam sekedipan mata saja. Tempat pemakaman itu menjadi sepi. Hanya ada sebuah batu besar, sebuah katana yang menancapada satu sisi makam, dan kepulan asap tipis yang menemani Takeda tertidur pulas di alam baka.
"Tidak salah lagi. Segel tangan itu adalah teknik teleportasi tahap satu."
Orang yang tadi memerhatikan Akira bergegas meninggalkan tempat itu. Dia berpikir Akira mungkin telah mengetahui keberadaannya. Tentu saja itu bukanlah sesuatu yang bagus untuk seorang ninja pengintai seperti dirinya.
Dia pergi menuju arah timur. Berlawanan dengan Akira yang sepertinya bergerak ke arah barat. Dalam kepalanya hanya ada satu pikiran, informasi itu harus cepat sampai kepada Jiro. Jika sampai telat, pasti akan kehilangan jejaknya lagi.
Dalam setengah jam, orang itu sudah berada di depan Jiro yang tengah beristirahat bersama lima pengawalnya.
"Tuan, aku melihat seseorang di dekat Bukit Akaishi yang menjadi pembatas antara Benteng Goryokaku dan Desa Totsukawa. Sepertinya orang itu adalah ninja yang sedang kita buru."
Jiro tampak senang mendengar kabar itu. Tapi dia juga perlu kepastian bahwa ninja pengintai yang dikirimnya tak salah informasi.
"Apa kau yakin, Hideyoshi?" tanya Jiro penuh selidik kepada ninja pengintainya yang bernama Hideyoshi itu.
"Ampun, Tuan. Saya tidak mungkin salah lihat. Orang itu memiliki ciri – ciri seperti yang Tuan ceritakan."
Jiro mengatakan bahwa jika informasi itu salah, dia tak akan segan membunuh Hideyoshi. Tetapi kali ini Jiro lebih murah hati. Sikapnya yang temperamental tak terlihat seperti biasanya.
"Baiklah. Tunjukkan aku, di mana orang itu sekarang?"
"Saya yakin dia masih berada di sekitar Desa Totsukawa," jawab Hideyoshi menerka – nerka keberadaan Akira.
Jiro memerintahkan lima orang pengawalnya untuk bergegas menuju Desa Totsukawa. Awalnya, perburuan Akira yang dilakukan Jiro hanya berfokus pada titik sekitaran Hutan Aokigahara.
"Hideyoshi, ceritakanlah tentang orang yang kau lihat di dekat bukit itu?" pinta Jiro sambil menaiki kudanya yang berlari tak terlalu kencang.
"Baik, Tuan," kata Hideyoshi yang juga menaiki kuda di sebelah Jiro, menoleh. "Saat saya sedang memerhatikan orang itu, tiba – tiba saja dia menggunakan segel tangan teknik teleportasi tahap satu. Tidak ada ninja yang bisa melakukan itu kecuali Akira."
"Meski kepemimpinannya berumur pendek, tetapi penemuan – penemuan Yoshimitsu sangat merepotkan. Teknik teleportasi ini sangat sulit dikuasai, bahkan oleh Yoshimitsu sendiri yang menemukannya."
"Saya rasa teknik teleportasi Akira jauh lebih baik dari pendahulunya."
"Kau benar, Hideyoshi.." kata Jiro memuji Akira. Pujian tersebut adalah kesekian kalinya karena Jiro sendiri kagum pada bakat alami Akira. "Sudah tak terhitung beberapa kali aku bertarung melawannya, teknik teleportasinya benar – benar sangat merepotkan."
"Bahkan, aku bisa memastikan teknik teleportasi Akira jauh lebih cepat ketimbang teknik tusukan satu jari milik pemimpin klan Hayai yang hebat dalam penggunaan elemen petir. Aku jadi menantikan Akira melawan orang itu."
"Apakah yang Tuan maksud orang itu adalah Yurui, pemimpin termuda sepanjang sejarah klan Hayai?"
"Ya, tentu saja, Hideyoshi. Yurui juga memiliki bakat alami dalam kecepatan. Kabarnya, teknik tusukan satu jarinya lebih kuat dan cepat dari milik Hideaki, ayahnya sendiri."
Hideyoshi hanya diam, lalu dia memberi saran kepada Jiro, "Sebaiknya kita bergegas sebelum matahari tenggelam, Tuan."
***
Setengah jam kemudian Jiro bersama Hideyoshi dan lima pengawalnya sampai di gerbang Desa Totsukawa. Mereka waspada karena khawatir Akira akan menyerang di saat mereka lengah. Apalagi, Akira adalah ninja yang mengandalkan kecepatannya.
Jiro yang mendapati desa itu berantakan mulai berpikir mungkin suatu saat Akira akan datang ke Benteng Goryokaku. Kedatangan Akira jelas bukan untuk sesuatu yang baik bagi klan Oda. Dia datang membawa amarah dan balas dendam.
"Hideyoshi, kau tahu mengapa desa ini begitu spesial bagi Fujiwara?" tanya Jiro seraya memasuki desa yang telah porak – poranda itu.
"Desa ini menjadi penopang utama perekonomian Fujiwara. Dari pertanian, juga perkebunan, dan peternakan."
"Kau salah!" sanggah Jiro dengan pasti. "Bukan itu yang menjadikan desa ini istimewa bagi Fujiwara."
"Lalu?" tanya Hideyoshi penasaran.
"Desa ini adalah penghasil ninja – ninja bertipe elemen angin. Pengepungan Fujiwara beberapa waktu lalu adalah untuk menarget desa ini. Jika akhirnya kita kalah pada perang itu, kita bisa melakukannya di kesempatan lain."
Menurut pandangan Jiro, hancurnya desa Totsukawa akan menjadi pukulan telak bagi Fujiwara. Kekuatan mereka akan menurun drastis. Itulah sebabnya desa Totsukawa harus disingkirkan lebih dahulu. Sementara keberhasilan Oda merebut benteng Fujiwara adalah bonus.
Hideyoshi baru memahami penjelasan dari Jiro. Sebelumnya, dia berpikir bahwa Totsukawa adalah sumber pemasukan Fujiwara sehingga harus dihancurkan.
"Orang – orang Fujiwara berpikiran yang sama denganmu, Hideyoshi. Mereka mengira karena Totsukawa sumber ekonomi mereka sehingga jadi sasaran Oda. Mereka tidak menyadari betapa berharganya Totsukawa. Kesalahan mereka harus dibayar mahal."
Jiro bersama para pengawalnya sudah berada di tengah desa yang hancur lebur. Tak ada satu pun rumah di sana yang selamat dari bola api manjanik. Jiro bisa membayangkan betapa dahsyatnya serangan Oda ke Totsukawa.
Setelah beberapa lama penyelidikan dan pemeriksaan seluruh sudut desa, Jiro bersama Hideyoshi dan lima pengawalnya bergerak menuju lapangan terbuka di salah satu sudut desa itu. Mayat – mayat berserakan di mana – mana. Bau menyengat dari tumpukan mayat di lokasi itu lebih kuat daripada di sudut lain di desa itu.
Hideyoshi turun dari atas pelana kudanya. Dia memeriksa beberapa mayat yang tergeletak dan sudah mulai membusuk di sana. Mungkin sudah dua hingga tiga hari orang – orang itu mati. Hideyoshi juga mencari beberapa jejak yang mungkin bisa menjadi petunjuk kemana Akira pergi.
"Sepertinya tak ada apa pun yang bisa dijadikan petunjuk di sini, Tuan," kata Hideyoshi mendekati Jiro yang masih duduk di atas kuda kesayangannya.
Jiro tak merespon laporan Hideyoshi. Dia melompat turun dan berjalan mendekat tiang yang menjadi tempat digantungnya beberapa orang di sana. Jiro menemukan seutas tali terpotong dan memeriksanya.
Potongan tali itu masih baru. Di ujung bekas potongan, Jiro menemukan goresan tipis darah kering yang tertinggal. Dia sempat tidak memahami mengapa ada potongan tali di sana. Ditambah lagi, ada sebuah ruang kosong yang menjadi jarak antar mayat – mayat yang tergantung itu.
Jiro kemudian menyadari bahwa sebelumnya, di tempat kosong itu, ada sebuah mayat lain yang digantung. Tetapi dia belum mengerti apa yang menjadi alasan mayat itu tak ada di sana. Beragam tanda tanya muncul di benaknya. Ekspresi wajahnya tumpul.
"Hideyoshi," kata Jiro dengan nada yang sedikit tinggi. "Kemarilah!"
Hideyoshi berjalan cepat mendekati Jiro yang berada beberapa meter dalam jangkauannya.
"Kau bilang melihat Akira di dekat Bukit Akaishi, bukan?" tanya Jiro dengan tetap fokus melihat bekas potongan tali itu.
"Benar, Tuan," jawab Hideyoshi pasti.
"Apa yang sedang Akira lakukan di tempat itu?" Jiro menjadi penasaran dan ingin tahu lebih detail tentang apa yang sedang Akira perbuat di tempat seperti itu.
"Saya melihat orang itu sedang duduk di sebuah makam. Saya tidak memeriksa lebih jauh tentang makam itu. Tapi, setelah itu dia langsung menggunakan segel tangan teknik teleportasi. Segel itulah yang meyakinkan saya bahwa orang itu adalah orang yang sedang kita cari."
"Hmm.. begitu rupanya," balas Jiro dengan senyum menyeringai dari wajahnya. Dia yakin makam yang diceritakan Hideyoshi adalah makam seseorang yang punya arti mendalam bagi Akira.
Hideyoshi bertanya – tanya dengan ekspresi Jiro yang menampilkan mimik wajah seram setelah mendengar laporannya tentang Akira.
"Maaf, Tuan. Apakah informasi itu penting?" Hideyoshi tampak polos ketika melemparkan pertanyaan itu. "Maafkan saya bertanya tidak sopan."
"Tidak mengapa, Hideyoshi.." jawab Jiro pelan, "Justru sebaliknya, setidaknya kita menjadi tahu bagaimana kita akan memulai pengejaran terhadap Akira."
"Antarkan aku ke tempat itu," kata Jiro lagi.
"Baik, Tuan," Hideyoshi mengangguk pelan sebagai bukti bahwa dia mengerti maksud Jiro. (RS)