Beberapa hari setelah kejadian itu, baik Angga maupun Tira semakin sering bertemu entah mini market atau persimpangan komplek. Walaupun di pertemuan seperti itu mereka hanya saling tersenyum satu sama lain, dengan mata yang saling memandang.
Bahkan saking malu-malunya Angga, sering terlihat mengabaikan Tira disaat perjumpaan mereka yang tidak direncanakan itu. Saat melihat hal itu tira hanya bisa terkekeh-kekeh sendiri, sambil tersenyum-senyum.
Sejak kejadian itu Angga jadi lebih sering keluar dari kediamannya. Terkadang dia memperhatikan Tira yang sedang bermain bersama dengan teman-temannya, meski itu dari jarak yang sangat jauh yaitu di area persimpangan komplek.
Setiap kali Tira pulang sehabis bermain dengan teman - temannya. Dia selalu menghampiri Angga yang menunggunya Persimpangan komplek. Kadang mereka berjalan menuju rumah bersama sambil mengobrol, kadang juga mereka hanya jalan bersama tanpa bicara sama sekali.
Tapi kali ini sedikit berbeda, Tira menghampiri Angga dengan terburu - buru. Badanya yang mungil terlihat sangat tergesa -gesa. Dan hal itu membuat Angga Khawatir.
"Ada apa!! kamu kenapa berlari seperti itu, tidak biasanya" tanya Angga dengan nada datar dengan ekspressi bingung.
"Om bisa buat lampion kertas enggak?" tanya Tira dengan sambil mengerut kan dahinya.
"Ya aku bisa, aku dulu sering membuatnya," jawab Angga dengan santai.
"Bisa buatkan untukku," tanya Tira dengan polos.
"Tidak !" tegas Angga.
"Kenapa!!? om, katanya om bisa!" tanya Tira kesal.
"Banyak kenangan buruk dari lampion untukku, " jawab Angga dengan lirih, sambil menatap dengan sendu gadis mungil yang ada dihadapannya itu.
"Kalau begitu mari buat kenangan indah bersama ku, lewat lampion yang yang baru!" Ajak Tira sambil tersenyum lebar pada Angga.
Mendengar perkataan Tira, sontak membuat Angga terkejut. Membuat mata, Sang pemilik mata Close set eyes itu pun membesar. Angga terkejut dengan setiap kata-kata yang keluar dari mulut seorang anak, yang usianya masih sangat muda. Bagaimana bisa seorang gadis kecil lebih dewasa dibandingkannya yang sudah masuk pada usia dewasa.
Dengan segala keraguanya akhirnya Angga pun menerima tawaran Tira. Angga percaya bahwa bersama dengan gadis manis ini dia akan mendapatkan sebuah kenangan Indah. dan mereka pergi bersama ke toko alat prakarya.
"Cepat beli semua yang kamu butuhkan, lalu kita pergi!! " perintah Angga yang terlihat sangat terburu-buru.
"Sabar om aku sedang pilih warna, lagian ngapain cepat-cepat emangnya kalau lama terus tokonya meledak gitu..." jawab Tira santai, seakan-akan dia mengabaikan kata pria yang berusia dua kali lipat lebih tua darinya itu.
"Kenapa setiap wanita tidak yang kecil, tidak yang besar selalu saja lama dalam berbelanja!!" ketus Angga kesal, karena harus terus menunggu gadis mungil iti memilah-milih warna untuk tugas sekolahnya itu.
Dari yang bercorak, polos, garis-garis bahkan hingga yang bergradasi semuanya diperhatikan oleh gadis kecil itu. Dia begitu terpana dan terpesona dengan semua warna yang ada pada kertas lampion itu. Dan menvari warna terbaik dari semuanya.
"Kalau nanti warna gak bagus gimana" ngeles Tira pada pria jangkung yang sedang mengomel itu.
"Kalau bentuk lampionnya bagus apapun warnanya hasilnya akan sama saja, siapa yang peduli dengan warna.." Angga terus mengomel, dia kesal dengan gadis kecil yang terus plin-plan dalam memilih warna untuk satu lampion.
"Aku!" jawab tira sambil melotot dengan mata almondnya itu.
Ekspressi Tira yang manis dan imut membuat Angga jadi diam seribu bahasa dengan wajah yang memerah. Namun, ketidakpekaan Angga terhadap dirinya sendiri membuatnya belum menyadari apa -apa.
Setelah lama memilah dan mencari akhirnya, Angga dan Tira pun selesai berbelanja di toko yang berada di wilayah sekitar komplek itu.
Mereka pun berjalan bersama menuju rumah Angga, ya sejak kejadian itu Tira sering pergi ke rumah pemuda pendiam dan penyendiri itu.
Tetangga sekitar pun sering membicarakan mereka berdua, tapi Tira yang masih sangat polos ini dan Angga yang seorang Aseksual dan Gymnophobia. Tidak mempedulikan omongan para ibu-ibu di sekitar mereka.
Tira sendiri pun tidak dapat larangan dari orang tua untuk bergaul dengan Angga. Karena semua orang disana tahu siapa Angga Mahesa itu.
Angga Mahesa adalah seorang penderita Aseksual, dia adalah orang yang tidak memiliki hasrat dan niat itu melakukan sex. Dan dia juga merupakan penderita Gymnophobia seseorang yang phobia melihat orang tanpa busana. Dan hal itu salah satu alasan utama pemuda tampan itu di selingkuhi oleh Diana, mantan istri sang pemuda bertubuh jangkung itu.
Meskipun begitu para tetangga masih sering membicarakan mereka. Bukan karena mencurigai mereka ada apa - apa, tapi karena mereka menganggap bahwa Angga membawa pengaruh buruk bagi Tira.
Meskipun kenyataan adalah sebaliknya.
Meskipun kahadiran Tira dalam hidup Angga membawa pengaruh positif pada Angga. Tapi pengaruh buruk yang dibawa Tira pun juga ada, seperti telat bangun pagi dan tidak tepat waktu padahal biasanya Angga adalah orang yang tepat waktu. Jadi sepertinya para tetangga itu salah.
Bahkan Angga membawa pengaruh positif pada Tira. Seperti Tira jadi lebih rajin mengerjakan tugas sekolahnya, karena Angga selalu mengajarinya yang tentu saja hal itu membuat nilai akademis Tira meningkat. Dan hal itu, tentu membuat orang tua Tira senang.
Mereka berdua pun tiba di tempat Angga, Tira menyarankan pada Angga untuk mengerjakan tugas Prakarya ini di Halaman belakang agar bisa langsung di uji coba. Angga menolak yang karena kalau lampionnya terbang tidak akan bisa diambil dan mereka harus buat lagi.
Namun, pada akhirnya Angga pun mengalah dan mengikuti saran Tira. Sepertinya tatapan memelas Tira yang manis menjadi kelemahan terbesar Angga selain kelemahan lainnya.
Mereka pun segara mengerjakan proses pembuatan lampion. Meskipun banyak pedebatan antara Tira dan Angga. Dilengkapi oleh Angga yang super bawel, saat mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan sebuah rakitan. Namun, pada akhirnya pembuatan lampion pun selesai.
Saat sedang menguji coba Tira terlihat senang karena percobaan mereka berhasil. Dan seperti yang dikatakan Angga lampion tidak berhasil ditangkap bahkan oleh Angga yang Jangkung sekalipun, untung lah mereka membuat 2 lampion jadi semuanya baik - baik saja.
Saat Tira hendak pulang Angga pun memanggilnya dengan nada lembut dan Tira pun menghampir Angga.
"Ada apa om..?" tanya Tira.
"Terima kasih ya..!" jawab Angga sambil mengelus kepala gadis mungil itu.
"Kenapa emangnya, terima kasih buat apa bukanya aku ya yang harusnya terima kasih? Ya..," tanya Tira sambil memainkan bibirnya yang kecil itu.
"Untuk kenangan Indahnya.." jawab Angga sambil tersenyum tulus.
Itu adalah Kali ke 2 Angga tersenyum sejak mereka bertemu. dan begitulah kisah cinta 2 merpati itu mulai berjalan hari demi hari.