Mendengar ancaman Dewi, banyak tamu yang keluar dari cafenya. Cafenya pun menjadi sepi.
"Wi, mereka pergi." Kata Rosa
"Biar, aja. Sa. Disaat seperti ini kamu malah mementingkan hal seperti itu." Kata Dewi.
"Aku khawatir, Cafemu jadi sepi gara-gara aku." Kata Rosa
"Gak masalah. Sudah balik kerja sana." Kata Dewi
Rosa pun meninggalkan Dewi, dan kembali bekerja. Jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi, waktunya cafe tutup. Semua karyawan sama-sama pulang.
"Sa, ayo biar ku antar." Kata Dewi
"Enggak usah, Wi. Kita kan uda enggak searah lagi. Aku naik ojek atau naik taksi aja." Kata Rosa
"Uda gpp, aku akan antar kamu pulang. Sekalian melihat rumah barumu." Kata Dewi
"Enggak usah wi." Kata Rosa
"Kenapa? Arman melarangmu? Takut kalau ada orang lain yang tahu dimana kalian tinggal, privasi kalian terganggu. Begitu?" Kata Dewi
Rosa pun tidak bisa menyembunyikan fakta yang barusan dikatakan oleh temannya itu.
"Tenang aja, aku enggak antar kamu sampai rumahmu, aku antar kamu sampai dekat rumahmu saja." Kata Dewi
"Baiklah kalau begitu" Kata Rosa
Dewi dan Rosa pun menuju ke apartemen Rosa.
"Mobilmu kenapa penuh dengan sampah begini wi?" Kata Rosa
"Aku malas membersihkannya. Kamu kan tahu kita lagi pusing skripsian. Mana punyaku masih bersalahan lagi di bagian pendahuluan." Kata Dewi
"Masih mending kamu uda revisi pendahuluan. Aku belum memberikan apapun ke pembimbing." Kata Rosa
"Ohiya. Jadi, kapan kamu ke kampus lagi? Kamu uda ketinggalan jauh." Kata Dewi
"Besok wi, uda janji sama dosen pembimbing." Kata Rosa
"Uda wi, disini aja." Kata Rosa
"Dimana rumahmu Sa?" Kata Dewi
"Aku tinggal di apartemen wi, itu di gedung itu." Kata Rosa
"Oke sa. Kapan-kapan aku kesana?" Kata Dewi
Rosa kaget mendegar itu,
"Aku bercanda." Kata Dewi yang kemudian mereka tertawa bareng.
"Makasih ya wi. Bye" Kata Rosa
"Bye. Hati-hati ya" Kata Dewi
"Iya. Kamu juga ya." Kata Rosa
"Aku beruntung punya kamu Wi. Sejak kecil sampai sekarang, kamu adalah teman sekaligus pelindungku. Kamu selalu baik sama Aku. Bagiku satu teman sepertimu serasa memiliki 1000 teman." Batin Rosa saat melihat kepergian Dewi.
Ketika Rosa hendak tidur, Handphonenya berbunyi, ada pesan masuk di handphonenya. Dia melihat Arman yang mengirimkan pesan.
"Iya, bagus kalau begitu. Apa kamu baik-baik saja?" Tulis Arman
"Oke. Aku baik." Balas Rosa
"Baiklah." Balas Arman
"Selamat malam, Man." Balas Rosa
Arman lega saat mengetahui Rosa baik-baik saja. Arman tadinya khawatir karena Coach Andi memberitahunya mengenai Rosa yang di bicarakan melalui media sosial.
Besoknya, Rosa kembali ke rutinitas biasanya. Sehabis bangun tidur, mandi, sarapan pagi, ke kampus bertemu dosen pembimbing, ke perpustakaan bersama dengan Riko dan mengerjakan lanjutan skripsinya, kemudian pulang kuliah langsung ke tempat kerjanya. Karena statusnya yang berubah menjadi seorang istri dari atlet terkenal serta menantu orang kaya. Rosa sering sekali mendengar orang-orang yang menghina tentangnya, tetapi dia tidak memperdulikan hal itu. Rosa berpikir, dia hanya harus menjadi kuat seperti biasanya.
1 minggu telah berlalu, hari ini adalah hari ke-3 setelah Arman pergi ke Jepang untuk bertanding. Setiap kali Arman bertanding, Rosa selalu mengirimkan pesan ke Arman untuk terus semangat dan terus fokus pada tujuannya. Tapi, Arman tidak pernah membalas pesan Rosa. Terkadang, Rosa merasa kesepian berada di Apartemen sendirian, dia rindu akan kenangan saat harus bangun pagi untuk masak buat Arman.
Hari ini adalah hari kepulangan Ayah Arman dari perjalanan bisnisnya, saat berada di jalan, Ayah Arman baru mengetahui berita kalau Rosa bekerja sebagai pelayan cafe dari sekretarisnya. Ayah Rosa pun menyuruh supir menuju tempat Rosa bekerja.
Rosa yang sedang melayani tamu, tidak melihat kedatangan Ayah mertuanya itu. Dewi kaget melihat keberadaan Ayah Arman di Cafenya. Dewi menghampiri Ayah Arman.
"Malam, om. Saya Dewi, sahabatnya Rosa. Silahkan duduk Om. Saya akan panggilkan Rosa." Kata Dewi menyembunyikan kekhawatirannya
Ayah Arman tanpa berkata apapun langsung duduk di tempat yang ditawarkan Dewi. Dewi menghampiri Rosa yang sedang memberikan menu ke dapur.
"Sa.. ada mertuamu di depan." Kata Dewi
"Apa?" Kata Rosa kaget
"Uda sana, cepat." Kata Dewi
Rosa pun dengan cepat menuju ke meja Ayah Arman.
"Malam, om." Kata Rosa
"Eh, salah. Maksudnya Yah." Kata Rosa lagi
"Duduk." Kata Ayah Arman dengan wajah datar
Rosa pun menurut akan perkataan Ayah Arman
"Jadi ini tempatmu bekerja?" kata Ayah Arman
"Iya, Yah." Kata Rosa
"Apa Arman tahu kalau kamu bekerja?" Kata Ayah Arman
"Iya. Yah, bahkan sebelum kami menikah, Saya sudah mengatakan kepada Arman kalau saya akan tetap bekerja." Kata Rosa
"Kenapa?" Kata Ayah Arman
"Dengan bekerja saya ingin menambah wawasan saya tentang bisnis dan saya tidak mau Arman terbebani karena menikah dengan saya. Tetapi, Arman tetap melakukan tugasnya memberi nafkah, Yah." Kata Rosa dengan tegas
"Kalau begitu kenapa kamu tidak melakukan tugasmu sebagai istri?" Kata Ayah Arman
"Maksudnya, Yah?" Kata Rosa khawatir.
"Kamu pergi menyusul Arman ke Jepang, selama 3 hari 2 malam. Bersenang-senanglah disana sebagai hadiah pernikahan yang waktu itu Ayah janjikan." Kata Ayah Arman
"Tapi, Arman sedang bertanding, mana mungkin Rosa mengganggu Arman. Rosa belum punya paspor dan visa ditambah Hotel disana pasti sudah penuh, dan Rosa enggak pernah kesana." Kata Rosa
"Tenang saja. Ayah udah urus paspor dan visa kamu sebelumnya, Papah punya banyak kenalan disana. Kamu bahkan bisa mendapatkan kamar yang sama dengan Arman." Kata Ayah Arman
"Terserah Ayah saja kalau begitu. Rosa menurut saja." Kata Rosa pasrah
"Pergi besok pagi, Ayah sudah menyiapkan tiketnya." Kata Ayah Arman.
"Baik, Yah." Kata Rosa
"Kalau begitu Ayah pergi dulu." Kata Ayah Arman
Ayah Arman pun pergi, Dewi yang melihat kepergian Ayah mertua Rosa langsung menghampiri Rosa.
"Bagaimana? Apa yang dikatakannya?" Kata Dewi penasaran
"Aku harus menyusul Arman ke Jepang." Kata Rosa sedih
"Bagus dong. Kapan?" Kata Dewi
"Besok pagi." Kata Rosa.
"Kenapa kamu cemberut gitu?" Kata Dewi
"Karena aku tahu maksud Ayah Arman menyuruh aku kesana." Kata Rosa
"Apa?" Kata Dewi penasaran
"Melakukan tugasku sebagai seorang istri." Kata Rosa
Dewi yang mendengar itu tertawa terbahak-terbahak, "Secepat ini? Baru 1 minggu." Kata Dewi
"Terus kamu begitu, Wi. Senang liat aku susah." Kata Rosa marah
"Maaf Sa. Cuman lucu aja baru 1 minggu loh, belum 1 bulan." Kata Dewi
"Uda bicarakan saja dengan Arman. Hari ini kamu pulang cepat aja, persiapkan barang-barangmu. Kalo enggak salah, disana mau musim dingin." Kata Dewi.
"Baiklah. Aku pulang duluan ya." Kata Rosa
Besoknya, Rosa sudah berada dipesawat. Rosa merasa khawatir dengan keberadaannya di Jepang.