Chereads / The Unbeatable Woman / Chapter 2 - 2. Shadow

Chapter 2 - 2. Shadow

Sepuluh tahun kemudian.

Shadow tengah memejamkan matanya, perkataan 10 tahun lalu masih terngiang dipikirannya sampai saat ini.

"K-kau salah jika menganggapku membunuh ayah dan ibumu. Bukan aku pelakunya," sanggah seorang pria dengan raut wajah ketakutan.

Apa dia salah, menyelidiki pembunuhan orang tuannya?

Ia tengah membelakangi seseorang, rambutnya tergerai sampai pingang dengan sebuah gelas wine tengah digoyangkan perlahan, matanya menatap ke arah luar himpitan gedung-gedung yang menjulang tinggi serta keramaian malam di bawa sana. Sesekali ia menyerup wine terlihat begitu mengiurkan untuknya.

Cahaya bulan yang tengah mengapung menerangi ruangan di lantai 25 perusahaan Lex Group. Hanya sebagian kecil ruangan itupun yang terkena cahaya.

Terlihat sebotol wine di atas meja dengan seorang pria tengah duduk di belakang meja, pria itu tidak sadarkan diri dengan kepala bersandar di atas meja. Mati. Pria itu telah mati, sejam yang lalu akibat perbuatan Shadow.

Lantai begitu berserakan penuh dengan barang-barang, di atas meja tidak terlihat satupun benda kecuali sebotol anggur dan segelas wine di sana.

"Huh!" helaan nafas terdengar, tangannya masih terus mengoyangkan gelas wine. "Melelahkan," gumamnya kemudian menyerup anggur itu.

Terlihat pergerakan, kakinya mendekat ke arah meja meletakan gelasnya, membuat suara kecil di atas meja.

"Hari ini begitu melelahkan bagiku, aku baru saja selesai membunuh segerombolan lalat pengganggu sebelum datang, dan itu membuatku lelah,"

Tangannya mengambil ponsel di saku jaket miliknya.

"Misi sukses, done,"

Pesan terkirim menggunakan sebuah kode.

Dua jam sebelumnya.

Seorang pria dengan langkah kaki sempoyongan tengah berjalan dikoridor hanya ada cahaya lampu redup menerangi jalananya. Ia membuka pintu dengan menekan beberapa pin. Perasaannya cukup panas akibat mabuk, membuatnya meregangkan dasi saat masuk ia melemparkan jas yang ia kenakanan dengan sembarangan.

Langkahnya terhenti ketika melihat sesuatu yang tidak biasa berada di dalam ruangannya. Walaupun dalam keadaan mabuk ia tahu jika seseorang tengah berada di dalam ruangan.

"Siapa kamu?" tanyanya ketika melihat seseorang tengah duduk di kegelapan.

Raut wajahnya terlihat begitu terkejut disertai ketakutan serta rasa cemas mendapati seseorang berada di dalam ruangan, seketika tangannya meraih sesuatu. Sebuah senjata. Ia meraih sebuah senjata yang telah disembunyikan di dekat pintu, tidak ada yang bisa membuka pintu ruangan tanpa kode akses dan seseorang bisa masuk ke dalam ruangannya jelas ia terkejut.

"Siapa kamu?" tanyanya sekali lagi tetapi tidak mendapatkan jawaban, hanya ada pergerakan dari orang di depannya. "Jangan bergerak, atau aku tak segan-segan menarik pelatuk senjataku,"

Tangannya bergetar karena ketakutan, bahkan senjata yang dipegang ikut bergetar. "Jawab, siapa kamu? B-bagaimana kau bisa masuk ke dalam ruanganku?" tanyanya, tetapi ia belum mendapatkan jawaban.

"Hehehhe ... kkau yakin bisa membunuhku dengan senjata itu?" suara itu bertanya membuatnya bersiap untuk menarik pelatuk, hal itu membuat suara tepuk tangan diberikan untuknya.

"Apa yang akan kau lakukan dengan senjata tanpa peluru,"

"Jangan berbohong. Senjata ini punya peluru," sanggahnya.

"Coba tarik pelatuknya jika tidak percaya. Aku tidak berbohong," tantang suara itu membuatnya memberanikan diri menarik pelatuk senjata.

Benar saja, ketika pria itu menarik pelatuk senjata tidak terdengar suara teriakan.

"Aku tidak berbohong bukan?"

"S-siapa kamu?" tanya pria itu tergagap. Ada ketakutan dari nada bicaranya.

"Kau bahkan lupa jika kau memberikanku kode aksesnya?" tanya

Klik!

Lampu dinyalakan memperlihatkan seseorang tengah berdiri dengan gelas wine di tangannya.

"K-kau pengantar itu? Apa kau shadow?"

Gadis itu kembali duduk dan memangku kakinya, kemudian menganggukan kepala membenarkan apa yang baru saja di dengarnya.

"Jadi seperti ini rupa wajahmu?"

"Tidak, ini bukan wajahku, ini hanya topeng. Aku tidak mungkin cari mati, memakai wajah asliku, benar bukan?"

Kaki yang tadinya di pangku kini di turunkannya.

"Bagaimana jika minum lebih dulu? Kau memiliki banyak sekali anggur mahal," ucap gadis itu, melihat tidak ada respon dari pria di depannya, membuatnya sedikit sedih. "Sepertinya tuan muda, tidak ingin minum denganku,"

Pria itu, nampak tidak tenang. Seakan ada sesuatu yang membuatnya seperti itu.

"Berikan barangnya,"

Pria itu meminta sesuatu dengan paksa kepada gadis itu.

"Jangan terburu-buru. Ada uang, ada barang,"

Mendengar apa yangd dikatakan oleh Shadow pria itu terburu-buru mendekat ke arah sebuah lemari mengesar sebuah buku di sana dan menekan sandi. Tidak membutuhkan waktu lama, sebuah ruangan cukup luas terlihat di sana. Sekoper uang di bawa oleh pria itu dari ruang rahasia membuat Shadow tersenyum melihat pembayaran transaksi yang baru saja dia lakukan.

"Aku suka berbisnis denganmu," gadis itu tersenyum sambil mengeluarkan sebuah kotak berbentuk kotak kecil, seukuran dengan tempat kacamata.

"Aku akan memberikan sebuah bonus untukmu setelah ini. Kau akan suka dengan bonus ini, satu kali suntikkan akan sangat menenangkan,"

Begitu cepat pria itu merebut barang yang sejak tadi dia inginkan, kemudian menyuntikannya ke lengan miliknya. Narkoba. Pria itu pengguna narkoba jenis baru. Melihat apa yang tengah disaksikan olehnya membuat Shadow tersenyum, melihat pria di depannya menikmati sensasi mengunakan narkoba.

Sebuah botol dan satu suntik dikeluarkan oleh Shadow dari saku bajunya, kemudian mengisi suntik itu 5ml, dia melangkah ke belakang pria yang tengah duduk di kursi. Tangannya meraih kepala.

"Ini suntikan free yang kujanjikan padamu," ucapnya sambil menyuntikan melalui kulit kepala pria tengah berada di angan-angan karena menikmati narkoba.

"Malam ini adalah malam terakhirmu bersenang-senang," bisik Shadow itu.

Baru beberapa detik setelah ia menyuntik obat itu, seketika sang korban kejang-kejang sambil mencengkram dadanya dengan kuat. Wajahnya memerah, penuh kesakitan terasa, jantungnya seakan diremat begitu kuat membuat urat-urat ditubuhnya timbul, ia meronta membuat berkas-berkas di atas meja berhamburan di lantai.

"Aarggh … o-obat apa yang kau suntikan padaku, wanita sialan," Pekik pria itu memegang dada kiri, ada terasa haus dilehernya membuatnya menegung wine dari dalam botol sekaligus.

"Hhmm … itu hanya 5ml obat penghenti jantung,"

Pria itu terus meringis kesakitan. Jantungnya terasa sakit. "K-kau …"

Obat yang di suntikkan untuknya adalah obat membuat jantung berhenti, atau jantung akan berhenti karena terkejut karena suatu hal. Secara medis, tidak akan ada yang curiga jika menggunakan cara membunuh seperti itu. Disuntikan dibagian kulit kepala, tidak akan ada yang mencurigai hal itu jika itu adalah pembunuhan.

Shadow melangkah mendekat ke ruang penyimpanan, tempat di mana pria itu mengambil senjumlah uang yang diberikan padanya. Menekan beberapa kode di sana, membuat pintu itu terbuka. Tiga buah rak terlihat, memperlihatkan begitu banyak koleksi. Kanan dan kiri sebuah rak panjang, dan di hadapannya terlihat sebuah rak pendek serta sebuah lukisan mahal.

Shadow menurunkan lukisan itu. Memperlihatkan brankas.

"Kutemukan,"

Tangannya kembali menekan beberapa tombol, membuat pintu brankas terbuka.

Gadis itu segera mengambil sebuah dokumen, kemudian menutup brankas dan keluar dari ruang penyimpanan.

Keadaan ruangan begitu kacau, apalagi dengan barang-barang berserakan di mana-mana, sejenak Shadow melihat ke arah pria yang telah di bunuh olehnya. Pria itu korban kesekian dari aksi pembunuhan yang telah dia lakukan.

Setelah mengambil berkas, dia memilih untuk beristirahat sejenak, dengan menikmati wine harga termahal yang terpanjang di rak.

Dia tidak berhenti melakukan kejahatan, untuk mendapatkan uang. Telah begitu banyak uang yang diterima olehnya, membunuh, pengantar barang, terkadang dia menjadi bodyguard. Tidak ada yang tahu wajah dirinya yang sebenarnya.

Shadow, tidak ada yang tahu siapa dirinya. Jenis kelaminya, bahkan wajahnya di organisasi, tapi dia adalah seorang gadis muda yang hidup sendiri. Untuk menyelesaikan misinya, terkadang dia harus menjadi wanita, pria, atau lansia bahkan menjadi anak sekolahan.

Dia seperti bayangan, bahkan tidak pernah gagal dalam menjalankan sebuah misi yang diberikan untuknya.

Setelah selesai menikmati anggur, dia mengirimkan pesan jika misinya telah selesai, kemudian dia pergi dari ruangan itu, membiarkan pria yang telah mati di sana. Tidak lupa mengambil apa yang menjadi miliknya, sekoper uang, serta beberapa berlian.

Bersambung …