Sebuah ruang bawah tanah agak gelap, senjata-senjata terlihat berjijiran, dari senjata laras pendek sampai senjata laras panjang. Ruang bawah tanah itu cukup luas, bahkan ada beberapa ruangan tersendiri, yang terdiri dari peralatan medis berteknologi tinggi.
Terlihat Shadow tengah merakit sesuatu di mejanya. Seakan tengah mempersiapkan aksi selanjutnya. Di atas meja terdapat senjata, kawat serta beberapa alat lainnya. Di pojokan meja tepatnya di dekat dinding terlihat begitu banyak senjata sebuah bertuliskan shadow.
Di sebelah ruangan terlihat fasilitas medis lengkap. Semua fasilatas tersebut dia dapatkan dari organisasi, apalagi memiliki semua barang tersebut sulit mendapatkannya secara legal.
Berita penembakan tengah dilihat olehnya, ia tengah merakit senjata sambil menonton Tv. Aksinya tersebut begitu banyak disiarkan di stasiun televisi serta social media lainnya. Wajahnya datar, tidak terlihat ekspresi apapun. Beberapa orang mempertanyakan tentang keamanan di negara itu. Bahkan tidak sedikit yang menyingkir kepolisian karena tidak bisa menangkap pelaku.
Dor … satu kali tembakan, membuat televisi berlubang. Ia melampiaskan kekesalan karena misinya gagal pada televisi tersebut.
Dddzzz …
Ia melirik ke arah sebuah ponsel jadul, terlihat sebuah pesan masuk dari nomor tanpa nama.
"Setelah misi ini selesai, aku ingin melihatmu,"
Ia mengabaikan pesan tersebut dan focus pada pekerjaannya saat ini.
Di lain tempat, di sebuah ruangan beberapa orang tengah frustasi karena aksi penembakan itu belum juga ditemukan pelakunya. Ruangan cukup luas, serta karyawannya memiliki name tag.
Logaritma, serta bug terlihat dari beberapa orang yang tengah duduk sambil di depan layar computer. Beberapa orang tengah mengecek rekaman CCtv, ada pula yang tengah mengecek berkas.
Seorang pria, dengan bola hitam terang, rambut berwarna abu-abu, perawakan tinggi serta tubuh begitu kekar tengah memasuki sebuah ruangan. Tubuhnya masih pucat, dan kurang sehat. Lucas tengah mengamati anggota timnya yang tengah bekerja.
"Kau baik-baik saja? Bagaimana dengan lukamu? Harusnya, tidak perlu datang bekerja. Biar kami saja yang melakukannya," seru seorang wanita mencecar Lucas dengan kalimatnya, padahal pria itu baru saja masuk.
Lucas tidak memperdulikan hal itu. "Lukaku tidak penting saat ini. jadi, apa saja yang kalian dapatkan?" tanyanya sambil melangkah menjauh dari gadis bernama Lauren.
Apa yang terjadi semalam, masih segar diingatan Lucas. Tidak hanya kejadian yang menimpa mereka, tetapi wanita yang menembak serta menolongnya secara bersamaan. Ketika bertemu langsung dengan Shadow, dia melihat dengan jelas, apa yang dikatakan oleh orang-orang berbeda dengan apa yang dilihatnya. Mungkinkah, orang-orang hanya menambah-nambah gossip tentang wanita itu.
Lucas mengakui jika wanita itu terlihat dingin dan tidak mudah di dekati. Mungkin dingin, dan sadis tapi wanita yang dilihatnya itu berbeda.
Belum selesai kasus satu, kasus lain terus saja bermunculan. Sebuah pembunuhan terjadi di Club, membuat kasusnya dialihkan ke mereka karena telah dianggap sebagai kasus rahasia.
Lucas mendekat ke arah salah satu timnya yang terlihat tengah frustasi.
"Apa yang terjadi?" tanyanya mendekat.
"Kami tidak bisa menemukannya, bahkan memakai satelit pun, bahkan beberapa kali terdapat gangguan ketika tengah mencarinya, kita butuh orang yang lebih pintar untuk membantu kita,"
"Orang lain? Bukankah kalian yang berada di sini adalah salah satu orang terpilih? Kenapa tidak bisa melakukannya?" tanya Lucas membaut semua orang terdiam.
"Kapten, kita tidak harus memeriksa semua ponsel mereka yang hadir di sana bukan?" tanya seseorang, karena begitu kelelahan setelah melihat semua isi rekaman dari media.
"Berhenti bermain-main," kata pria itu. "Apa yang telah kalian dapatkan selama ini?" tanya pria itu sambil menatap anggota timnya.
"Kami kehilangan jejak, apalagi begitu banyak orang," kata salah satu rekan timnya bernama Betro
"Persempit pencarian, wanita berusia pertengahan tiga puluan, rambut panjang, kulitnya putih, memiliki luka digoresan peluru di lengan kanannya. Dia seperti seorang profesional, dan perhitungan dalam menjalankan misinya," kata pria itu lagi. "Dan juga... Orang yang sama,"
Lucas Veen Ardeon, usianya 28thn, saat ini bekerja menjadi agen rahasia negara. Saat penembakan di acara kampanye, dia lah yang menembak Shadow, mereka bertemu kembali di Kapal Pesiar, dan Shadow menyelamatkannya. Walaupun alasan Shadow menyelamatkannya kurang dipercaya. "Aku menolongmu karena kau masih kekasihku saat ini, dan juga karena kau tampan,"
"Apa maksudmu, orang yang sama?" tanya Lauren.
"Saat di kapal aku terluka dan dia yang menolongku. Dia bekerja sendiri," jelas Lucas. "Dia seorang professional bahkan ia menolongku," jelas Lucas lagi.
Ia tidak memberitahu detail bagaimana dirinya diselamatkan oleh Shadow, yang bahkan dirinya sendiri pun masih belum sepenuhnya percaya dengan apa yang dilihatnya.
Seorang wanita memiliki kemampuan medis, serta obat yang digunakan pun sangat aneh menurutnya, bagaimana bisa seseorang memiliki seperti itu dan menjadi pembunuh? Tidak hanya sampai di situ saja. Teknologi yang digunakan membuatnya begitu takjub. Ada berapa banyak orang sepertinya di luar sana? Pikiran tentang hal itu membuat Lucas tidak membocorkan apapun yang ia lihat.
"Mengapa dia menolongmu?" tanya Lauren penasaran.
Ia merasa jika Lucas menyembunyikan sesuatu padanya. Namun, pria itu mengangkat dua bahunya, sebagai tanda ia tidak tahu.
"Tidak perlu pikirkan lagi, sebaiknya kita kerjakan perkejaan kita saat ini," ucap Lucas mencoba mengalihkan pembicaraan. "Persempit pencarian kalian," titah Lucas.
Ia melihat ke arah jam tangan miliknya. "Beberapa orang yang ikut denganku, untuk mengecek sebuah tempat. Lauren, dan bimbim ikut denganku yang lain tetap di sini. kalian berdua bersiap-siap," ucap Lucas.
"Apa ada kasus baru?"
"Tidak, tapi aku merasa kasus ini berhubungan dengannya," kata Lucas. "Kalian pasti melihat berita yang pembunuhan di club malam,"
"Seorang gadis dengan leher tersayat dan perut terbelah," seru seorang gadis yang baru saja datang.
Pakaiannya begitu rapi, setelan semi jas berwarna abu-abu dengan rambut pendek sampai bahu. Ia adalah profiler yang ditugaskan dalam tim itu.
"Binggo!" kata Lucas. "TKP pembunuhan itu yang akan kita datangi," ucapnya lagi. "Ayo, kita akan sangat sibuk,"
Terlihat beberapa orang tengah berkumpul sambil berbisik-bisik entah tengah berbicara tentang hal apa. Ada pula yang tengah muntah saat keluar sebuah ruangan.
Lucas mengangkat sebelah alis, kemudian mengusap dagunya. "Kenapa TKP-nya begitu ramai?" tanyanya pada manager.
"B-biar aku—"
"Tidak perlu," ucap Lucas dingin kemudian menerobas kerumunan orang. "Luaren, sebaiknya amankan TKP ini," ucap Lucas sambil memakai sarung tangan latex kemudian menatap ke dalam ruangan.
Seorang wanita tengah menengadah ke atas, matanya membulat, tidak tertutup, wajahnya terlihat begitu pucat pasif. Lauren yang melihat hal itu seketika mual, ia tidak percaya dengan apa yang tengah dilihatnya. Seorang wanita dengan kematian begitu mengenaskan, perut terbelah serta isi perut berada di luar.
Bersambung …