Chereads / Lady's De Light / Chapter 25 - SEBUAH TEKAD 3

Chapter 25 - SEBUAH TEKAD 3

Brak, "Astaga!! Bagaimana ini?" gadis berambut merah kecokelatan itu terlihat panik setelah dirinya merasakan perasaan gembira yang tak terkira sebelumnya.

Menuju ke arah laci meja riasnya dengan terburu-buru, "Dimana? Dimana itu? Dimana aku meletakannya?"

Sudah di buka semua laci yang terletak di meja rias miliknya, namun sesuatu yang ia cari itu tidak ia temukan dimanapun.

"Ya tuhan.... Tamatlah riwayatku," di saat yang bersamaan, dirinya melihat seekor kucing yang ia jumpai saat sedang berada di café Ibu Kota sedang terduduk kaku di tengah-tengah jendela yang terbuka lebar.

Gadis berambut merah kecokelatan itupun segera menghampirinya, "hei, kau di sini?"

Menjadi heran, "sejak kapan jendela kamarku terbuka lebar seperti ini?"

Gadis berambut merah kecokelatan itu langsung menutup kembali jendela kamarnya, dan membawa kucing yang terpampang di sana masuk.

Gadis berumur 19 tahun ini terlihat cemas, "hoho... Lady Ophelia membawaku masuk ke kamarnya. Ini sangat langka! Aku masuk ke ruangan Puteri Duke!" Tristan Mort, bukannya mengkhawatirkan temannya, Loukas si Serigala Putih, dia malah sibuk memikirkan hal lain.

Gadis itu lantas meletakan kucing berbulu orange di pangkuannya, mengelusnya seperti hewan peliharaan pada umumnya. Gadis itu belum tahu jika kucing yang ia bawa saat ini adalah wujud dari Tuan Tristan Mort, yakni seorang manusia, dan ia mencurahkan keluh kesahnya pada kucing yang sedang dia belai.

"Dengar, aku merasa aneh tiba-tiba saja ada di sini di dunia ini, terdengar tidak masuk akal seseorang masuk ke dalam buku saat dirinya sedang tengah membaca dengan asik, kan?"

Gadis itu menarik napasnya dalam-dalam kemudian menghela napas gusar, "aku baru saja menghilangkan gulungan kertas yang aku ambil dari tenda perkemahan Kakak Pertamaku! Dan tadi... Saat aku menuju ke kamar ini..."

***

Kembali menuju ke-45 menit yang lalu,

"Sungguh...? Benarkah itu?"

"Iya, aku mengijinkanmu, akan tetapi Ibumu belum mengetahui hal ini," ucap Tuan Duke Asclepias kepada Puteri Bungsunya setelah keduanya berbincang-bincang cukup lama.

"Aku tidak perlu persetujuan Ibu tiri Ophelia, ini saja sudah lebih dari cukup," dalam hati.

Puteri Bungsu Duke sangat senang mengetahui jika Ayahnya mengijinkan ia untuk membatalkan pertunangan dengan Putera Mahkota. Namun, dibalik kesenangannya itu gadis berambut merah kecokelatan mencoba untuk tetap bersikap tenang agar tidak terlalu kelihatan jika dirinya sedang sangat bergembira.

Berdiri, "terima kasih banyak, Tuan Duke sudah mengijinkanku untuk membatalkan pertunangan itu," gadis dengan rambut merah kecokelatan membungkukan sedikit badannya untuk berterima kasih kepada sang Ayah.

"Dan dari apa yang kau minta bersamaan dengan alasanmu waktu itu, aku akan memasukkanmu ke sekolah tinggi Gardenia Da Oriana yang letaknya berdekatan sekali dengan Hutan Meadow, tempat dulu kau di temukan setelah hilang selama satu minggu."

Tuan Duke Asclepias yang tak lama setelah mengucapkan kalimat terakhir, dirinya pun berdiri dari tempat duduknya sembari berjalan ke arah tembok yang telah terpajang dua buah pedang Keluarga Duke Asclepias yang menyilang, ia meneruskan kalimatnya, "kau akan mengemban Ilmu Kemasyarakatan lewat sana, lakukan sesukamu, Ophelia. Aku juga berharap, semoga kau tidak merasakan trauma apapun karena sekolah itu berdekatan dengan Hutan terlarang Oriana."

["Tidak, aku tidak akan trauma semudah itu, akan ku cari tahu keberadaan Ophelia yang asli, dan mengapa aku bisa sampai sini, sembari belajar jurusan yang aku pilih saat masih ada di masa depan. Lebih tepatnya saat aku masih berada di dunia nyata."]

Tekad gadis berumur 19 tahun itu sudah bulat, jiwanya membara bak api yang berkobar membakar habis tubuhnya, "aku akan melakukan yang terbaik, Ayah! Aku berjanji."

Usai sudah percakapan kedua Ayah dan Puterinya ini, gadis berambut merah kecokelatan itu pamit untuk pergi kembali ke kamarnya. Setelah agak lama berjalan, dia menjumpai Kakak Keduanya yang sedang terlihat serius setelah baru saja keluar dari ruangan kerja Kakak Pertamanya.

"Selamat malam, Kakak Kedua," sapa gadis bermata emerald itu pada Lyon.

"Oh, hai Opheli, selamat malam juga untukmu. Kenapa sudah hampir jam 10 malam, kamu belum tidur?" agaknya Kakak Keduanya itu ingin tahu, habis dari mana adiknya malam-malam seperti ini.

"Ah... Aku baru saja dari ruangan Ayah, dia mengijinkanku untuk membatalkan pertunangan dengan Putera Mahkota, Kakak..." tersenyum.

Kakak Keduanya itu menyentuh pipi adiknya seperti biasa, "astaga, kenapa senyum adikku manis sekali seperti gula?"

Violet tertawa di dalam hatinya.

"Tidak, senyum Kak Lyon lebih manis dariku, apakah Kakak tidak mengetahui fakta itu?"

"Lihatlah ini!" Lyon mulai mengacak-acak rambut merah kecokelatan milik adiknya yang tergerai lurus kebelakang, "kalau begitu, senyummu bak sinar rembulan yang bercahaya di malam hari, priksalah sekitarmu, cahayanya menerangi seluruh jalan di sekitar sini, hahaha."

Violet semakin tertawa kencang, dan tidak tahan dengan gombalan yang di berikan Kakak Kedua pemeran utama wanita itu pada adiknya.

Gadis berambut merah kecokelatan tertawa lepas, dan membalas perkataan Kakak Keduanya dengan mengucapkan terima kasih.

["Omongannya melebihi buaya darat daripada Putera Mahkota yang gonta ganti wanita itu, ya ampun bisa-bisanya Ophelia memiliki Kakak seperti ini."]

Setelah melakukan percakapan seru itu, Kakak Pertamanya, Orion, keluar dari ruangan kerjanya tiba-tiba karena mendengar suara tawa kencang dari luar, "Lyon, apa yang kau lakukan dengan Lia?" suara pria berambut merah menyala itu sampai mengagetkan gadis berambut merah kecokelatan.

"S-selamat malam, Kakak Pertama..." menyapa, akan tetapi yang gadis itu dapatkan bukanlah sapaan balik, melainkan dirinya seperti telah mendapatkan sebuah omelan.

"Kenapa kamu belum tidur, Lia?! Ini sudah jam 10 lebih."

"I-itu---" kalimatnya terpotong oleh Lyon, "Dia baru saja dari ruangan Ayah, Kak."

Pria berambut merah menyala itupun menanyakan alasannya, Kakak Kedua Ophelia menjelaskannya, dan.. "Selamat kalau begitu, semoga apa yang kamu pilih itu benar."

"Ya, Kakak..."

Gadis berambut merah kecokelatan itu pamit untuk pergi, dan setelah beberapa langkah dirinya meninggalkan kedua kakaknya, dia mendengar percakapan yang seharusnya tidak dia dengar.

"Apa kau sudah menemukan gulungannya?" tanya Orion kepada adiknya, Lyon.

"Aku tidak menemukan apapun, Kak. Sepertinya bukan ada di Mansion ini," jawabnya yakin.

"Priksa seluruh ruangan yang ada, jika tidak ketemu juga, aku akan lakukan penyelidikan bersama dengan Tim ku besok," ucapnya begitu tegas.

Pria berambut merah bata dengan ciri khasnya seperti surai singa itu menganggukkan kepala, "aku belum memeriksa kamar Opheli. Setelah dirinya tidur nanti, aku akan mencarinya di sana."

Pupil berwarna hijau emerald milik gadis berumur 19 tahun itu menciut, dirinya terpaku sebentar karena baru saja mendengar hal yang mengejutkan. Kedua pria itu tidak menyadari jika Ophelia berhenti di tengah jalan yang agak sedikit gelap, ternyata suara Kedua Kakaknya itu terdengar sampai ke telinga Ophelia. Kakak Pertamanya telah sadar gulungan kertasnya itu menghilang.

"Aku harus bersyukur atau apa mendengar percakapan ini?!"

Cepat-cepat gadis berambut merah kecokelatan itu pergi ke kamarnya untuk mengambil gulungan kertas yang ia letakan di dalam laci meja riasnya.

"Astaga!! Bagaimana ini?" gadis berambut merah kecokelatan itu terlihat panik setelah dirinya merasakan perasaan gembira yang tak terkira sebelumnya.

Dan setelah di buka, kertas itu sudah tidak ada. Hanya ditemukannya kucing berbulu orange yang tengah berada di jendela kamarnya yang terbuka.

***

"Sudah tidak ada?" tanya pria berwujud kucing itu di dalam hatinya, "apakah Loukas berhasil mengambil gulungannya?"