Orion menatap tajam ke arah pria yang sedang bersenda gurau bersama adiknya, Ophelia. Matanya menyipit dan juga sinis seakan terganggu dengan suasana ceria disana.
"Tuan, Nona Ophelia sedang bersama siapa?" tanya Audrey, pelayan pribadi Kakak Pertama Ophelia, Orion, karena merasa pemasaran siapakah orang yang diajak mengobrol oleh adik majikannya itu.
Gadis berambut merah kecokelatan tidak sadar sedang di perhatikan dari jauh, "aku juga tidak tahu, sejak kapan Lia bicara dengan pria selain dengan ayah, kakak-kakaknya, juga calon tunangannya itu," jawabnya.
"Ah... Dia pasti kenalan Nona..." Audrey tetap berpikir positif, namun tidak dengan Kakak Pertama Ophelia.
"Sebentar lagi kita akan segera pergi dari toko ini, cepat kau panggil Lia. Aku sudah menemukan pedang mana yang akan aku berikan kepada Lady Ilona."
"Baik, Tuan."
***
"Kau ingatkan janjiku? Kita akan bertemu berdua saja," ucap Ophelia pada pria berambut putih perak di sampingnya.
"Maaf, Nona. Sepertinya aku lupa," jawab Loukas dengan sopan.
"Mungkin karena sudah terlalu lama... Datanglah ke Mansion Duke jam 11 siang nanti, aku akan menunggumu," Ophelia tersenyum, iapun melanjutkan kalimatnya yang belum selesai, "jika kau tidak ingat, kita akan membahasnya lagi nanti setelah aku selesai pergi mengunjungi calon tunangan Kakak Pertamaku."
"Baiklah jika begitu, Nona. Aku akan menepati janjiku dengan datang ke Mansion Duke nanti."
"Terima kasih telah berjanji. Sepertinya aku harus segera meninggalkan tempat ini, pelayan pribadi Kakak Pertamaku sudah memberikan peringatan," gadis berambut merah kecokelatan ini memberi salam perpisahan kepada Loukas.
***
Merasa seperti telah bosan menunggu, anak kedua Count Marion yang tak lain adalah Ilona Josephine mengangkat badannya dari kursi yang tengah ia dudukki dengan tenang.
"Berapa lama lagi mereka akan tiba di Mansion ini?" Ilona bertanya kepada pelayan yang mendampinginya di taman.
"Mungkin sekitar lima menit lagi, Nona."
Gadis berambut hitam lurus itu merasa waktu latihannya telah terbuang hanya karena menunggu dua orang akan datang. Namun, walaupun sejengkel apapun itu, gadis ini akan tetap menunggu dengan sabar, hanya dengan bermodalkan cukup mengendalikan emosinya.
Ilona menghela napasnya gusar, "kembalikan semua buku itu, sampai-sampai aku sudah membaca semua buku yang sudah aku ambil tadi," perintahnya pada pelayan di dekat sana.
Tidak memerlukan waktu yang lama, Orion Victory bersama dengan Adik Bungsu kesayangannya, Ophelia Violetta telah tiba di Mansion Count Marion yang letaknya ada di ujung Ibu Kota Oriana.
Seperti biasa, seorang pria memberikan tangannya sebagai pegangan ketika seorang lady turun dari kereta kuda, dan hal itu pasti dilakukan oleh Orion terhadap adik bungsnunya, Ophelia, maupun dengan lady-lady lain di segala penjuru Oriana.
Kebiasaan Violet di kehidupan lamanya melekat di dalam diri Puteri Bungsu Duke Asclepias, yang tak lain adalah tokoh utama novel 'Unrequited Love.' Badannya yang tidak bisa diam, rasa ingin tahu yang tinggi, dan juga sekarang ini manik hijau emerald-nya tengah menjelajahi objek yang ada di sekitar halaman Mansion Count Marion, sering kali matanya itu tak bisa diam untuk tidak jelalatan.
"Hmm?" sesuatu muncul dibenak gadis berambut merah kecokelatan ini, mata hijau emerald-nya tiba-tiba terfokus pada sebuah kereta kuda yang tampak tidak asing lagi bagi dirinya.
Ophelia terus mengamati kereta kuda itu sebelum Kakak Pertamanya mengajak dia untuk lanjut berjalan masuk ke dalam Mansion Count Marion. Sangat yakin dengan prasangka buruknya, gadis ini mencoba untuk melihat lebih detail lagi lambang apa yang terpasang di badan kereta kuda itu.
Memang tidak salah lagi, yang dilihatnya adalah lambang milik Kerajaan Oriana, namun ada satu hal yang menarik perhatian Ophelia juga membuat dirinya bertanya-tanya, dibelakang kereta kuda Kerajaan itu terdapat satu lagi kendaraan yang sama, akan tetapi lambangnya berbeda, dan baru pertama kali dirinya melihat itu di dunia ini.
Tiba di aula Mansion yang luas sepasang Adik, dan Kakak ini berjalan, dan saat ini adalah kali kedua gadis berambut merah kecokelatan datang ke Mansion Count Marion. Belum pernah dirinya mengamati benda yang terdapat di ruangan megah Mansion itu, karena saat terakhir kali dirinya kemari, gadis berumur 19 tahun ini mendapat pengalaman tidak menyenangkan karena sudah di gibah oleh Lady-lady lain, dan tentu saja dalangnya adalah Puteri Sulung Count Marion, Theresia Fanny.
"Selera Count Marion lumayan bagus juga ternyata..." dalam hati gadis berambut merah kecokelatan itu.
Mata hijau emerald-nya terus memandangi properti yang ada di sepanjang ruangan Mansion Count Marion, padahal ketika Ophelia di Mansion milik Ayahnya sendiri saja tak pernah sekalipun dirinya melirik properti yang ada, ya... mungkin sesekali, Violet sepertinya belum ada waktu untuk melihat seluruh isi Mansion milik Ayah tokoh utama wanita di novel 'Unrequited Love.'
Tak terasa kedua anak Duke Asclepias ini berjalan, keduanya telah sampai dimulut taman Mansion Count Marion, kedua kaki Ophelia kini mulai menginjak rerumputan hijau nan cantik dan bersih disana. Gaunnya yang panjang, dan mengembang itu lantas menyapu embun di atas daun rerumputan.
Suasana saat itu terasa sangat sejuk, dan menenangkan hati, Violet berpikir mungkin karena Theresia tidak ada disini, jadi otak Ophelia atau dirinya yang sekarang ini menjadi lebih sedikit dingin, dan tenang.
Keduanya disambut baik oleh pelayan pendamping Ilona Josephine, rasa ini tak seperti saat gadis berambut merah kecokelatan dengan warna mata hijau emerald pertama kali di sambut oleh pelayan Theresia Fanny di tempat yang sama pula.
"Selamat datang, hormat kami kepada Tuan Muda Duke Orion Victory, dan juga Tuan Puteri Ophelia Violetta... Nona Ilona telah menunggu kalian berdua di dalam. Silahkan lewat sini," pelayan pendamping Ilona Josephine kini mengantar kedua anak Duke Asclepias ini langsung menuju ke hadapan gadis berambut hitam lurus itu.
"Senang bisa berkunjung kemari, Lady..." salam sapa dari Adik Bungsu Orion Victory.
"Aku punya sesuatu untukmu," timpal pria berambut merah menyala yang mengenakan pakaian rapi bak pangeran di negeri dongeng, kurasa tokoh utama lelaki di dunia ini sedang di geser posisinya oleh Kakak Pertama Ophelia.
"Apa itu?" tanya Puteri kedua Count Marion menanggapi perkataan Orion.
Diberikannya sebuah kotak persegi panjang yang lumayan besar, sudah di hias lengkap dengan pita, dan juga kartu ucapan di dalamnya. Belum cukup sampai disitu, Kakak Ophelia yakni Tuan Muda Duke Pertama juga memberikan satu untaian buket bunga nan cantik jelita seperti calon tunangannya, Ilona.
Tak perlu berlama-lama lagi, kini gadis berambut hitam lurus ini membuka kotak yang ia terima, and... Walla~~~ satu buah pedang armor berwarna hijau tosca dengan pertama yang bersinar di gagangnya.
Gadis yang tak lain adalah Puteri kedua Count Marion ini sedikit terkejut dengan hadiah yang diberikan oleh calon tunangannya itu. Ophelia yang dibekali sedikit ilmu sosial dari Violet dapat melihat bagaimana ekspresi senangnya gadis berambut hitam lurus ini.
Nampak biasa saja, nampak senang, juga terlihat cuek seperti sikap sehari-harinya. Namun, tak dapat dipungkiri lagi dari sorot matanya yang berbinar itu, sudah dipastikan rencana gadis berambut merah kecokelatan ini kelihatannya berhasil.
Ophelia sudah cukup memberi kode pada Kakak Pertamanya untuk mengganti hadiah yang semula kue terus-menerus menjadi sebuah hadiah yang lumayan. Tak sia-sia usahanya bersama Audrey, pelayan pribadi Orion diperjalanan tadi.
Sikap senang yang disembunyikan Ilona kepada semua orang di taman itu sudah ketahuan oleh Ophelia. Di tambah sodoran buket bunga cantik tadi menambah mood seorang Lady yang pemberani ini.
"Syukurlah jika Lady Ilona suka," ceplos gadis berambut merah kecokelatan, matanya menyipit dengan senyum bahagianya.
Ilona Joshepine berhenti menatap pedang yang masih baru itu, ia tertegun karena kata-kata Ophelia barusan, seakan Ilona sadar jika Adik Bungsu calon tunangannya itu bisa membaca suasana apa yang terjadi barusan.