Chereads / Lady's De Light / Chapter 31 - RAPAT NYONYA BANGSAWAN

Chapter 31 - RAPAT NYONYA BANGSAWAN

"Apa itu?" jawabnya.

"Bisakah Kakak carikan aku data siapa-siapa saja yang terakhir kali terbunuh di Ibu Kota? Mulai dari dua minggu yang lalu."

"Apa katamu?" pikir pria ini, ia mengira indra pendengarannya sedang bermasalah.

"Apakah Kakak bersedia mencarikanku data itu...? aku mohon..." pinta gadis berambut merah kecokelatan.

"Untuk apa kau meminta hal seperti itu padaku?" serius.

"Ah sial... Tentu saja Kakak Ophelia akan menanyakan hal ini, harus ku jawab bagaimana agar dia tidak curiga?" ucap Ophelia dalam hati.

Perasaannya cemas, kaki kirinya tak bisa diam saat berdiri, bergerak kesana dan kemari sambil memutar-mutar bola mata emeraldnya. Sebelum Kakak Pertamanya hampir saja sadar akan gerak-gerik mencurigakan yang ia lakukan, lantas dirinya langsung memberikan jawaban dari hasil berpikirnya itu.

"Aku hanya ingin melihatnya saja, apakah tak boleh? Sebenarnya aku ingin menyicil materi untuk bersiap-siap memasuki Gardenia, Kakak tau sekolah macam apa itu, kan? Setidaknya aku sudah paham sedikit kasus di masyarakat setelah mempelajarinya dari data itu," dag-dig-dug hati gadis berumur 19 tahun ini menunggu jawaban dari Kakaknya.

Kakak Pertamanya, Orion terdiam sebentar, dirinya berpikir harus mengijinkannya atau tidak.

"Kakak...?"

"..... Baiklah, akan aku carikan. Tetapi kenapa kau tidak meminta tolong pada Lyon saja? Dia kan lebih sering berkecimpung dalam urusan berbahaya seperti ini," menghela napas.

Tertawa ringan, "hehe, Kak Orion tau Kakak Kedua seperti apa, kan... Jadi, aku berpikir untuk bertanya padamu saja daripada dia," jawab Ophelia terus terang sembari menghentikan kakinya yang bergerak terus menerus itu, "Kak Lyon juga sedang ada tugas di perbatasan, jadi aku tidak akan bisa meminta bantuannya," lanjut gadis berambut merah kecokelatan ini.

"Yah... Itu memang benar sih, baiklah jika itu adalah semangat belajarmu yang tinggi, akan Kakak kabulkan."

"Wiih... Terima kasih Kakak, aku sayang Kakak!" Ophelia langsung menuju kereta kuda lebih dulu setelah mengucapkan rasa terima kasihnya itu, dan meninggalkan Orion di belakangnya.

Pria berambut merah menyala ini diam membeku, sudah lama sekali dirinya tak mendengar ucapan cinta kasih semacam itu dari mulut Adik bungsunya.

Perasaan bahagianya itu tak mau ia perlihatkan kepada Adiknya, Ophelia. Jadi, Orion memasuki kereta kuda dengan bersikap seperti biasanya.

***

"Kupikir akan bagus jika mengadakan pesta di hari biasa, kita tak perlu mengundang banyak orang bukan? Lagipula ini hanya pergaulan kelas atas biasa," ucap Madam Margaretta sambil meminum segelas anggur di tangan kanannya.

"Apa maksudmu dengan pergaulan kelas atas biasa? Kita akan mengundang banyak tamu tak hanya dari bangsawan kelas menengah hingga kelas atas, para saudagar, dan cendikiawan dari luar Oriana juga akan hadir di acara pesta dansa nanti, apa kau lupa?" timpal Madam Cartene di rapat pertemuan yang sedang diadakan pada kediamannya itu.

"Ya ampun kau berlebihan, Madam Cartene, kita tak mengundang banyak orang luar, tak usah melebih-lebihkan," sahut Nyonya bangsawan lain yang berpihak pada Madam Margaretta.

"Aku setuju, dan tahu maksud dari pendapat Madam Caetene. Bukankah tamu itu harus di istimewakan berapapun jumlahnya? Bukan begitu Madame?"

"Itu benar, Roryta, jelaskan padanya apa maksudku."

"Pesta dansa yang akan diadakan pada Villa Istana bagian selatan Oriana bukanlah pergaulan kelas atas biasa, sebaiknya kita mengambil waktu tepat, dan efektif. Bagaimana jika hari libur? Karena sudah pasti para bangsawan tidak sibuk dengan urusannya masing-masing, kita juga akan membuatnya terlihat bagus dengan anggaran yang di dapat cukup besar."

"Hah? Bagaimana bisa kau menyimpulkannya seperti itu?" jawab Madam Margaretta kebakaran jenggot karena tahu anggaran yang di dapat dari perkumpulan Nyonya-nyonya besar ini akan digunakan untuk acara pesta dansa.

"Kenapa reaksimu seperti itu, Madam?" Cordylia menimpali ucapan Margaretta dengan tatapan kasar yang menusuk. Ibu Tiri Ophelia juga turut andil dalam rapat Nyonya Bangsawan ini.

"Duh, lihat siapa yang bicara?" ucap Nyonya di sebelah Margaretta, kata-kata itu saja tentu tak akan cukup untuk merendahkan martabat Nyonya Duke.

"Tutup mulutmu," Madam Margaretta menyuruhnya untuk diam karena selalu ikut campur.

Di ruangan itu terlihat tak ada yang bicara lagi seakan rapat sudah selesai dilaksanakan, "aku sependapat dengan Madam Cartene, jika ada yang tidak setuju sebaiknya angkat tangan untuk bicara, diam saja tidak akan membantu," ucap Cordylia pada seluruh Nyonya Bangsawan yang ada di ruangan Mansion milik Madam Caetene.

Sudah di tunggu selama 1 menit namun, tak ada jawaban dari para Nyonya Bangsawan yang ada, "kalau begitu akan ku anggap rapat ini telah usai," Cordylia kemudian memberi kode pada Madam Roryta untuk mengingatkan kembali apa dresscode yang akan di kenakan besok ketika acara berlangsung.

"Para Bangsawan baik remaja maupun dewasa akan mengenakan dresscode berwarna cerah, buat gaun dan pakaianmu terlihat unik bersama dengan topeng sebagai penutup mata. Itu adalah bagian terpenting, dan terbaik di acara pesta dansa yang akan datang, tujuannya agar orang-orang yang hadir tidak akan mengetahui siapa identitas asli kalian."

Dengan ini rapat selesai, dan seluruh Nyonya Bangsawan yang hadir di bubarkan.

***

Di tengah kebosanan seorang Lady Duke, sepucuk surat telah tiba di kamarnya. Suara ketukan pintu dari luar kamar terdengar sampai ke telinga gadis berambut merah kecokelatan yang sedang guling-guling salto di atas kasur.

Ia telah mengganti gaun sederhana super ribetnya itu dengan menggunakan piama yang amat ringan. Penampilannya kacau, rambutnya bukanlah rambut rapi milik seorang Lady.

"Tolong buka pintu-" baru setengah dari perkataannya itu keluar, Ophelia telah lebih dulu membuka engsel pintu di kamarnya.

"Astaga! Apa-apaan penampilanmu ini, Ophelia?!" Cordylia, Ibu Tiri gadis berambut merah kecokelatan ini terkejut bukan main melihat Puteri satu-satunya yang dimiliki suaminya itu terlihat seperti gembel di Ibu Kota dimatanya.

"Siapa yang kemari di siang bolong seperti ini..." Ophelia masih tidak memperhatikan siapa yang tengah berkunjung ke kamarnya itu.

Setelah beberapa saat dirinya mulai merasa aneh dengan gaun lebar mengembang yang di kenakan Cordylia. Ophelia berkedip beberapa kali ke arah Ibu Tirinya, pikirannya berhenti sebentar.

"Hah?" ucapnya dalam hati.

"Madam Cordylia?" spontan bertanya, kemudian dibalas oleh Ibu Tirinya itu, "panggil aku dengan Ibu, bukan Madam, sudah berapa kali aku mengatakannya."

Gadis berambut merah kecokelatan itu langsung menutup kembali pintu kamarnya dengan maksud ingin berganti pakaian dan merapikan penampilannya yang berantakan.

"Ophelia, bukankah kau sudah melihat Ibumu ada di sini?! Kenapa kau menutup pintunya? Biarkan aku masuk!"

Cordylia kemudian menyuruh kedua penjaga di depan pintu Puteri Bungsu Duke itu untuk mendobraknya. Tak habis pikir padahal Ophelia sedang akan berganti pakaian di dalam kamarnya, suara dobrakan pintu terdengar semakin keras membuat hatinya merasa cemas.

"Sinting! Aku hampir saja membuka piamaku!" beruntung, rambut yang awur-awuran itu sudah disisirnya dengan rapi.