"Namaku Jason Blair Avery, aku adalah Panglima tertinggi pasukan perang, sekaligus pengawas kesehatan keluarga istana, juga Paman angkatnya Loukas, maaf karena tidak memperkenalkan diri terlebih dulu," sedikit membungkukkan badan.
"Aku sangat kagum sekarang, hahaha," ucap Ophelia setelah mendengar perkenalan diri dari lelaki berpedang armor itu.
"Karena apa, Puteri?" bertanya karena penasaran.
"Orang penting seperti dirimu ada di sini, bukankah itu mengagumkan?" memuji.
"Puteri terlalu baik hati, tempat tinggalku memang di sekitar sini."
"Kau salah, aku tidak sebaik yang kau kira," wajah gadis itu berubah dingin.
"Ah... Okey," memalingkan muka, "aku hanya ingin mengatakan itu, aku harap Puteri menepati janji," lanjutnya.
"Baiklah, tentu saja."
Gadis berambut merah kecokelatan, dan lelaki itu kemudian keluar dari area danau, mereka berdua telah menyelesaikan kepentingan masing-masing.
Nampak sebentar lagi langit di Hutan Meadow akan menjadi gelap, semburat warna jingga mulai menyebar dari arah barat.
"Celaka, aku harus pulang sekarang," kata Ophelia sambil menatap ke atas.
"Ada apa, Puteri?" Lelaki itu belum paham rupanya.
"Tidak-kah kau melihat sebentar lagi malam akan tiba? Aku bisa dimarahi Ayah terutama Nyonya Cordylia jika tidak segera sampai di Mansion," dahinya berkerut.
"Menginap sajalah di rumahku, Puteri," memberikan tawaran pada gadis berambut merah kecokelatan itu, lelaki berpedang armor bernama Jason itu lalu memanggil keponakannya, Loukas, untuk kembali ke area sekitar danau menggunakan sihir pemanggil Serigala khusus.
Beberapa menit kemudian dua orang pria datang menghampiri Jason, dan juga Ophelia. Gadis itu tau siapa pria berambut putih perak yang berada di depan, dan tentu saja pria mencurigakan berambut orange di belakang Loukas.
"Apa dia juga akan ikut?" gadis berumur 19 tahun itu bertanya pada Paman angkat Loukas.
"Siapa yang kau maksud, Puteri?"
"Pria di belakang Tuan Loukas."
"Hahaha, dia? Tentu saja," sembari menjawab pertanyaan Ophelia, lelaki berambut cokelat itu tertawa.
"Dia pikir ini lucu, ya?" dalam hati Violet.
Loukas sudah sampai dihadapan Pamannya, Jason, "sudah selesai?"
"Iya, bawa Puteri Ophelia ke rumah," perintah Jason.
Alis sebelah kiri milik pria berambut orange terangkat, "wow, keren..."
Loukas otomatis menendang pergelangan kaki milik pria kucing orange itu, "ughh, sakit!" meringis.
"Diam kau," bisik Loukas.
"Apakah tidak apa-apa jika aku ikut ke rumah Pamanmu, Tuan?" bertanya pada Loukas.
"Tidak apa-apa, Nona. Anda ingat wanita paruh baya yang Nona temui waktu bersamaku di hutan ini?"
"M-maksudmu waktu aku pertama kali menggunakan sihir teleportasi? dan aku mual..."
"Haha, iya, Nona. Rumah itu adalah tempat tinggal Paman Jason. Di sana bukan hanya ada kami saja, mantan Penyihir Kerajaan juga."
Shock, "maksudnya mantan penyihir dengan semua rumor jeleknya di cerita 'Unrequited Love' itu?" dalam hati.
"Maaf, tapi... Aku bukannya menolak penawaran baik dari kalian, tetapi, bisakah Tuan lakukan teleportasi lagi untukku?" bernego.
"Nona ingin aku melakukannya?"
"Jika Tuan Loukas tidak keberatan..." dalam hati Violet berharap pria ini akan menuruti permintaan pemeran utama wanita.
"Tentu saja bisa," tersenyum.
"Benarkah? Terima kasih banyak!"
"Apa maksud Nona?" menyeringai, "aku akan melakukannya setelah Nona pergi bersamaku ke rumah."
"Ap--"
"Hahaha, aku bercanda, Nona Violetta."
***
"Dimana Ophelia?" tanya Cordylia pada setiap pelayan yang ada di Mansion Duke Asclepias.
"Maaf, Nyonya. Kami tidak tau Tuan Puteri Ophelia pergi ke mana..." jawab salah seorang diantara mereka pada Nyonya Duke.
"Astaga yang benar saja? Ini sudah malam! Dimana Sherly?! Panggil dia untuk menemuiku," alisnya berkerut, nampak sebuah amarah yang terlukis di wajah cantiknya itu.
"Baik, Nyonya."
***
"Aku tidak habis pikir, kenapa kau membiarkanya?!" teriak Cordylia pada suaminya, Curielo Osceola di ruangan kerja Duke, udara di sekitar menjadi beku.
"Dia sudah besar, Cordy, bagaimana bisa aku terus mengurungnya di dalam Mansion ini?"
"Dia tidak boleh sembarangan kelayapan, apalagi kalau dia sampai ketahuan keluar dari Ibu Kota!" otaknya mendidih.
"Tenanglah, jangan terlalu menekan Ophelia. Aku Ayahnya, dia berhak keluar dari Mansion hanya untuk berjalan-jalan, bukan?" suaminya itu menjawab pertanyaan kasar istrinya dengan kepala dingin.
"Jalan-jalan? Sampai hari sudah menjadi gelap dia juga belum kembali, bagaimana kau sebut itu sebagai jalan-jalan biasa?! Kita tidak tau Puterimu itu pergi bersama siapa, dan dimana!" dadanya naik turun karena kesal.
"Tuan Duke, Pelayan Pribadi Tuan Puteri Ophelia meminta izin untuk masuk," tiba-tiba suara penjaga dari luar menghentikan perdebatan Nyonya Duke bersama Suaminya, Duke Asclepias.
"Suruh dia masuk!" jawab Cordylia kepada penjaga di luar.
Pintu ruangan di buka, Pelayan Pribadi Puteri Duke memasuki ruangan dengan perasaan gemetar tak enak di dalam hatinya.
"Anda memanggilku, Nyonya?" menundukkan kepala.
"Ya! Dimana Ophelia? Kau selalu bersama dengannya, kenapa sekarang Ophelia tidak ada bersamamu?" serius.
"Nona Ophelia tidak memberitahuku dia akan pergi kemana, Nyonya..."
"Apa katamu?!" melotot, "lihat jawabannya, jawaban macam apa yang aku dengar ini? Osceola!" menunjuk Sherly dengan perasaan geram.
"Kau, apa yang Puteriku ucapkan saat terakhir kali bersamamu?" tanya Duke Asclepias dengan tenang kepada Pelayan Pribadi Ophelia.
"Maaf, Tuan Duke. Nona Ophelia tidak mengucapkan apa-apa padaku, dia hanya bilang akan menemui seseorang sendiri. Akan tetapi terakhir kali saat aku bersamanya, dia sedang berbincang dengan seorang pria berambut putih perak di ruang tamu, kalau tidak salah namanya...."
Sherly sedang mengingat-ingat siapa nama pria yang ditemui Nona-nya tadi, sedangkan Tuan Duke dan Nyonya Duke menunggu jawaban lengkap dari dirinya.
"Siapa nama pria itu, cepat katakan," Cordylia tidak sabar ingin mengetahuinya.
"T-tuan Loukas... Nyonya."
"Loukas?" sahut Tuan Duke dengan spontan saat mendengar kata itu.
"Siapa Loukas, suamiku?" tanya Nyonya Ducches.
"Aku mengenalnya," Tuan Duke kemudian berjalan menuju meja kerjanya, "tidak usah terlalu mengkhawatirkan Ophelia, Cordylia. Dia bersama dengan orang yang benar."
***
Gadis berambut merah kecokelatan itu terjaga, masih di posisi yang sama seperti saat dirinya berangkat menuju Hutan Meadow Oriana. Berada di posisi paling depan saat mengendarai kuda dengan pria berambut putih perak di belakangnya.
"Maaf, Nona. Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu," ucap pria berambut putih perak sembari mengendarai kuda.
"Tidak apa... Lagipula jika kau benar-benar melakukan teleportasi, kepalaku mungkin akan terasa pusing," gadis itu tertawa ringan menanggapi ucapan pria yang duduk di belakangnya.
"Seumur hidupku, ini adalah pertama kalinya aku mengendarai kuda, juga benar-benar pergi jauh ke dalam hutan disaat matahari sudah berada dipucuk barat, hahaha," celetuk Ophelia, dirinya mengubah suasana hening menjadi agak hidup.
"Benarkah, Nona? Kau pasti sangat bahagia sekarang, benar?" jawab Loukas atas celetukan tiba-tiba dari Ophelia.
"Yup, aku senang. Tetapi lumayan takut juga..." suaranya perlahan samar.
"Ada apa, Nona? Apakah Tuan Duke akan memarahimu?"
"Bukan Ayah yang memarahiku, tapi Ibu Tiriku yang jadi masalah."
"Maksudmu, Nyonya Duke Cordylia?"
Gadis berambut merah kecokelatan itu menjawab tetapi hanya menganggukkan kepalanya saja, dirinya tiba-tiba menjadi diam.