Sebuah percikan cahaya muncul dari arah timur, membuat seisi aula paling bawah bersinar dengan sangat terang. Pandangan semua orang menjadi kabur, cahayanya sangat menyilaukan mata, tetapi itu tidak berlaku untuk gadis berambut merah kecokelatan. Di saat semua orang menutupi matanya dengan tangan, mata hijau emeraldnya itu ikut menyala sehingga mengagetkan pengawas yang ada di sana.
"Astaga, aku bisa melihat apa yang terjadi di tengah-tengah sihir menyilaukan ini..." matanya terbuka lebar dengan badan yang tegap, Violet tercengang karena kejadian itu hanya menimpa dirinya diantara murid baru, padahal semua senior di tingkatan nomor dua dan tiga juga tak tahan dengan cahaya yang dahsyat itu sehingga mereka menutup mata.
"Nona Violetta, matamu bukan mata sembarangan," ucap Loukas dengan pelan. Pria ini juga bisa melihat dengan jelas rupanya, dirinya melihat gadis berambut merah kecokelatan itu sedang berdiri dengan ekspresinya yang tidak percaya bahwa dia bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri.
Di sisi lain, seorang wanita juga memperhatikan murid baru itu, gadis berambut merah kecokelatan dengan mata emeraldnya yang bersinar terang, "Hihihihi, mata itu akan menjadi milikku!" menyeringai.
"Semuanya, buka mata kalian!"
Sebuah kursi melintang memenuhi pinggiran aula bagian paling bawah, semua murid baru di instruksi untuk segera duduk di sana.
"Lihat apa yang ada di tengah-tengah aula!" teriak pengawas di Gardenia kepada seluruh murid baru yang berkumpul.
"Itu... Bukannya hanya sebuah kotak besar?" komentar seseorang di samping Ophelia.
"Tidak. Itu bukan hanya sebuah kotak biasa," jawab gadis itu.
"Hah! Memangnya kau tau apa? Kau ini juga sama sepertiku, Nona. Kita adalah murid baru di sini, jadi jangan sok tau. Dasar!" orang itu memberikan senyum merendahkan pada Puteri Bungsu Duke.
"Memang benar seperti di buku, ya? Bangsawan itu kebanyakan sangat angkuh, dan arogan. Tak habis pikir, kenapa aku harus masuk ke dalam sini? Astaga... Kepalaku pusing!" dalam hati Violet sembari memijat keningnya.
"Apakah ada yang bisa membuat kotak besar di tengah aula itu menjadi 10 bagian?" pertanyaan baru dilontarkan kepada seluruh murid yang berkumpul.
Suasana berubah hening, tak ada jawaban sama sekali. Suara sekecil apapun juga tak terdengar di area luas ini.
"Apakah ada yang bisa membuat kotak besar itu menjadi 10 bagian?"
Masih tak ada jawaban, semua orang hanya diam, membuat petugas bagian kedisiplinan merasa jengkel, "APAKAH TIDAK ADA YANG BISA MEMBUAT KOTAK BESAR ITU JADI 10 BAGIAN?! KENAPA TIDAK ADA YANG MENJAWAB! KALIAN INI MURID GARDENIA CEPAT JAWAB DAN MAJU!" matanya sangat tajam dan dipenuh dengan aura membunuh yang kuat, membuat semua orang makin terdiam katena takut.
Seluruh murid baru terkejut, terutama para anak bangsawan yang datang hanya dengan modal "di suruh oleh orang tua." Mereka tak tau apa saja isi di dalam Akademi Gardenia ini, apalagi yang bermental lugu dan tak tau apapun, biasanya tipe ini adalah anak bangsawan yang terkekang di dalam Mansion, mereka bahkan tak tau seperti apa kejamnya dunia luar.
Ophelia Violetta, Puteri Bungsu Duke Asclepias juga sama seperti itu, tetapi itu dirinya yang dulu. Sekarang, jiwanya sudah berbeda, ada sosok Violet di sini. Violet tau apa saja yang akan terjadi jika dirinya meninggalkan 'zona nyaman' yang selama ini Ophelia jalani dengan suka rela, masalah akan selalu muncul dimanapun, dan kapanpun.
"Kekejaman di dunia ini tidak akan ada habisnya. Jadi, jika kau lengah sedikit saja atau tidak dapat mengatasinya, maka dirimu akan terjerumus ke dalam kegelapan tiada akhir," matanya sayu, dirinya ingat masa-masa ketika pertama kali meninggalkan rumah saat masih berada di London.
"Saya akan mencoba!" teriakan melengking terdengar dari tempat barisan senior tingkat dua.
"Bagus," pengawas menyipitkan matanya, berharap murid yang baru saja menjadi senior ini memiliki kemampuan untuk menambah jumlag kotak besar itu tanpa mengubah isi di dalamnya.
Tentu saja butuh keberanian untuk bisa mengatakan "aku akan melakukannya", di hadapan seluruh pengawas, rekan, senior, serta murid baru yang ada. Dirinya akan menanggung malu yang sangat besar jika tidak bisa melakukannya dengan sempurna. Senior itu maju dengan perasaan tak menentu, berharap dirinya akan berhasil kali ini.
Sraatt, kilatan cahaya muncul ketika senior itu mencoba untuk menambah kotak. Detak jantungnya tidak karuan, firasatnya buruk. Dan benar saja, harapan itu hancur seketika ketika dirinya mengetahui hanya 4 kotak yang muncul. Dibutuhkan 6 kotak lagi untuk bisa menjadi 10 bagian.
"Huh, senior katanya? Dia saja tidak bisa membuat 10! Hahahaha," tertawa picik. Beberapa ada yang fokus memperhatikan orang ini bicara, dan beberapa orang tidak peduli.
Gadis berambut merah kecokelatan itu merasa jijik melihat tingkah laku Putera Bangsawan Baron di sampingnya, sedari tadi dirinya hanya bisa merendahkan saja.
Senyum misterius muncul di wajah Ophelia, gadis dengan wajah asli lugu itu mustahil membuat ekspresi licik, tetapi itu tidak berlaku. Sebelum banyak orang yang menertawakan senior itu, sekarang dirinya mengangkat tangan, semuanya pun menatap ke arah gadis berambut merah kecokelatan.
"Oh! Maafkan saya jika menyela..." Ophelia melirik Putera Baron itu dengan tatapan merendahkan yang cukup dalam, lalu menghadap lagi ke arah pengawas, dan melanjutkan bicaranya, "tetapi Tuan Muda Baron ini katanya ingin mencoba! Bukan-kah begitu?" gadis itu langsung melempar senyum palsu ke arah Putera Bangsawan itu.
"A-apa katamu?!" terkejut, tatapan semua orang yang semula berfokus pada senior di tengah aula, kini berubah ke arah Putera Bangsawan ini.
Pengawas yang memberikan tantangan itu tertarik dengan ucapan yang dilontarkan Puteri Bungsu Duke, dirinya tau Putera Baron itu tidak menunjuk dirinya sendiri, "hm... Cukup menarik untuk disaksikan," dalam hatinya.
"Kau mau melakukannya? Cukup berani untuk ukuran murid baru, ya..." jawab pengawas yang bertugas di acara menyambutan murid baru Gardenia.
Pengawas itu kembali berbicara pada senior yang baru saja maju, "Hm... Lumayan. Walau kau hanya bisa membuat 4 kotak, tetapi tidak mengubah isi di dalamnya. Kerja bagus," puji pengawas itu, "silahkan maju ke depan Tuan Muda Welley, dan buktikan kemampuanmu!" lanjutnya dari atas aula meminta Putera Baron itu untuk segera maju menggantikan senior.
"T-tapi saya tidak pernah mengucapkan kata-kata seperti itu!" pria ini mengelak, keringat mulai bercucuran di dahinya.
"Astaga... Apa yang Tuan Muda Baron Welley katakan?" sahut gadis berambut merah kecokelatan, "aku tidak pernah mendengar Putera Bangsawan menarik kata-katanya... Bahkan aku saja tidak pernah mendengar atau menyaksikan langsung Kedua Kakak-ku berbuat seperti itu..."
"Mereka tidak akan berbuat seperti itu di depanmu, Nona! Mana mungkin kedua Tuan Muda Duke melakukannya di depan Anda. Tentu saja mereka pasti melakukannya di belakang!" ucap Tuan Muda Baron membantah perkataan Ophelia.
"Dasar tidak tau malu, bilang saja kau iri dengan Orion dan Lyon," dalam hati gadis berambut merah kecokelatan.
Tatapan tajam menusuk tertuju ke arah Tuan Muda itu, "Tau apa Anda tentang keluargaku? Tuan saja tidak pernah bertemu langsung dengan kedua Kakak-ku," tamparan keras mengenai mental pria itu, ekspresi wajah Ophelia membuat Putera Baron menjadi ciut.
"Sedang apa kau! Jangan banyak bicara, dan cepat maju!" sedari tadi diperhatikan, tetapi tidak sadar juga.
"Nah, sekarang... Tunggu apa lagi, Tuan... Silahkan maju ke tengah-tengah aula, jika senior hanya bisa membuat 4, setidaknya Anda bisa menambah beberapa bukan? Atau jika tidak, Anda bisa membuatnya genap menjadi 10 bagian?"
Suasana memanas setelah gadis berambut merah kecokelatan itu selesai bicara, ekspresi Putera Baron tidak bisa dikendalikan, terlihat sekali bahwa dirinya merasa sangat kesal telah di rendahkan balik oleh Puteri Bungsu Duke.