"Tau apa Anda tentang keluargaku? Tuan saja tidak pernah bertemu langsung dengan kedua Kakak-ku," tamparan keras mengenai mental pria itu, ekspresi wajah Ophelia membuat Putera Baron menjadi ciut.
"Sedang apa kau! Jangan banyak bicara, dan cepat maju!" sedari tadi diperhatikan, tetapi tidak sadar juga.
"Nah, sekarang... Tunggu apa lagi, Tuan... Silahkan maju ke tengah-tengah aula, jika senior hanya bisa membuat 4, setidaknya Anda bisa menambah beberapa bukan? Atau jika tidak, Anda bisa membuatnya genap menjadi 10 bagian?"
Suasana memanas setelah gadis berambut merah kecokelatan itu selesai bicara, ekspresi Putera Baron tidak bisa dikendalikan, terlihat sekali bahwa dirinya merasa sangat kesal telah di rendahkan balik oleh Puteri Bungsu Duke.
"Aku sangat menantikan kemampuanmu, Tuan Welley. Semoga berhasil!" lagi-lagi senyuman palsu itu keluar dari wajah gadis berambut merah kecokelatan.
Seorang gadis berambut hijau pekat sedari tadi memperhatikan mereka berdua bicara, sepertinya Puteri Count Pariiesa tertarik dengan percakapan antara Puteri Bungsu Duke Asclepias, dan Tuan Muda Baron Welley.
"Apakah dia mencoba menghilangkan rumor buruk tentang dirinya?" tiba-tiba saja Tuan Muda Earl Camsoon muncul di samping gadis berambut hijau pekat.
Gadis itu sedikit terkejut, di sampingnya juga ada gadis berumur 15 tahun yang juga baru saja muncul di belakangnya, "apa?? Akan tetapi jika aku yang melihat, sepertinya Tuan Puteri Asclepias tidak bermaksud begitu. Kau tau? Di mataku dia terlihat sangat kuat!" mata bak kelereng yang bulat itu melihat gadis berambut merah kecokelatan dari jarak yang sedikit jauh.
"Hm... Dia benar, Tuan Muda Camsoon. Sepertinya Puteri Asclepias memang sedang marah, tetapi tidak diperlihatkan secara gamblang pada orang," jawab Puteri Count Pariiesa kepada Tuan Muda Earl Camsoon di samping kirinya.
"Dia sangat natural melakukan itu, ya? Sungguh tidak terlihat seperti rumor yang mengatakan kalau dia sangat lugu, dan lemah lembut. Aku jadi ragu, jangan-jangan Puteri Asclepias aslinya orang jahat," tertawa.
"Jaga bicaramu, Tuan. Kau bisa saja kena sanksi dari Putera Mahkota atau kedua Tuan Muda Duke jika mereka ada di sini," Puteri Count Pariiesa memperingati.
Masih tertawa, "apa kau bodoh, Lady? Untuk apa Kedua Kakak Puteri Bungsu Duke ada di sini? Lagipula, Puteri sendiri juga sudah membatalkan pertunangannya dengan Putera Mahkota, bukan? Jadi, untuk apa Yang Mulia mengurusinya."
"Wah... Wah... Wah... Pedas sekali."
Bisikan terdengar di telinga Tuan Muda Earl Camsoon, membuat bulu kuduknya berdiri, "T-tuan Muda Duke Kedua!" seketika itu gadis berambut hijau pekat, dan gadis berumur 15 tahun menundukan kepala mereka untuk memberi hormat.
"Aduh... Penyamaranku jadi ketahuan nih," membuka tudung jubahnya, "sstt...! Jangan berisik," telunjuk milik pria dengan rambut berwarna merah darah ini menyentuh bibir Tuan Muda Earl Camsoon dengan sangat kasar.
"Ugh..."
"Sepertinya Anda harus segera meminta maaf... Tuan Muda Camsoon!" ucap gadis berumur 15 tahun.
Bicara lirih, namun masih bisa di dengarkan oleh pria berambut merah darah itu, "m-maafkan saya karena bersikap tidak sopan telah membicarakan adik Anda di belakang, Tuan!" membungkuk, rasanya jantungnya seperti mau copot.
"Cepat angkat kepalamu," dingin, "aku tidak mau jadi pusat perhatian disini, anggap saja kalian tidak pernah bertemu aku saat ini."
Kakak kedua Puteri Bungsu Duke tiba-tiba merangkul bahu Putera Earl Camsoon dengan sangat akrab, membuatnya terkena shock, "nah! Sekarang, mari kita lihat apakah Tuan Muda Baron itu bisa menambah jumlah kotaknya?" tersenyum sangat lebar pada Tuan Muda Camsoon.
"Sial. Sifatnya membuatku terkejut bukan main," dalam hati Putera Earl Camsoon, jantungnya masih belum normal, "aku kira, aku akan di bunuh di tempat ini..." menghela napas.
Di saat yang bersamaan, pertunjukan akan di mulai. Putera Baron itu sudah ada di tengah-tengah aula, semua mata melihatnya. Sekarang dirinya mencoba untuk mengeluarkan sihir, keringat terus bercucuran di dahinya, namun mulut besarnya masih bisa bicara.
"Aku akan melakukannya, lihat saja!" berteriak, "akan ku tambah 6 kotak agar genap menjadi 10!"
"Percaya diri sekali," ucap pria berambut putih perak di barisan senior tingkat dua.
Pria di tengah aula itu memulai konsentrasinya, sudah di kumpulkan semua mana yang ia punya, "apakah sudah cukup?" Putera Baron itu bertanya dalam hati pada dirinya sendiri.
Kilatan cahaya bersinar, namun hanya muncul dalam sekejap saja. Tuan Muda Baron itu menggunakan sihirnya sambil menutup mata. Dirinya pikir ia telah berhasil, karena suasananya sangat tenang dan sunyi saat dia selesai. Namun, apa yang di lihat seluruh murid di aula besar Gardenia sangatlah mengejutkan sehingga membuat seluruh murid terdiam.
"Apa ini? Apa yang kau lakukan, Tuan Muda Welley?" pengawas angkat bicara setelah pria itu selesai mengeluarkan sihir.
"Apa? Memangnya aku melakukan apa--?" menjawab sembari membuka kelopak matanya perlahan, tiba-tiba kalimatnya terhenti.
Garis mata pengawas terlihat menyeramkan saat dia menjawab pertanyaan itu, "aku menyuruhmu untuk menambah kotaknya, bukan untuk melukai murid lain!"
Putera Baron Welley langsung Tersentak. Sebenarnya sihir yang ia lakukan itu sudah benar mengenai kotak besar utama, tetapi setelah hal itu terjadi, bukannya menambah jumlah kotak yang sudah ada, sihirnya malah meleset jauh mengenai satu murid baru.
"Lady Solana! Apakah Anda baik-baik saja?!" teriak gadis berambut hijau pekat ini histeris melihat Puteri Earl Solana ambruk mengeluarkan banyak darah dari bagian tangan kanan dan juga perutnya.
"A-aku... T-tidak apa-apa, Lady Pariiesa... Uhuk!" darah langsung keluar dari mulutnya sampai-sampai mengenai seragam yang di kenakan oleh gadis berambut hijau pekat itu.
Berkaca-kaca, "aku mohon, Lady Solana jangan banyak bicara!" tangan Puteri Count Pariiesa menggenggam erat gadis 15 tahun berambut kuning cerah itu.
"Waduh... Parah juga," ucap pria berambut merah darah yang tak lain adalah Lyon, Kakak Kedua Ophelia.
Menggertakkan gigi rahangnya, "kenapa kalian hanya melihat! Apakah tidak ada yang mau menolong?! Tolong panggilkan dokter, atau siapapun yang punya sihir penyembuh, bantu kami!" teriak Tuan Muda Earl Camsoon, dan segera menenangkan Puteri Count Pariiesa yang shock.
Pupil mata gadis berambut merah kecokelatan itu mengecil, Violet tidak menyangka bahwa sihir yang di lakukan Putera Baron itu akan meleset sampai melukai orang.
"Kau kuberi peringatan pertama, Tuan Muda Welley!" ucap pengawas dengan sangat tegas.
Setelah mengucapkan itu, para pengawas mengubah wujud mereka menjadi Falcon, dan segera menghampiri Puteri Earl Solana yang tergeletak lemas di kursi aula paling bawah. Beberapa murid baru terutama para Puteri Bangsawan terkejut dengan pemandangan itu. Mereka tak tau ada banyak wujud di luar tempat tinggal mereka.
Semua orang yang tadinya terdiam karena kaget, sekarang sudah mengluarkan suara, mulut mereka mulai berbicara kesana kemari, suasana berubah menjadi ricuh, dan gaduh. Terutama di kalangan senior tingkat dua, dan murid baru, mereka terus berbicara, cibiran terus mengalir tanpa henti. Sebaliknya, senior di tingkat tiga tidak berkomentar apa-apa, mereka tidak peduli dengan kejadian barusan.
Gadis berambut merah kecokelatan itu segera menghampiri Lady Solana yang tergeletak penuh darah, dan mendapati seseorang yang ia kenal sedang berdiri mengamati keadaan dengan sangat santai.
"Baru upacara penyambutan tetapi sudah kacau--," kata-kata Tuan Muda Duke Kedua terpotong oleh adiknya sendiri, Puteri Bungsu Duke.
"Kenapa ada Kakak di sini. Kakak tidak bekerja di Istana?" suara gadis ini membuat pria berambut bak surai singa itu terperanjat.
"Kau mengagetkan Kakak!"
"Sedang apa di sini? Kak Lyon membuntutiku, ya?"
Makin terkejut, "darimana kau belajar kata-kata seperti itu...? Adik Kakak yang paling cantik, lucu, dan menggemaskan ini mana mungkin berkata seperti itu, kan?" lagi-lagi Lyon membuat ekspresi menggemaskan, bibirnya monyong lagi tak karuan.
"Ugh... Kakak, hentikan. Sebaiknya Kakak kembali ke Istana," alis Ophelia berkerut.
"Adik-ku sudah besar, ya? Sepertinya saat ini dia tidak bisa diajak bercanda... Waktu di jalanan Ibu kota juga..." dalam hatinya.
"Yah... Baiklah... Aku akan kembali," pria berambut merah darah itu sedikit membungkukkan badannya menyesuaikan tinggi badan Ophelia, "yang kau lakukan hari ini cukup membuatku terkejut, sepertinya aku tidak perlu khawatir. Sepertinya adik-ku ini bisa mengatasi masalah dengan baik," sembari mengelus kepala gadis berambut merah kecokelatan.
Ophelia tak mengucapkan sepatah katapun setelah Kakak Keduanya melakukan hal itu, "jaga dirimu baik-baik, Opheli."