Di malam yang semakin dingin. Rina pun yang tak terpejam lalu mengetik chat ke Hafiz.
[Aku belum tidur Mas. Bagaimana? Apa ada masalah?]
Di dalam keheningan Rina mengetuk jari telunjuknya ke layar ponsel sambil menunggu balasan chat dari Hafiz. Setelah lama menunggu dia melirik ke Eza.
'Enak banget bisa tidur,' batinnya.
Drettt!
Dia tidak sabar dan segera membuka.
[Bagaimana ini aku harus segera menikahi Runia, besok. Malam ini juga tidak bisa tidur, gelisah Ri ....]
[Jadi ... bisa ceritain nggak. Bagaimana dua bulan yang lalu kejadiannya?]
Balas chat Rina. Rina kembali menunggu chat dari Hafiz sambil memandang wajah tampan yang terpejam di depannya.
[Kenyataannya dan kejadiannya saat itu kami, merayakan wisuda dua bulan lalu. Aku dan teman-temanku, pulang tengah malam. Sedang Runia baru saja pulang dari Australia. Karena aku yang menyetir mobil. Remnya tiba-tiba blong. Dan tidak sengaja menabrak mobil yang di tumpang Runia. Tidak ada yang parah sih, setelah kecelakaan itu hanya mobilnya. Aku dan kawan-kawan pun bersedia untuk bertanggung jawab dan membawa mobilnya ke bengkel. Setelah kejadian itu kami tidak saling bertemu. Malahan aku ingin melamar Kakaknya, namanya Elsa. Aku curhat ke teman namanya Tio, kata temanku mau bantu. Aku sangat semangatlah. Aku datang ke Restoran. Setelah habis jus stroberry aku tidak sadar. Bangun-bangun aku ada di kamar dengan Runia tanpa pakaian. Itulah ... jadi ... keluarganya meminta aku untuk menikahinya. Aku yakin ini jebakan Tio dan Elsa.]
Jelas chat Hafiz.
Rina pun mulai mengetik.
[Nikahi saja apa sulitnya sih Mas ... aku lihat fotonya juga cantik kok. Pasti bisalah ... cinta datangnya karena terbiasa. Awalnya belum mengenal tapi kan ... setidaknya dia terlihat baik ketimbang yang namanya Elsa.]
Balas Rina.
[Memang kamu tahu dari mana? Jangan memandang orang dari fisiknya doang. Aku jalani dulu saja lah. Tapi masalahnya dia chat aku, ya sebentar sudah punya tunangan. Bagaimana dong! Sedang ayahnya nekat ingin menikah kan kami. Pusing ... dia pun terpaksa tidak menolak karena takut ayahnya akan syok. Tidak bisa melihat ayahnya sakit. Dan ... aku masuk dalam drama ini. Lalu kamu sendiri bagaimana besok jadi mencari gaun pernikahan?]
Tanya dalam chat whatsapp.
[Iya hiks. Sedihnya ... tapi aku mengetahui satu rahasia. Jadi dulu, kakek nenek dari kita dan keluarga Dokter Eza memang sudah berniat menikahkan aku dengan Dirga. Dan ... Bunda memang sengaja karena permintaan almarhum Nenek, jadi ... mungkin garis hidupku seperti ini. Dan yang paling mengejutkan lagi, dokter Naina mantan pacar Mas. Menvonis kalau Bunda menderita kangker.]
Setelah mengirim chat itu Rina kembali tak kuasa menahan air matanya. Dia melirik ke Eza dan segera menghapus air matanya.
"Kalau aku nangis lagi dia pasti marah," gerutunya.
Ponselnya kembali bergetar. Dia menggeser layar merah menolak panggilan.
"Aduh ... kenapa Mas Hafiz malah telepon sih ...." gumamnya.
[Jangan telepon Mas ini sudah malam.]
[Yang benar kamu sejak kapan?! Kamu nggak bohong kan soal bunda?]
Terlihat dari chat itu Hafiz lebih khuwatir.
[Makanya bunda ingin segera menikah kan ku. Agar bunda bisa menempati amanah dari almarhum orang tuanya. Rasanya lebih sesak dan menyakitkan ketika tahu kenyataan. Kalau tahu begini aku menerima saja tanpa memprotes. Selama ini aku sering membantah. Aku sama sekali tidak melihat kepedihan yang dirasakan bunda. Jadi aku menerima saja pernikahanku dengan Dirga walaupun aku tahu Dirga itu bagaimana orangnya. Mas tahu sendirilah, Dirga itu sudah menerobos liang kenikmatan yang tidak halal. Teman-temanku saja banyak yang hamil duluan gara-gara dia dan dia tidak mau tanggung jawab. Malas semena-mena memberi uang untuk menggugurkan kandungan mereka. Hiks ... sangat tragis. Apa kira-kira nanti aku bisa merubah Dirga menjadi sosok setia? Aku tidak yakin dengan hal itu Mas. Bisa-bisa seumur hidup aku akan menangis darah.]
Chat itu membuat Rina sangat tersiksa dia merangkul kedua lutut yang ditekuk dengan tangannya.
Drettt!
[Yakin saja. Khusnudhon dengan Allah, pasti ada jalan mudah kok nantinya. Aku juga masih belajar menerima ketetapan yang sudah dirangkai Allah. Dan mengingat kekuatan doa, tapi sadar diri juga. Kalau belum dikabulkan ingat dosa masih sangat banyak.Aku sok religi. Bangun di waktu sepertiga malam tapi tidak melaksanakan ibadah kepadaNya. Kalau malam bergadang main game, akhirnya sholat subuh ketika sinar matahari sudah beranjak. Naudhubillah ... seperti itu doanya minta dikabulkan. Ibadahnya masih sangat buruk meminta surga. Huft ... manusia itu sukanya memang ngeluh. Pada intinya mari kita berjuang bersama-sama agar bisa mencintai orang yang akan bersanding dengan kita. Agar teman hidup kita menjadi sosok positif dari kita. Kita pun harus bisa menjadi sosok positif bagi pasangan kita.]
Setelah membaca chat itu, Rina membuang napas panjang. Tidak pernah sekalipun dia menduga, jika pria yang akan menikah dengannya adalah sosok pria yang suka memberi kehangatan saat berpacaran dengan wanitanya siapapun.
Karena masih tetangga desa dan adik kelasnya, Rina tahu sikap Dirga. Rina pun mengingat sesuatu kejadian. Yang dilihat oleh matanya dan didengar oleh telinganya.
[Bagaimana aku bisa melupakannya Mas. Kejadian sekitar lima tahun lalu masih jelas terbayang dan teringat di dalam memoriku. Ketika Dirga menolak mentah-mentah, adik kelasku yang bernama Shinta. Sinta meminta Dirga untuk menikahinya. Namun dengan mudahnya Dirga mematahkan. Seperti biasalah, pada umumnya para lelaki menghindar dari tanggung jawab, jika laki-laki ingin mengelak dan tidak ingin bertanggung jawab. Pasti jawabannya, "Sama siapapun mau, apalagi sama Om-om. Bagaimana kamu bisa membuktikan kalau itu anakku, padahal kamu dengan siapapun mau tidur bersama." Itulah alasan Dirga, mereka yang berkata seperti itu memang tidak pantas disebut sebagai manusia. Dan hal yang paling mengiris hatiku, ketika Sinta benar-benar meninggal di depan mataku. Dengan penuh darah di perutnya. Paling tragis aku yang membaca sendiri pesan terakhirnya. Namun dengan mudahnya Dirga merasa tidak bersalah dan merasa tidak berdosa. Dia masih mengulang dan mengulang. Walaupun ada kejadian seperti Sinta yang mengakhiri hidupnya. Dia masih tidak takut jika Allah itu adil. Ya Allah ... sangat mengerikan, dan dia akan menikah denganku. Semoga saat pernikah dia melarikan diri. Aamiin, aku harapannya seperti itu. Hehehe.]
Chat Rina panjang lebar.
Dreet.
[Aamiin. Tidak salah. Allah Maha menghendaki, semoga terjadi apa yang kamu inginkan.]
Rina mengusap wajah dan berharap ada keajaiban dari Sang Ilahi.
Mobil itu berhenti, Rina menoleh ke belakang, terlihat lega dari wajahnya, setelah melihat rumah-rumah yang tidak asing.
"Alhamdulillah ... sampai di depan rumah," gumamnya mengusap wajah. Rina segera turun dan berjalan ke depan.
"Terima kasih Pak," ujar Rina. Pak Polisi tersenyum.
"Hati-hati segera dikunci pintunya," kata Polisi itu. Rina mengangguk mobil Polisi melaju dan Rina segera masuk ke dalam rumahnya.
Bersambung.