Saga melihat sang istri yang tengah tertidur pulas di ranjang dengan posisi tubuh yang dimiringkan. Senyumannya tersungging, karena Alisa sedang mengenakan gaun pemberian darinya. Ia pun melepaskan jas dan tas kerja di atas meja, lalu ikut merebahkan diri di samping Alisa.
Ia mulai menghirup aroma tubuh Alisa dan mencium pundak, leher, serta punggung sang istri. Namun, Alisa masih saja terlena dalam tidurnya. Tak sedikit pun wanita itu bergerak.
Tangan pria itu mulai memberikan sentuhan ke lengan Alisa. Mulai dari menyentuh lengan sampai berakhir di kedua bukti kembar nan besar itu. Saga pun meremas salah satunya dengan perlahan, takut kalau Alisa akan terbangun apabila ia memainkannya dengan kasar.
Saga meremas buah dada sang istri sambil memberikan cupang. Pria itu mengecup dan menghisapnya tepat di belakang leher. Alangkah nikmatnya ia melakukan seperti ini. Namun, tiba-tiba, tubuh Alisa menggelinjang. Matanya mulai terbuka sempurna dan terkejut dengan kedatangan Saga yang sudah ada di samping.
Melihat Alisa sudah bangun, Saga pun mulai setengah duduk. Pria itu menatap dalam mata sang istri. Tangan Saga mulai terjulur menyentuh wajah Alisa.
"Layani aku, ya," ujar Saga.
Alisa mengangguk patuh dengan ucapan sang suami. Saga mulai melucuti gaun mini Alisa. Kini, tubuh seksi sang istri telah terpampang nyata ada di hadapan. Ia sudah berhasil membuka gaun itu dan melemparnya di atas ranjang. Saga pun membuka kemejanya sendiri, hingga dada bidang dan otot kekarnya terlihat jelas di mata sang istri.
Saga perlahan merebahkan tubuh Alisa dan menindihnya. Ia masih menduduki peringkat agresif dalam masalah berhubungan intim. Sedangkan, Alisa hanya mengiring saja dan sesekali wanita itu juga membalas perlakuan Saga.
Alisa masih memakai bra dan celana dalam. Saga mulai mendaratkan bibirnya ke bibir sang istri. Kemudian, melumatnya dengan sedikit kasar. Alisa pun sontak membuka mulutnya sendiri dan sang suami ingin lebih dalam lagi mengekspresikan rasa ini. Ia menyusuri rongga mulut Alisa dan bisa merasakan deretan gigi-giginya.
Tangannya bergerak lincah menyusuri ke dalam bra. Ingin menyentuh dua bukit kembar yang besar nan memabukkan baginya. Saga pun memainkan bagian sensitif dan paling kecil di sana. Membuat Alisa tampak sedikit mendesah.
"Boleh aku isap?" tanya Saga hati-hati. Alisa pun mengangguk pada akhirnya.
Kini, Saga pun mulai membuka pengait bra itu agar ia lebih leluasa lagi menyalurkan hasratnya. Sekarang terpampang jelas bukit kembar itu ada di hadapan. Alisa hanya diam saja sambil merasakan sensasi yang Saga berikan. Pria itu menjilati dan menghisap milik Alisa secara bergantian, kiri dan kanan. Tubuh sang istri menggelinjang-gelinjang di atas tempat tidur karena merasa geli. Sedangkan, dirinya masih asyik dengan penuh hasrat yang menggebu.
Pria itu menciumi bagian tubuh Alisa, mulai dari dada sampai ke bawah kaki panjangnya. Saga begitu candu dengan tubuh sang istri sekarang. Rasanya ingin selalu cepat-cepat pulang bekerja dan langsung menuju ke rumah. Saga merasa bersyukur, karena Alisa bisa menerima dalam berhubungan intim ini. Meskipun, wanita itu masih terlihat jelas, belum bisa membuka hati.
'Aku ingin seorang anak.' Saga pun sontak mencium bagian perut Alisa dan berdoa pada Tuhan, agar dirinya diberikan seorang anak. Ia tak ingin meminta apa-apa lagi, karena Saga sudah punya semuanya sekarang. Kini, tinggal seorang anak saja yang belum ia dapatkan.
Setelah mencium perut Alisa cukup lama, Saga pun duduk di tepi ranjang dan langsung menyudahi aksinya. Sedangkan, Alisa masih terengah-engah. Pria itu menatap sang istri penuh harap.
Dengan perlahan Alisa mulai ikut duduk, yang tak jauh dari posisi Saga berada. Pria itu tengah menatapnya. Mereka berdua sama-sama saling tatap.
"Kenakan bra-mu lagi, lalu berpakaian," perintah Saga.
Sang istri langsung mengenakan bra yang ada di atas tempat tidur dan mengaitkannya ke belakang. Setelah itu, Alisa memakai gaunnya kembali. Saga menyaksikan saat Alisa memakai pakaian. Pria itu tengah tersenyum ke arah sang istri.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Alisa. Saga hanya menggelengkan kepalanya. Kini, dirinya tengah berpakaian dan duduk di samping Saga. Alisa ingin bertanya perihal suara wanita yang tengah menjawab panggilannya tadi. Namun, ia urungkan.
'Kenapa aku masih memikirkan hal itu? Tak penting rasanya bila harus mengingat perkara itu lagi. Lagian, aku masih belum bisa mencintai suamiku sendiri.' Alisa hanya bersuara dalam hati kecilnya.
"Kau sudah sarapan?" tanya Saga lembut.
"Su–sudah ...."
Saga mengangguk dan tersenyum singkat. Pria itu kembali lagi mengenakan kemejanya dan berniat akan mengajak Alisa ke suatu tempat. Ia berdiri dan mengulurkan tangan. Sepersekian detik, sang istri hanya terdiam saja.
"Ayo kita jalan-jalan keluar." Saga memasang kembali kemejanya dan akan mengajak Alisa untuk jalan-jalan. Namun, sang istri masih terdiam saja di atas ranjang.
"Ke mana?"
"Terserah saja. Ayolah." Mata Saga terfokus pada bagian leher Alisa. Berkat cupang darinya, membuat leher sang istri agak sedikit merah. Namun, ia tak peduli akan hal itu. Ini wajar dilakukan oleh sepasang suami istri.
Saga pun menarik tangan sang istri. Alisa segera mengenakan sepatu hak miliknya dan mengekor di belakang Saga yang sudah lebih dulu berjalan di depan. Mereka menuruni anak tangga satu per satu.
Mereka berjalan tidak bersisian. Alisa masih merasa canggung dengan pria itu. Saga pun fokus berjalan ke depan tanpa ingin menoleh ke belakang. Entah akan ke mana Saga akan membawanya pergi, yang jelas ia akan mengikuti.
Mobil sport milik Saga sudah siap di halaman rumah. Pria itu lekas masuk ke sana dan Alisa menyusulnya masuk ke dalam. Tak lupa mereka mengenakan sabuk pengaman masing-masing. Sejenak, Saga menatapnya lagi. Membuat Alisa memalingkan wajah ke kaca mobil.
"Aku akan membawamu ke suatu tempat. Surganya bagi para wanita," ucap Saga.
"Surga?" tanya Alisa polos. Ia masih tak mengerti dengan ucapan sang suami.
"Iya, surga. Kau pasti akan menikmatinya setelah sampai di tempat itu." Tanpa berlama-lama lagi, Saga mulai melajukan mobil sport-nya. Pria itu mengendarai mobil dengan kecepatan sedang.
Alisa masih berpikir, hendak dibawa ke mana dirinya. Tanpa sadar, ia menggigit bibir bagian bawah.
'Surganya wanita? Apa jangan-jangan dia ingin mengajakku ke hotel? Lalu, mengajak berhubungan intim lagi? Ya Tuhan, hari ini aku cukup lelah. Tanpa sadar, aku terus saja mendesah di hadapannya, setiap kali merasakan kenikmatan itu.'
"Jangan berpikiran yang aneh-aneh!" Saga menegur Alisa, yang membuat wanita itu terkejut bukan main. Apakah Saga mengetahui isi pikirannya sekarang?
------
Bersambung
Terima kasih para readers sudah berkenan mampir untuk baca ceritaku ini❤️
Tanpa kalian, aku bukan apa-apa. Sekali lagi, terima kasih banyak❤️
Semoga kalian semua dalam keadaan sehat selalu. Aamiin❤️