Setelah Alisa puas berbelanja di sini, mereka berdua pun akhirnya akan pulang ke rumah. Saga tak berbelanja apa-apa. Ia hanya membelikan semua untuk Alisa. Wanita itu awalnya merasa tak enak karena dibelikan barang sebanyak ini. Namun, Saga bersikeras.
Mereka berdua kini sudah sampai di mobil. Saat Saga hendak menyalakan mesin mobilnya, tiba-tiba saja ia mendengar bunyi cacing-cacing yang meronta dari dalam perut Alisa. Sontak, mereka berdua bertatapan satu sama lain.
"Kau lapar?" tanya Saga kemudian.
"I–iya ... aku lapar sekali." Alisa memegangi perutnya sambil nyengir.
Saga langsung tancap gas dan akan membawa sang istri makan di restoran mewah. Alisa terkejut melihat Saga mengebut di tengah jalan seperti ini dan memintanya untuk menyetir pelan-pelan saja.
***
Mata Alisa membelalak lebar karena Saga membawanya ke sebuah restoran mewah tingkat dua. Sang suami terus saja menggenggam tangannya semenjak turun dari mobil, sampai dengan menuju ke meja makan. Mereka berdua kemudian duduk di kursi masing-masing. Saga langsung memanggil seorang waitress untuk memesan makanan.
"Kau mau pesan apa?" tanya Saga saat sang waitress itu sampai di hadapan mereka. Saga menyerahkan buku menu makanan pada sang istri. Alisa menatapnya seperti tak mengerti dengan buku yang ada di hadapannya.
"Terserah kau saja." Alisa menyerahkan kembali buku menu itu pada Saga. Sang suami hanya tertawa sesaat. Kemudian, ia pun menyamakan pesanannya dengan sang istri. Waitress itu segera pergi dari hadapan mereka berdua untuk menyiapkan makanan.
Alisa fokus menatap sekelilingnya. Terkadang, ia juga menengadah ke atas, ke sebuah tangga yang menghubungkan lantai dua. Di tingkat dua, tak kalah ramainya pengunjung dari pada di bawah.
"Kau tidak pernah ke sini?" tanya Saga.
Alisa hanya menggelengkan kepalanya. "Ini yang pertama kalinya."
Saga langsung menggenggam tangan Alisa dengan erat. Mata mereka kemudian saling bertatapan.
"Dan, ini bukan yang terakhir kalinya kau akan ke sini. Aku berjanji, akan sering ke sini bersama dirimu." Saga kemudian mencium kedua tangan Alisa secara bergantian. Wanita itu hanya diam saja, merasa takjub dengan apa yang dilakukan oleh sang suami.
Tak lama kemudian, datanglah beberapa waitress yang sedang membawakan makanan mereka. Alisa terkejut karena pesanan yang dipesan oleh sang suami ternyata begitu banyak. Tanpa sadar, Alisa menjilati bibir bawahnya ketika melihat sebuah ayam kalkun yang besar sudah terhidang di atas meja. Bukan hanya ayam kalkun saja, ada juga gurita dan lobster di sana. Kepulan asap dari nasi yang panas, begitu terlihat menggoda dan membuat cacing-cacing di perut Alisa makin meronta.
"Selamat makan, Tuan, Nyonya," ucap pelayan tersebut dan mereka kembali ke belakang.
Saga fokus memandangi Alisa. Wanita itu masih takjub menatap makanan sebanyak ini. Sebelumnya Alisa memang tak pernah makan makanan semewah ini, karena kehidupannya dulu sangat biasa saja. Hidup berkecukupan dengan kedua orang tuanya waktu dulu.
"Tunggu apa lagi? Cepat makan!" perintah Saga. "Atau mau aku suapi?"
"Tidak!" Alisa menggeleng. Ia lekas menyendokkan nasi ke dalam piringnya. Kemudian, memotong ayam kalkun itu menggunakan pisau yang tersedia.
Karena sang istri merasa kesulitan, Saga inisiatif berdiri dan menghampiri kursi Alisa. Pelan-pelan, ia raih tangan itu, memegang tangan sang istri sambil memperagakan bagaimana caranya memotong menggunakan pisau.
Embusan napas Alisa begitu terasa di wajah Saga. Pria itu telah selesai memotong ayam kalkun dan masih memegang tangan Alisa. Sontak, Saga menatap ke sebelah, memandang wajah cantik sang istri. Mereka bertatapan kemudian. Entah kenapa, jantung Alisa kian berdebar saat dekat dengan suaminya dalam jarak sedekat ini.
"Sudah kubantu, cepat makanlah," lirih Saga di telinga sang istri. Perlahan-lahan tangan pria itu mulai melepaskannya. Sang suami kembali lagi duduk di kursi.
'Ya Tuhan, kenapa aku?'
Debaran jantung Alisa kian berirama. Wajahnya terasa memanas sekarang. Entah kenapa dengan dirinya. Sekejap, ia memandangi Saga yang sudah lebih dulu makan. Kini, rasa laparnya menghilang begitu saja, tergantikan dengan rasa gugup dan canggung.
"Kenapa diam saja? Kau tidak lapar lagi?" tanya Saga. Dengan segera, Alisa menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya.
"Makanlah dengan lahap." Saga memberikan beberapa potong gurita ke dalam piring Alisa. Ia yakin, pasti sang istri baru pertama kali makan makanan seperti ini. Saga menyuruh Alisa untuk memakan gurita.
"Aku harus makan ini?" Alisa menusuk gurita itu menggunakan garpu yang dipegangnya.
"Cobalah. Rasanya enak. Aku yakin, kau akan suka. Lagi pula, ini pasti yang pertama kalinya kau mencicipi ini." Alisa meneguk ludah dengan kasar. Ternyata, pria di depannya tahu tentangnya. Memang benar, makan makanan seperti ini baru pertama kali baginya.
Wanita itu hanya menurut saja. Ternyata memang benar, rasa guritanya enak sekali dan teksturnya kenyal. Membuat Alisa tak henti ingin mengunyah. Saga terus memperhatikan dirinya. Alisa jadi salah tingkah dibuatnya. Ia gugup kenapa sang suami menatapnya terus seperti ini.
"Saga ...."
Namun, tiba-tiba ada seorang wanita yang berteriak dan melambaikan tangan ke arah Saga. Mata Alisa terfokus pada wanita itu. Siapa dia?
Wanita itu langsung menghampiri meja mereka. Dan, satu kecupan mendarat di pipi Saga. Alisa dan Saga sama-sama terkejut.
"Ternyata kau di sini rupanya," ujar wanita itu.
"Kenapa kau di sini?!" tanya Saga tak suka dengan kehadiran wanita itu.
"Aku rindu denganmu, Ga. Masa tak boleh aku menemuimu."
Ada secercah perasaan tak suka di hati Alisa. Dirinya tiba-tiba saja merasa cemburu. Ia menatap sekilas wanita itu dan bangkit dari tempat duduk. Disusul oleh Saga yang juga tengah berdiri.
"Ayo kita pergi dari sini." Saga langsung menggenggam erat tangan Alisa dan mengajaknya pergi dari meja itu. Si wanita itu tampak tak suka melihat Saga menggenggam tangan perempuan lain.
Alisa dan Saga terus berjalan menuju kasir. Mereka berdua ingin membayar makanan di sini. Teriakan wanita itu yang terus memanggil-manggil nama Saga, tak dihiraukan sama sekali oleh sang suami. Dalam hati, Alisa terus bertanya-tanya. Siapakah wanita itu? Apakah dia memiliki hubungan asmara dengan suaminya?
'Ya Tuhan, kenapa aku harus peduli tentang hal ini. Biarkan saja Saga dengan wanita lain. Namun, kenapa aku jadi merasa sakit hati seperti ini?'
Alisa memegangi dadanya sendiri. Terasa sesak rasanya melihat kejadian tadi. Saat wanita itu langsung mencium pipi sang suami. Saga kemudian menoleh ke arah Alisa. Sang istri tampak diam saja dari tadi. Kini, mereka berdua ada di kasir.
"Alisa, kau kenapa?" tanya Saga tampak perhatian.
"Aku tidak papa." Namun, jawaban dari Alisa tak membuat Saga merasa puas.
------
Hai para readers. Maafkan saya yang lumayan lambat update. Semoga kalian tetap menyukai alur ceritanya. Semoga kalian sehat selalu di sana. Aamiin.