Ternyata dugaan Alisa salah besar. Saga hanya membawanya ke sebuah mall. Pria itu keluar lebih dulu dari mobil, lalu disusul oleh Alisa yang mengekor di belakang.
Saga tampak rapi dengan memakai setelan jas. Alisa pun berusaha mengimbangi langkah pria itu yang menurutnya terlalu cepat berjalan. Sang suami entah akan ke mana tujuannya.
Setelah mereka berdua sudah cukup berkeliling, akhirnya Saga berhenti di satu tempat. Di mana banyak sekali yang menjual pakaian wanita. Mata Alisa terperangah saat melihat baju-baju di sana. Ditambah ada beberapa patung yang berdiri tegak, mengenakan baju yang bagus.
"Patung saja bagus ketika memakai baju seperti ini, apalagi bila kau yang memakainya," ucap Saga yang tengah berdiri di sisi Alisa.
"Pilihlah baju kesukaanmu, lalu kau akan mencobanya di dalam sana." Saga menunjuk ke ruang ganti.
"Kau serius?" tanya Alisa kemudian. Ia masih tak percaya dengan hal ini.
"Ya, aku serius. Apa mau aku temani memilih baju?"
Alisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia pun langsung memilih baju yang menurutnya paling bagus. Kemudian, Saga pun duduk di sebuah kursi yang tak jauh dari ruang ganti. Dirinya melihat sang istri begitu antusias.
"Sepertinya aku tak bisa balas dendam padanya. Aku sudah terlanjur jatuh cinta pada Alisa. Namun, hanya satu kendalanya. Wanita itu masih belum bisa membuka hatinya untukku," lirih Saga. Pria itu memutuskan untuk berhenti balas dendam, karena hatinya sudah terlanjur bersemayam benih-benih cinta pada sang istri.
Ia melihat, Alisa sudah mendapatkan satu buah baju dan sang istri mendekat ke arahnya. Saga pun bertanya kemudian.
"Hanya satu baju saja?"
"I–iya, memangnya kenapa?"
"Pilihlah beberapa lagi."
"Tidak usah, ini sudah cukup," ujar Alisa. Ia pun berlalu dari hadapan Saga dan lekas menuju ruang ganti.
Saga hanya bisa mengembuskan napas. Sang istri memang benar-benar wanita yang tak gila harta, berbeda dari yang lain. Dulu, saat Saga masih sendiri, ia sering sekali menjumpai gebetan-gebetannya senang dengan barang mewah. Tak jarang ia selalu memanjakan para wanita itu dan tak segan untuk membelikan barang branded.
Namun, saat bersama dengan Alisa, Saga tak pernah mendengar bahwa sang istri ingin meminta sesuatu. Jadi, dirinya inisiatif sendiri ingin membelikan pakaian dan barang mewah lainnya. Ia tahu, karena Alisa begitu menghargai uang dan kerja keras. Maka dari itu, sang istri tak ingin meminta sesuatu yang tak terlalu penting.
Alisa sudah keluar dari ruang ganti. Wanita itu begitu cantik dengan gaun mini berwarna putih. Dengan belahan dada yang agak terbuka, membuat buah kembar itu tampak begitu padat dan menyegarkan di mata Saga. Saga hanya bisa meneguk saliva-nya. Matanya tak henti menatap bagian dada sang istri.
Merasa ditatap seperti itu oleh Saga, membuat Alisa menutup belahan dadanya dengan sebelah tangan. Baginya, tatapan pria itu sangat liar. Bisa-bisa, Saga menyalurkan hasratnya di tempat seperti ini.
"Awas! Nanti bola matamu terjatuh kalau menatapku seperti itu terus!" gerutu Alisa sambil berlalu dari hadapan Saga.
Saga lekas mengekor di belakang sang istri. Andai mereka berada di rumah, sudah pasti Saga akan mencumbu Alisa dengan segenap hasrat yang ada. Buah dada yang padat nan kenyal itu sungguh menggoda indra penglihatannya. Ingin sekali dirinya meremas-remas buah itu, tapi di sini banyak pengunjung yang datang.
'Ya Tuhan, tahan hasratku!'
Sang istri tampak berjalan ke sana kemari. Entah apa yang ingin dicari oleh Alisa. Namun, wanita itu melihat mall sebesar ini penuh rasa takjub. Mungkinkah ini baru pertama kalinya Alisa datang ke sini? Kalau iya, entah Saga merasa tertawa atau terharu akan hal ini.
"Alisa ...." Saga memanggil sang istri. Alisa pun menoleh ke belakang.
"Kenapa?"
"Ikut aku!"
Pria itu menarik tangan Alisa dan ingin mengajaknya untuk membeli sepatu. Hari ini Saga ingin membelikan semua barang branded untuk sang istri tercinta. Alisa harus terlihat cantik dengan barang-barang mewah. Namun, karena merasa tak nyaman karena tangannya terus ditarik seperti ini, membuat Alisa menepis tangan Saga. Sontak, Saga pun menatap ke arah Alisa dan ingin meminta penjelasan.
"Kenapa dilepas?!"
"Tidak bisakah kau menarik tanganku dengan pelan? Bukan dengan setengah berlari seperti tadi! Seperti sedang menghindari seseorang di tengah kerumunan saja!"
"Ohh ...." Saga hanya ber-oh ria di hadapan Alisa. Membuat wanita itu berjalan lebih dulu dari hadapan Saga dan menghentakkan kedua kakinya.
Melihat ekspresi Alisa yang sedang kesal padanya, membuat Saga langsung menghampiri sang istri dan lekas menggenggam erat tangan Alisa. Menautkan jari jemarinya pada jemari tangan Alisa. Sontak, wanita itu menatapnya.
"Seperti ini kan yang kau mau?" tanya Saga. Langkah mereka sama-sama terhenti. Alisa terdiam dan menatap Saga tanpa kedip.
Bagai terhipnotis, akhirnya Alisa tersadar juga dan ia berhenti menatap wajah tampan Saga. Alisa lekas meminta pria itu untuk jalan kembali.
Saga tersenyum singkat. Tangannya masih menggenggam erat jemari-jemari Alisa. Ia ingin mengajak Alisa untuk membeli sepatu. Kini, mereka berdua sudah berhenti di sebuah toko sepatu yang ada di mall mewah ini.
"Ayo, pilih sana ...."
"Tapi, aku ...."
"Apa?"
"Tidak ada uang. Sudah cukup kau membelikan gaun mahal tadi."
Cup!
Satu kecupan berhasil dicuri Saga dari bibir Alisa dengan cepat. Entah pengunjung lain melihat atau tidak, dirinya tak peduli. Sebab, ia sudah tak tahan melihat tingkah Alisa yang menurutnya menggemaskan ini.
"Kau ini ada-ada saja. Aku ini seorang bos. Aku bisa membelikanmu apa saja, istriku. Jangankan cuma gaun, mall ini pun bisa kubeli." Saga memegangi kedua pundak Alisa. Namun, lagi-lagi, Alisa seolah terhipnotis dengan Saga. Kedua matanya begitu dalam menatap mata pria itu.
Saga juga terdiam dan mereka sama-sama terhanyut oleh suasana ini. Sedangkan, pengunjung lain tengah berbisik-bisik membicarakan mereka. Merasa tak enak di tengah seperti ini, akhirnya Alisa sadar dan ia menyadarkan Saga juga.
"Kita jadi bahan tontonan orang lain." Alisa pun segera mencari sepatu yang ingin dibelinya. Entah kenapa, dirinya tersenyum singkat, tanpa sepengetahuan Saga.
"Akhirnya, dia mulai memilih sepatu juga." Saga pun mengekor di belakang sang istri yang sedang sibuk memilih sepatu.
"Pilihlah beberapa. Jangan cuma satu," ucap Saga lagi.
Alisa hanya terbengong-bengong dengan ucapan sang suami. Benarkah yang didengarnya tadi? Saga menyuruhnya untuk memilih sepatu dalam jumlah lebih dari satu?
"Benarkah? Apa aku tidak salah dengar?" tanya Alisa.
"Aku serius. Kan aku seorang bos besar. Banyak duit dan sangat tampan."
Mendengar ucapan dari Saga, Alisa hanya bisa mencebikkan bibir. Tanpa sepengetahuan dari sang suami, Alisa mulai tersenyum sendiri.
-------
Bersambung
Terima kasih para readers sudah berkenan mampir untuk baca ceritaku ini❤️
Tanpa kalian, aku bukan apa-apa. Sekali lagi, terima kasih banyak❤️
Semoga kalian semua dalam keadaan sehat selalu. Aamiin❤️