Alisa sudah melepaskan gaun pengantin yang ia pakai sedari tadi. Kini, ia sudah berganti pakaian dengan baju piyama ukuran panjang. Saga yang melihatnya hanya berkerut kening. Kebingungan dengan sang istri. Hasratnya sedari tadi terus membara, ingin merasakan lagi nikmatnya surga dunia. Namun, wanita ini rupanya tak peka dalam melayani suami.
"Kenapa kau pakai piyama panjang?" tanya Saga yang sudah duduk di atas ranjang.
"Lah? Lantas aku harus pakai baju apa?"
"Lingerie. Atau tak usah berpakaian sehelai kain pun."
Bibir Alisa mencebik. Ia masih berdiri di ambang pintu kamar mandi, selepas berganti pakaian.
"Sini kemarilah." Saga menepuk ranjangnya dan menyuruh Alisa untuk naik ke atas. Namun, gelengen kepala Alisa membuat Saga hanya bisa mengembus napas panjang. Berusaha untuk tak terpancing emosi lagi gara-gara hal sepele seperti ini.
Alisa masih berdiam diri di depan pintu kamar mandi sambil membawa gaun yang ia lipat dengan tangan. Bingung harus berjalan ke arah mana. Suasana saat ini terasa begitu mencekam untuknya. Apalagi nanti malam, pria itu menagih jatah. Ya, jatah malam pertama. Walaupun sudah pernah merasakannya bersama dengan Saga, tapi membuatnya masih sedikit trauma.
"Hei, kau di sana seperti patung! Apa tak capek berdiri seperti itu terus hah? Sudah berapa lama kau di sana?" Saga mendengkus dengan kasar melihat Alisa hanya diam di sana tanpa bergerak. Wanita itu terus memandangnya dengan tatapan tak suka.
Tak mendapat respons apa-apa, terpaksa membuat Saga harus turun tangan lagi. Pria itu turun dari ranjang dan mendekati Alisa. Wanita itu lantas berusaha menjauh darinya. Namun, Saga tak akan membiarkan Alisa menjauhinya.
Saga menghalangi jalan Alisa. Wanita itu ingin berjalan ke arah lemari pakaian, ingin menyimpan gaun pengantinnya ini.
"Bisa minggir tidak?!" teriak Alisa.
Tangan Saga yang panjang kini terjulur ke pinggang Alisa. Membuat wanita itu tersentak dan hampir melepaskan gaun pengantin yang tengah ia pegang. Mata mereka saling bertatapan.
Ah, rasanya ingin sekali Saga mengecup lagi bibir manis itu. Namun, ia urungkan karena Alisa pasti akan berontak lagi. Ia pun harus menunggu waktu malam. Di mana sepasang pengantin yang sudah sah, akan melakukan malam pertama. Namun, ia sudah pernah merasakan tubuh Alisa sebelum pernikahan ini resmi.
"Lepaskan!" Alisa sedikit berontak agar tangan Saga segera menjauh darinya.
"Kenapa? Kau kan istriku. Dosa kalau menolak suami seperti ini." Alisa jadi geram sendiri karena ucapan Saga.
"Aku ingin menaruh gaun ini di lemari! Makanya lepaskan aku."
Berdebat dengan wanita membuat semuanya terasa runyam. Terlebih dengan Alisa. Kini, Saga membiarkan Alisa untuk melakukan apa yang ia mau.
Matanya mengekor pada Alisa yang sedang berjalan ke arah lemari. Wanita itu mulai mengambil hanger dan menyampirkan gaun itu di sana. Alisa menengok ke belakang, tepatnya ke arah Saga. Pria itu menatapnya tanpa kedip.
Setelah selesai, Alisa menuju ke arah ranjang dan mengambil satu bantal. Kemudian, ia letakkan bantal itu persis di bawah ranjang. Membuat Saga membelalakkan mata.
"Hei, kenapa tidur di bawah? Ranjang lebar seperti ini, haruskah aku sendirian di atas? Kau kan istriku. Kita sudah sah!"
"Hustt! Diamlah! Mulutmu itu selalu cerocos dari tadi." Alisa mulai membaringkan tubuhnya di atas lantai yang tanpa alas.
Saga jadi tak terima. Ia pun mulai mendekat dan mengangkat tubuh wanita itu dengan paksa ke atas ranjang. Alisa berontak dan memukul-mukul dada Saga. Dirinya melempar tubuh Alisa dengan kasar dan mulai mendekatkan wajahnya ke wajah cantik itu.
'Ah, godaan lagi.' Saga melihat dua gundukan besar milik Alisa yang terpampang jelas. Ingin sekali ia meraba dengan penuh hasrat yang menggebu dan meremasnya. Namun, ia harus bisa menahan hasrat itu hingga malam tiba.
"Alisa," panggil Saga.
"Apa?"
"Hmm, tidak papa."
Mata Saga masih fokus pada dua bukit kembar nan besar itu. Paras dan tubuh Alisa tanpa cacat sedikit pun. Ingin sekali ia menjamahnya lagi. Memberikan Alisa kenikmatan yang tiada duanya.
Entah kenapa, tangan Saga mulai meraba paha Alisa dengan lembut. Merabanya berulang kali dari atas lalu ke bawah lagi. Dengan perlahan, tubuh Saga mulai naik ke tubuh Alisa. Anehnya, wanita itu kini diam saja, pasrah dengan perlakuan suaminya.
"Alisa," panggil Saga lagi.
"Ya?"
"Aโaku ...."
Pria itu sengaja mendekatkan wajahnya ke wajah sang istri. Tanpa sekat, mereka sangat dekat. Hingga embusan napas Alisa terasa di wajahnya.
"Aku mencintaimu ...." Ucapan Saga terngiang-ngiang di telinga Alisa.
Cup!
Saga memberi satu kecupan di bibir manis Alisa. Membuat wanita itu menutup matanya. Saga hanya tersenyum sejenak melihatnya. Semakin lama, ia makin bisa menjinakkan Alisa. Ia pun memberikan ciuman lagi. Mengulum bibir Alisa dengan lembut dan berirama. Kini, tangannya meraih kancing piyama milik sang istri dan membukanya habis.
Kedua tangan Saga kini memegang kedua tangan Alisa. Tak ingin membiarkan tangan itu berontak lagi. Ia sudah nyaman melakukan aksi kecilnya ini. Dari bibir, lalu turun menuju leher. Ia ciumi leher jenjang nan putih mulus itu dengan penuh nafsu dan memberikan bekas merah di sana. Alisa menggelinjang dibuatnya.
Helaan napas terdengar dari mulut Alisa. Wanita itu kini mengeluarkan suara desahan. Saga jadi semangat dibuatnya. Ia pun turun ke bawah menuju dua bukit kembar yang masih tertutup oleh bra berwarna hitam berenda.
Tangannya tak kuasa menahan hasrat yang sudah menggebu sedari tadi. Ia pun memegang dua buah benda keramat milik Alisa dengan memijat-mijatnya dengan lembut. Saga kembali menciuminya dan tangannya bergerak lincah.
Alisa menggeliat, sesekali ia mengeluarkan suara-suara yang membuat Saga jadi terpacu. Pria itu semakin gencar menyusuri setiap inci tubuh bagian atas Alisa dengan menciuminya. Alisa hanya pasrah dan tak berontak lagi. Wanita itu juga menikmatinya, sama seperti Saga saat ini. Hasrat mereka sama-sama sudah menggebu. Namun, sang istri rupanya malu untuk mengungkapkan.
Saga berhenti meremas benda kenyal tersebut. Ia tengah memandangi wajah Alisa yang cantik itu. Napas sang istri begitu terdengar embusannya.
"Alisa? Kau menikmatinya?" Saga bertanya lagi. Ia bisa melihat, Alisa tengah malu-malu di hadapannya. Kini, rencananya lumayan berhasil.
Melihat Alisa hanya tersipu, Saga melanjutkan lagi ciumannya. Ia menjulurkan lidah dan Alisa pun membalasnya. Wanita itu lalu membuka mulutnya, agar Saga bisa masuk lebih dalam lagi. Merasai setiap inci di dalam mulut.
Benar-benar surga dunia yang begitu memabukkan untuk keduanya. Awalnya Alisa menolak mentah-mentah, tapi makin ke sini, wanita itu pasrah juga dengan perlakuan suaminya. Pesona Saga memang tak bisa terbantahkan. Jerat cintanya mampu membuat Alisa terlena sekarang.