Saga melakukan ciuman yang bertubi-tubi pada Alisa. Entah di bibir, leher, kemudian di daerah dua bukit kembar. Terkadang ia juga meremasnya dengan begitu lihai. Namun, ia berhenti sebentar dan menatap wajah Alisa yang tengah berpeluh. Dalam keadaan seperti ini, sang istri masih saja terlihat sangat cantik. Malah menambah kesan seksi pada diri wanita itu.
"Alisa?" ucap Saga.
"Kenapa?"
"Mau berganti posisi?" Saga memandangi wajah cantik itu yang penuh kebingungan. Alis milik Alisa naik sebelah, menandakan tak mengerti apa maksud ucapan Saga.
"Po–posisi? Posisi apa?"
"Aku di bawah dan sekarang kau yang ada di atas."
Alisa terkejut mendengar jawaban Saga. Ternyata pria di depannya ini masih ingin melanjutkan permainan. Ia kira, akan berhenti dan dilanjutkan malam hari lagi.
"Tenang saja, juniorku masih aman. Ia sabar menunggu wakfu malam tiba." Saga mengedipkan sebelah matanya, yang mampu membuat Alisa mendadak canggung. Perlahan, Saga mulai turun dari tubuh Alisa. Ia kasihan juga dengan wanita itu, terlalu lama menindihnya. Sekarang mereka berdua akan bergantian.
Namun, Alisa hanya menurut saja apa yang dikatakan oleh Saga. Kini, pria itu sudah berganti posisi dengan Alisa. Saga berada di bawah dan siap menunggu kedatangan sang istri di tubuhnya.
"Ayo, naiklah perlahan. Tunggu apa lagi?" Saga terlihat tak sabaran. Namun, Alisa masih canggung dengan suasana ini. Ia bingung, harus naik ke tubuh Saga atau tidak. Wanita itu masih duduk di tepi ranjang.
"Jangan malu. Lakukan seperti tadi. Kita sudah sah menjadi suami istri," sambung Saga lagi.
Alisa pun perlahan naik ke tubuh Saga. Bukit kembarnya otomatis menempel pada dada bidang milik sang suami. Alisa menatap wajah pria di depannya ini sangat dalam. Sekarang ia sudah sah menjadi istri Saga. Bahkan, dirinya melayani Saga untuk bercinta. Ia tak mencintai Saga, tapi kenapa dirinya mau melakukan hal ini? Apakah mungkin hanya sebatas kewajiban istri pada suami saja? Ataukah, diam-diam ia sudah mulai menyukai Saga.
"Kenapa melamun?" Saga membuyarkan lamunan Alisa. Wanita itu diam saja dan tak menjawab pertanyaan Saga.
Tangan Saga mulai meraba bagian punggungnya. Kemudian, tangan itu bergerak lincah ke bawah untuk meraih paha mulus Alisa. Saga kembali mencumbu bibir Alisa tanpa henti, seolah candu baru untuknya. Wanita itu membalas perlakuannya.
"Aku mencintaimu ...." Kata-kata itu diucapkan oleh Saga tanpa sadar. Pria itu kembali mengecup bibir Alisa dengan penuh hasrat. Alisa jadi kebingungan sendiri melihat sang suami seperti tadi. Sudah beberapa kali ia mendengar bahwa Saga mencintainya.
Mata Saga merem melek, karena begitu bergairah bercinta dengan Alisa. Tangannya liar menyentuh benda keramat milik sang istri. Sesekali Alisa mendesah penuh kenikmatan. Remasan yang dilakukan Saga semakin kuat. Mereka berdua sama-sama tak bisa menolak kenikmatan ini. Saga sangat menyukai desahan sang istri, yang begitu terdengar jelas di gendang telinga.
Ucapan yang Saga lontarkan tadi masih terngiang-ngiang di kepalanya. Benarkah Saga mencintainya? Mengingat perlakuan pria itu begitu kasar, membuatnya jadi ragu. Apakah Alisa harus percaya begitu saja pada pria yang sudah menjadi suaminya ini?
Embusan napas keduanya begitu terdengar jelas. Kini, Alisa agak sedikit capek, terlihat dari wajahnya. Saga bisa melihat akan hal itu. Tangannya pun berhenti menggenggam dua buah gundukan besar nan kenyal itu. Matanya fokus memandang wajah sang istri yang di keningnya ada bulir-bulir keringat.
"Kau capek?" tanya Saga sambil mengelus keringat Alisa. Wanita itu sontak membulatkan mata, terkejut dengan ulah Saga yang terkesan manis untuknya. Alisa masih berada di atas tubuh Saga.
"I–iya ...."
"Baiklah, kau tidur saja."
Pria itu menyuruhnya istirahat, tapi tetap dalam posisi seperti ini. Saga memegang kepala Alisa dan meletakkannya di dada bidangnya dengan posisi miring ke kiri. Wanita itu hanya pasrah dengan perlakuan Saga.
Kedua tangan Saga memeluk erat tubuh Alisa. Dadanya terasa menghangat karena buah kembar Alisa yang menempel, membuatnya begitu nyaman berada dalam posisi seperti ini.
'Andai saja ... dari awal kau menerima ketulusan cintaku. Mungkin aku tak akan pernah berpikiran untuk balas dendam. Namun, di saat seperti ini, rasanya aku tak sanggup untuk melakukan hal jahat padamu, Alisa. Sungguh ... aku mencintaimu sejak pertama melihatmu.'
Saga hanya bisa membatin dalam hatinya. Sesekali ia melihat Alisa yang tengah terbaring di atas tubuhnya. Wanita itu tak bersuara lagi, mungkin tengah tertidur. Sebisa mungkin, Saga mengurangi pergerakan tubuh, takut kalau membuat Alisa akan terbangun. Namun, terkadang ... rasa nyeri di beberapa bagian tubuhnya pun menyerang akibat tak bergerak dalam waktu lama.
"Aku rela tak bergerak dan menjadi patung seperti ini, agar kau tak terbangun istriku," ucap Saga yang begitu manis. Andai saja, Alisa masih bangun mungkin wanita itu akan terkejut mendengar ucapan Saga.
Untuk menyentuh pucuk rambut Alisa saja, Saga berpikir dua kali. Takut membangunkan Alisa yang tengah tertidur di atas tubuhnya. Hanya dadanya saja yang bergerak kembang kempis, mengikuti irama jantung.
Suara dengkuran kecil keluar dari mulut Alisa. Benar saja, wanita itu sudah tertidur pulas. Saga makin mengeratkan pelukannya pada sang istri. Menyalurkan rasa hangatnya pada Alisa. Ia masih mencintai wanita itu dengan begitu besar. Tak sanggup kalau harus berbuat jahat pada Alisa dalam keadaan seperti ini. Namun, Saga tetap akan membalas dendam atas apa yang sang istri lakukan padanya. Dirinya masih sakit hati akibat telah dicampakkan.
Lama kelamaan, rasa kantuk pun mulai menyerang Saga. Berkali-kali menguap, tapi ia tak mau tidur. Ia ingin menunggui Alisa sampai terbangun. Dirinya harus melihat wajah sang istri saat bangun tidur.
Makin lama, kantuk yang menyerangnya makin hebat. Mata Saga mulai berair dan memerah, terkadang ia mengucek matanya sendiri. Kemudian, melingkarkan tangannya lagi ke punggung Alisa.
"Ya Tuhan, aku mengantuk sekali." Saga menguap lagi dengan hebatnya. Terpaksa ia harus tidur.
Lantas ia pun mulai memejamkan mata dan menyusul Alisa yang lebih dulu sudah berada di alam mimpi. Ia berharap bisa memimpikan Alisa di dalam waktu tidurnya. Walau hanya sebentar, ia sangat mengharapkan hal itu.
Kini, pasangan suami istri itu telah tertidur bersama. Di atas ranjang yang menjadi saksi bisu perjalanan cinta mereka. Saga mendekap erat tubuh Alisa dan wanita itu begitu nyaman berada di posisi itu. Pasangan yang awalnya terus menerus bertengkar tanpa henti, kini menjadi sedikit akrab.
Apakah dengan pernikahan ini, membuat Alisa akan jatuh cinta pada sang suami dan melabuhkan hatinya pada pria itu? Ataukah sebaliknya ... Alisa tak akan pernah bisa mencintai Saga?
Nantikan kelanjutannya, ya ....
Jangan lupa beri review+collections.
-----
Bersambung
Akun ig : anggun_marimar1997