Saga merasa lega karena barusan mendapat jatah malam pertamanya. Ia segera mengeluarkan si junior dari sana. Alisa sudah tumbang dengan napas yang terengah-engah. Keringat mereka bercucuran dan membasahi kasur. Saga pun merebahkan diri di samping sang istri. Mereka berdua telanjang tanpa sehelai kain pun di badan. Dada Alisa kembang-kembis, membuat mata suaminya fokus ke arah dua bukit kembar.
Mata Alisa terpejam. Saga ingin memeluk istrinya dalam keadaan telanjang seperti ini. Ia pun meraih pinggul Alisa dan mendekapnya erat. Mereka berdua sama-sama dalam posisi rebahan.
"Kau?" Alisa tampak tersipu malu, terlihat jelas dari pipinya yang mulai memerah.
"Terima kasih, ya," ucap Saga sambil menarik selimut. Ia tutupi tubuhnya dan Alisa yang tak berpakaian sama sekali.
Saga menyuruh Alisa untuk tidur, karena hari sudah larut malam. Wanita itu mengangguk dan menurut dengan ucapan suaminya. Pria itu memandang ke wajah sang istri yang tampak terpejam.
"Selamat tidur."
***
Pagi harinya, Saga sudah terbangun lebih dulu dari pada Alisa. Pria itu sudah mandi, terlihat dari rambutnya yang basah. Ia mulai berpakaian karena akan berangkat ke kantor. Namun, Saga enggan membangunkan Alisa yang masih tertidur pulas di atas ranjang.
Saga mengenakan dasi dan bercermin seorang diri. Sesekali ia menengok ke arah ranjang, melihat Alisa yang sedang berselimut. Malam tadi memang benar-benar luar biasa.
Sebentar lagi, ia akan berangkat kerja. Namun, tiba-tiba saja, Alisa terbangun dari tidurnya. Wanita itu tampak kaget dan menatap tubuhnya sendiri dari balik selimut yang masih tak tertutupi sehelai kain pun. Sontak, Alisa memandang suaminya yang tengah menatapnya dengan tatapan menggoda.
"Alisa," panggil Saga. Pria itu mendekati istrinya yang masih ada di ranjang.
Alisa menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut menggunakan dua tangan. Tampak malu-malu, terkadang menunduk. Saga memegang dagu Alisa yang menurutnya sangat seksi itu dan mengangkatnya.
"Kenapa menunduk?"
"A–aku ...."
Saga tahu, sang istri masih merasa malu karena kejadian semalam. Itu menurutnya wajar saja, karena malam tadi sangat special. Mereka kembali saling bergumul di atas ranjang dengan begitu mesra dan bergairah. Desahan demi desahan kian tercipta, keluar dari mulut masing-masing. Hingga peluh bercucuran keluar.
Malam tadi, Saga membenamkan juniornya pada milik Alisa dengan begitu nikmat. Wanita itu sudah membuatnya mabuk kepayang.
Melihat ekspresi Alisa yang malu-malu kucing, Saga hanya tertawa kecil. Ia hendak menuju ke kantornya dan menyuruh sang istri untuk segera mandi.
"Aku akan berangkat kerja dulu, ya. Kalau perlu apa-apa panggil saja para pembantu dan anak buahku." Alisa mengangguk patuh.
Saga mulai beranjak dari ranjang. Perlahan, ia mulai melangkah mendekati pintu kamar untuk ke luar. Namun, langkahnya terhenti karena mendengar panggilan dari Alisa. Alisa memanggilnya dan wanita itu turun dari ranjang dengan berselimut seprai tempat tidur.
Alisa mendekat pada Saga dan mengambil tangan kanan suaminya. Wanita itu mencium tangan Saga sebelum berangkat kerja.
"Hati-hati di jalan," ucap Alisa yang membuat Saga terpaku.
"I–iya, Alisa." Saga mengangguk-anggukkan kepalanya dan mencium kening Alisa cukup lama. Pria itu berpesan pada istrinya untuk segera mandi dan pakailah pakaian yang ada di lemari, karena Saga pagi-pagi sekali sudah membelikan beberapa lembar baju baru untuk sang istri. Beruntung ada toko pakaian yang buka lebih awal.
"Aku berangkat dulu. I love you ...."
***
Alisa sudah selesai mandi, wanita itu keramas dan tengah mengeringkan rambutnya yang basah. Ia pun melangkah menuju ke lemari Saga dan mulai membukanya.
"Astaga ...." Alisa terkejut saat melihat beberapa lingerie telah tergantung di sana. Satu buah daster yang berukuran cukup besar, bahkan tak muat di badannya yang ramping ini. Dan, pakaian dalam untuknya yang baru.
"Apa-apaan ini! Niat ga sih si Saga membelikan baju untukku?" Alisa kesal, karena pria itu mempermainkannya. Tak mungkin, ia memakai dua jenis baju itu.
Lingerie berwarna hitam dan merah ini membuat Alisa geli sendiri. Apalagi kainnya yang menurutnya kurang bahan. Motifnya terlihat berenda-renda dan sangat transparan. Bagian-bagian tubuhnya yang sensifit akan menonjol di hadapan pria itu nanti.
Buah dadanya yang padat, akan dengan mudah terlihat. Daerah sensitifnya pun juga akan terlihat oleh Saga nanti. Maka dari itu, ia lebih memilih untuk mengenakan daster saja.
Sedari tadi, Alisa hanya menggerutu. Namun, ia juga salut dengan Saga karena pria itu lihai memilih ukuran pakaian dalamnya. Dengan cepat ia kenakan bra dan celana dalam, pemberian dari Saga. Biar bagaimana pun, Alisa tetap berterima kasih pada pria itu.
"Terpaksa aku harus memakai daster ini dari pada lingerie itu."
Kini, Alisa sudah mengenakan daster itu yang terlihat menggelambir saat dikenakan. Ukurannya yang besar membuat Alisa jadi tak nyaman. Namun, apa boleh buat. Ini adalah pilihan terbaik saat ini.
Sekarang dirinya merasa kelaparan. Ia ingin minta dibuatkan nasi goreng pada pelayan di bawah. Saat ia melangkah, Alisa hampir saja terjatuh karena daster itu terlalu panjang melebihi mata kaki. Beruntung, dirinya bisa menjaga keseimbangan.
"Sagaaa ...! Awas kau, ya!"
Alisa terpaksa mengangkat daster itu dan mulai berjalan menuju ke dapur. Setelah ia berhasil menuruni anak tangga, terlihat semua anak buah Saga tampak menundukkan kepala padanya. Alisa jadi heran sendiri. Harusnya mereka tak bersikap seperti ini.
Saat ia berada di dapur pun, semua pelayan juga tampak menunduk padanya.
"Ada yang bisa kami bantu, Nyonya?" tanya salah seorang pelayan itu pada Alisa.
"A–aku lapar ... ingin makan nasi goreng. Bisa kau buatkan untukku?" Pelayan itu mengangguk dan menyuruh Alisa untuk menunggu terlebih dulu di meja makan.
Kini, Alisa harus menunggu sebentar sampai nasi goreng itu masak di hadapannya. Ia sangat lapar sekarang, karena malam tadi hanya sedikit saja makan.
"Kenapa juga malam tadi aku tak habiskan nasi goreng saat di ruang tamu itu? Padahal kan aku masih lapar!" Alisa masih menggerutu sendiri. Ia ingin memarahi pria itu saat Saga sudah pulang ke rumah. Bisa-bisanya Saga membelikannya baju-baju yang seperti ini. Beruntung, semua anak buah dan pelayan Saga tak ada yang menertawakan penampilannya saat ini.
Kaki Alisa juga tak mengenakan alas apa pun. Ia lupa memakai sandal dan itu ada di dalam kamar. Betapa bodoh dirinya sekarang.
Ingin rasanya ia menghubungi Saga dan membentak sang suami sekarang. Alisa pun memanggil salah seorang anak buahnya untuk kemari. Maka datanglah seorang pria plontos ke hadapannya.
"Ada apa, Nyonya?" tanyanya.
"Kau ada nomor Saga?"
"Iya, ada Nyonya." Pria itu mengangguk.
"Bisa kau sambungkan ke Saga? Aku ingin bicara dengannya sekarang juga."
Pria itu menyerahkan ponselnya pada Alisa. Ingin sekali Alisa berteriak, memaki pria itu. Akhirnya, tersambung juga.
"Saga ...! Kau ini niat ga sih membelikan baju untukku? Kenapa kau belikan aku baju seperti itu!" Sudah habis kesabaran Alisa dibuatnya. Hatinya jadi plong karena sudah memarahi pria itu.
"Maaf, ini siapa?"
Deg!
'Suara wanita ....'
Alisa sontak terdiam seketika. Bukan suara Saga, melainkan suara seorang wanita. Alisa pun buru-buru mematikan ponsel dan menyerahkannya pada pria plontos itu. Tak lupa ia mengucapkan terima kasih padanya.
---
Hai para readers Arrogant Husband. Baca terus ya kisah Saga dan Alisa.
Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat di sana. Mari berteman yuk di ig, kita saling follow => anggun_marimar1997
Oh ya, aku mau rekomendasikan sama kalian bacaan yang juga ga kalah bikin bapernya.
-Lovely Maid karya Dian98
-Cinta Itu Gila karya Knisa
Thank you semua.