Chereads / SHUT UP! / Chapter 5 - GENG MOTOR?

Chapter 5 - GENG MOTOR?

"mau kemana lo Ga?" Tanya Axel ketika melihat Arga yg ingin beranjak dari apartemen Rendi.

"Keluar, nanti balik" Ucap Arga yg memakai jaket kulitnya.

"Gue nitip cemilan ya" Ucap Rendi yg menampakkan puppy eyes nya, hingga Arga yg awalnya ingin menolak, jadi tak tega melihat sahabatnya dengan ekspresi sadis seperti itu.

"Gue nitip permen yupi ya" Ucap Axel yg memohon pada Arga dengan berlutut di depan Arga.

_&_

Dinginnya malam yg ditabur bintang, suasana yg tenang, cuaca dingin yg mampu menembus pori-pori kulit, kendaraan saling menyalip satu sama lain. Susana inilah yg paling disukai oleh seorang Arga. Selama di perjalanan, ia terus melirik kesana kemari di dalam helm full face nya.

Sedari tadi ia merasa diikuti oleh beberapa anggota geng motor dibelakang, ia mencoba melajukan motornya dengan cepat.

"Shit!" Gumam Arga ketika melihat salah satu anggota geng motor itu mencoba menendang motor Arga.

Brakk

Motor Arga terpental jauh menabrak trotoar, beruntung Arga jatuh sebelum motornya terpental. Arga bangkit, ia sangat murka dengan geng motor itu.

"Apa mau lo!" Desisan dari Arga semakin membuat suasana semakin mencekam. Di dalam helm full face nya, wajahnya menahan gejolak api yg sudah mencapai puncak.

"Lo Rendi kan?" Tanya salah seorang anggota geng motor itu.

"Bukan!" Bantahan dari Arga dengan wajah yg ingin menerkam.

"Gue gak percaya!" Ucap salah satu dari geng motor itu, yg sepertinya adalah ketuanya.

"Ck! Serah!" Kekesalan Arga yg sudah meronta-ronta membuatnya ingin memusnahkan geng motor gak jelas itu.

"SERANG!!" Teriakan menggema dari sang ketua geng.

Hingga terjadilah peristiwa baku hantam antara geng motor dan Arga, 20 vs 1, sangat licik bukan?!.

Ketenangan Arga sudah diusik, ia tak akan pernah melepaskan musuhnya. Walaupun ia sendiri tak kenal siapa sebenarnya geng pengecut itu. Ia terus memukuli dengan brutal sang musuh.

Arga menendang beberapa anggota geng itu, hingga sang ketua geng ingin melayangkan pukulan dengan balok kayu besar, namun ditahan oleh...

"Jangan jadi pengecut lo" Ucap cewek yg sudah menahan balok kayu itu.

"Gak ada urusannya sama lo!" Ucap dari sang ketua yg mengenakan masker hitam itu.

Seketika cewek itu menjadi penasaran dengan wajah ketua geng itu, hingga cewek itu lebih dulu melayangkan sebuah pukulan tepat di perut sang ketua geng.

Bugh

Bunyi pukulan nyaring yg berasal dari cewek tersebut mampu membuat semua menoleh menganga, bagaimana bisa seorang cewek memukuli sang ketua geng yg terkenal bengis dan liciknya.

Cewek itu pun kemudian membuka masker yg dikenakan ketua geng itu. Betapa terkejutnya ketika melihat wajah sang ketua.

"Kak A-arsen?!" Ujaran kebencian mulai menghiasi wajah cewek tersebut.

"Le-levanya" ucap ketua geng yg bernama Arsen.

Ya! Yg menolong Arga tadi adalah Leva, sedangkan Leva adalah adik kandung dari Arsen. Banyak sekali kisah yg Leva pendam selama ini, bahkan jati dirinya pun tak ada yg tau.

Arga kemudian membuka helm yg ia kenakan sedari tadi, daripada ia dikeroyok.

"Lah gue kira tadi Rendi, mirip banget soalnya, gue minta maaf ya bro" Ucap Arsen bangkit, lalu menepuk bahu Arga.

"Dih malu-maluin" Ketus dari Leva yg melihat betapa malunya wajah sang kakaknya.

"Diem lo bocah!" Kesal Arsen yg menahan malunya. Sudah jatuh ditimpa tangga pula.

"Hubungan lo dan Rendi?" Tanya Arga dengan to the point.

"Kita cari cafe aja deh bro, sakit nih lo pukulin dari tadi, ditambah dipukul bocah ini lagi" Kesal Arsen sambil menunjuk Leva.

_&_

"Jadi gini....." Ucap Arsen dengan menjeda ucapannya.

"Jadi apaan sih bang?" Tanya Leva dengan sewot.

"Jadi gini...gue haus, jadi pesenin gue minuman dulu" Cengiran dari Arsen yg tampak menyebalkan jika dilihat.

"Mas" Ucap Arga dengan mengangkat tangannya.

Seketika pelayanan laki-laki itu menghampiri meja yg mereka tempati.

"Ada apa mbak,mas?" Tanya pelayanan itu dengan sopan dan ramah.

"Pesan Hot chocolate satu" ucap Levanya.

"Red Velvet satu" ucap Arga.

"Cappucino cincau satu" ucap Arsen.

"Baiklah, hot chocolate 1, Red Velvet 1, Cappucino cincau 1, ada yg ingin ditambah?" Tanya pelayan itu yg masih mencatat pesanan.

"Tidak" Ucap Levanya.

"Baiklah saya permisi" ucap Pelayan itu.

"Leva!" Ucap Arsen dengan keras.

"Apaan sih bang!" Kesal Leva.

"Uang gue gak cukup, gimana dong?" Tanya Arsen ketika melihat isi dompetnya yg hanya tinggal uang recehan saja.

"Oh gapapa gapapa" ucap Leva yg mengisyaratkan seolah-olah berkata 'tenang'.

"Aduh, baik banget adek gue" gumaman Arsen yg masih bisa didengar oleh Leva dan Arga.

"Mas!" Ucap Leva yg masih melihat pelayan itu berjalan yg tak jauh dari meja yg ia tempati.

"Iya mbak?" Tanya pelayan itu.

"Cappucino cincau nya gak jadi" Ucap Leva sambil menahan tawanya.

"Mampus lo Arsen!" Batin Arga sambil menahan tawanya.

"Lah kampret juga lo ternyata!" Kesal Arsen ditambah dengan dengusan.

"Rasain lo" ucap Leva dengan senyuman mengejek.

"Dek, plis tolong bayarin gue ya kali ini aja, duit gue tadi ketinggalan" Mohon dari Arsen yg menahan rasa hausnya.

"Ya udah deh iya, lagian sih lo balik kesini gak ngabarin gue!" Kesal Leva.

"Mas! Cappucino cincau nya jadi" ucap Leva dengan mengangkat tangannya.

"IYA MBAK!" Teriakan dari pelayan yg tadi.

"Nah gitu dong, baru adek gue" Ucap Arsen yg merangkul pundak Leva.

"Jelasin sekarang" Ucap Arga yg sedari tadi menyimak pembicaraan adik kakak itu.

"Jadi dulu itu.....

Flashback on.....

2 tahun silam....

"Rendi, semoga geng kita banyak yg minat ya" Ucap Arsen yg tengah duduk di bangku taman bersama dengan Rendi.

"Lo jadi ketuanya, gue jadi wakilnya" ucap Rendi dengan mata yg penuh harapan.

"Ya udah kalau gitu" Ucap Arsen tersenyum bahagia.

Satu bulan kemudian...

"Gue seneng banget, ternyata geng kita anggota nya lebih dari 150 orang" Ucap Arsen dengan senangnya.

"Iya, bye the way Rendi kemana ya?" Tanya Vino selaku seketaris geng.

"Tadi dia bilang kalau diajak ayahnya ke Jogja" Ucap Arsen sambil membolak-balik kan handphone nya.

"BOS ARSEN!! AKU TADI LIHAT RENDI BERDUAAN SAMA NIKO" Teriak dari Rey yg tiba-tiba muncul di depan pintu sambil berteriak.

"Heh bocah! Jangan ngada-ngada deh" Ucap Vino.

"Jika dipikiran secara logis, Rey nggak mungkin bohong, secara kan Rey itu polos banget, lemot lagi" Ucap Zaidan si pintar.

"Tadi lo lihat Rendi dimana Rey?" Tanya Vicky.

"Di danau deket rumah pohon yg biasanya ada pasar malam" Ucap Rey sambil meneguk minuman Yakult favoritnya.

"Kita kesana sekarang!" titah dari Arsen yg masih tak percaya dengan ucapan Rey barusan.

+++++

Sesampainya di danau, memang benar disana ada Rendi yg duduk bersebelahan dengan Niko, si musuh bebuyutan Arsen yg selalu menantang.

"Bos, kita ngintip aja di semak-semak" Bisik dari Vicky.

"Ya udah ayo" Ucap Arsen.

Disinilah Arsen, Vicky, Rey, Vino, dan Zaidan berada, di sebuah semak-semak yg mampu menutupi seluruh tubuh mereka.

Disana nampak Rendi dan Niko berbincang dengan sangat akrab, seolah sudah mengenal lama.

"Ren, gue punya tugas buat lo" Ucap Niko dengan senyuman smirk nya.

"Apa Nik? Plis jangan macam macam lo kali ini" Ucap Rendi dengan wajah yg tak takut sedikitpun.

"Lo hancurin geng pecundang itu" Ucap Niko dengan tampang yg mencurigakan, seolah telah merencanakan sesuatu yg luar biasa.

"Maksud lo geng nya Arsen?" Tanya Rendi.

"Ya iya lah" Ucap Niko.

"Oke siap, besok gue bakalan acak-acak tuh markas, dan gue bakalan sebar hoax tentang geng nya Arsen" Ucap Rendi yg juga dengan senyuman smirk nya.

"Apa rencana lo Ren?" Tanya Niko.

"Gue bakal taruh sesuatu yg berhubungan dengan narkoba, lalu besok gue telfon polisi, biar Arsen dipenjara" Ucap Rendi.

Arsen, Rey, Vicky, Vino dan Zaidan tak percaya dengan apa yg dikatakan Rendi, bagaimana bisa Rendi berpikir sampai sejauh itu, hal tersebut membuat Arsen sadar, secara halus Rendi telah bermain-main dengannya. Bisa bisanya Rendi telah berkhianat dengannya. Lihat saja nanti!

"Permainan akan kita balik Rendi" Gumaman Arsen dengan tangan terkepal serta gigi yg bergemelatuk hebat.

"Markas kita tutup saja, lalu semua benda-benda, sementara kita taruh di apartemen Vicky, seolah-olah markas itu sudah tak terpakai, lalu semua anggota pura-pura kita bubarkan, dan jangan sampai ada yg menghubungi Rendi untuk seterusnya" Titah Arsen dengan berbisik.

"Siap pak bos" Ucap Vicky.

Flashback off....