Chereads / SHUT UP! / Chapter 6 - ADA APA DENGAN RENDI??

Chapter 6 - ADA APA DENGAN RENDI??

"Gak habis pikir gue sama Rendi" Ucap Leva dengan menyeruput hot chocolate nya yg tadi ia pesan.

"Gue aja masih murka sama dia" Kesal Arsen dengan muka yg cemberut.

"Dia sahabat gue"Ucap Arga yg sedari tadi menyimak penjelasan Arsen, mengenai siapa itu Rendi.

Arsen yg mendengar itupun langsung terkejut, Arsen takut jika Arga merupakan target selanjutnya yg dikhianati Rendi, sepertinya Arsen harus waspada, karena Niko dan Rendi bukanlah lawan biasa untuk di lawan. Niko dan Rendi sama-sama licik, mereka berdua rela melakukan segala cara untuk membuat geng Arsen hancur.

Arsen sendiri tak tahu menahu apa tujuan Rendi dan Niko ingin menghancurkannya.

"Gue punya edi bro" Ucap Arsen dengan lagak nya yg sok.

"Ide bukan edi!" Kesal Leva pada kakaknya yang sok itu. Bagaimana bisa ia mempunyai kakak yg spesiesnya seperti itu.

"Ya elah sensi amat" Cibir dari Arsen.

"Tapi gue gak percaya kalo Rendi kayak gitu" Ucap Leva yg masih kepikiran dengan cerita Arsen tadi.

"Kalo kalian berdua masih gak percaya, kita coba misi yg gue ciptakan, siapa tau nanti Rendi kejebak dalam permainan gue, tapi tenang aja, gue gak main fisik kok" Ucap Arsen meyakinkan.

Arga berpikir. Yg dikatakan Arsen sepertinya menarik, ada benarnya pula, memang! Sejak pertama kali Arga bertemu Rendi, ia juga agak ragu untuk menjadikannya sebagai sahabat, mungkin ada baiknya jika ia mengikuti permainan Arsen, lagian gak main fisik juga kan, jadi masih aman.

"Gue setuju" Ucap Arga yg setelah sekian lama ingin mengetahui siapa Rendi yg sebenarnya.

"Gue juga" Ucap Leva.

"Apa misi lo?" Tanya Arga dengan sebelah alis yg terangkat.

"Sini deh" Ucap Arsen yg mendekatkan mulutnya ke arah telinga Arga dan Leva.

Mereka bertiga saling berbisik-bisik, tak ada yg tau apa yg mereka bicarakan selain Tuhan, Arga, Arsen, Leva dan Author yg tau.

_&_

"Ren, Arga kok lama banget ya" Ucap Axel sambil menimang-nimang kira-kira apa yg terjadi pada sahabatnya yg satu itu.

"Ya mana gue tau" Ucap Rendi dengan mengedikkan kedua bahunya.

"Maaf nih ya Ren, gue tanya sama lo, apa alasan lo buat pindah ke sini?" Tanya Axel dengan hati-hati takut menyakiti perasaan Rendi.

"Gak usah bahas itu bisa gak sih!" Ucap Rendi dengan tegas, hingga membuat Axel terkejut dan semakin merasa bersalah.

_&_

"Rencana ini kita jalani mulai kapan?" Tanya Leva dengan semangat 45.

"Gimana kalau besok aja, besok gue pindah ke sekolah lo ya dek" Ucap Arsen dengan tampang serius.

"Besok" Ucap Arga dengan senyuman devil nya, yg membuat Leva dan Arsen bergidik ngeri melihatnya.

"Ya kali gue harus deket dulu sama dia" Ucap Leva dengan menerawang bagaimana dengan kejadian besok.

"Gapapa, rencana ini gak cuman nguntungin bagi gue, tapi juga nguntungin Arga" Ucap Arsen.

Jika dilihat-lihat Arsen memang otaknya rada geser, tetapi jika masalah menyusun rencana, pasti rencananya sangat masuk akal, dan lebih ke logika dibandingkan ego. Ia selalu menyelesaikan dengan kepala dingin, tidak seperti lelaki pada umumnya, jika lelaki pada umumnya langsung marah, maka beda lagi dengan Arsen yg sikapnya selalu santai. Itu sebabnya, mengapa Arsen banyak yg mendekati, namun Arsen tetap setia dengan dua gadis saja, yg satu adalah Leva selaku adik kandungnya, dan yg satu adalah dia.

"Kalo misalnya nggak berhasil gimana?" Ucap Leva.

"Kalau nggak berhasil ya coba dengan cara lain lah, jika masih bisa mencoba kenapa enggak? Lagipula kita nggak bakal ketahuan. Ya kalian bersiap seolah-olah seperti biasanya saja. Dia nggak bakalan curiga jika tidak main fisik. Disini kita mengandalkan logika, jadi seolah-olah kita menusuk dia dari belakang" Ucap Arsen dengan panjang lebar.

Arga terkejut melihat betapa jenius nya seorang Arsen, tadi Arsen menampakkan sengklek nya, dan sekarang menampakkan jenius nya. Entah kecerdasan apa lagi yg Arsen punya.

"Gue setuju" Ucap Arga.

"Kelemahannya Rendi itu apa Ga?" Tanya Arsen yg mencoba berpikir untuk permainannya besok.

"Lizzy, XI Bahasa 3" Ucap Arga dengan guratan di dahinya.

"Lizzy?" Gumam Leva yg sepertinya tak asing dengan nama itu.

"Lo kenal dek?" Tanya Arsen dengan tak sabar nya.

"Gue tadi sempat ketemu di sekolah" Ucap Leva sambil mengingat ingat kejadian yg tadi.

"Peristiwa?" Tanya Arga dengan spontan.

Pasalnya, Lizzy adalah cewek pendiam dan jarang keluar kelas, Arga saja tak tau bagaimana rupa cewek itu. Arga hanya tau namanya saja.

"Jadi gini...

Flashback on...

Levanya sedang berjalan menuju toilet perempuan yg berada di belakang sekolah, namun ia tak sengaja samar-samar mendengar suara tangisan, lalu ia mencoba mendekat untuk mencari sumber suara itu, hingga akhirnya ia bersembunyi di balik tembok toilet.

"A-aku nggak bisa lihat kamu jadi pengkhianat terus" Ucap cewek itu dengan suara parahnya yg masih berlinang air mata.

"Hiks udah berapa banyak orang yg kamu khianati" Ucap cewek itu lagi.

"Aku melakukan semuanya agar aku bisa berkuasa di geng motor itu" suara cowok yg berasal dari handphone, sepertinya cewek itu sedang telponan dengan seseorang.

"Ya, tapi jangan gini caranya Ren" Ucap cewek itu yg masih menyeka air matanya.

Tunggu..Ren??

Rendi??

Pemikiran dari Leva yg sedari tadi mendengarkan cewek itu telponan dengan seorang cowok.

"Lizzy, kalau aku udah jadi ketua geng, kan kita bisa kaya raya, sekaligus terkenal seantero sekolah" Ucap cowok itu dengan kekehan.

"Tapi-

"-udah nggak usah dipikirin lagi, udah dulu ya bye" Ucap cowok tersebut yg sudah memutus telfonnya.

Flashback off...

"Jadi mungkin gak sih kalo yg telponan itu Rendi?" Ucap Leva dengan penuh tanda tanya di pemikirannya.

"Ya mungkin aja, soalnya kata Axel kelemahan Rendi itu cuman Lizzy" Ucap Arga dengan penuh keyakinan.

"Nah sekarang Leva ganti peran aja, tugas Leva adalah ngedeketin Lizzy" Ucap Arsen

"Terus masalah Rendi?" Tanya Leva.

"Biar gue aja" Sahutan dari Arga.

"Iya biar Arga aja, kan kalau Arga yg ngehadapain Rendi, pastinya hal yg mudah bukan?" Tanya Arsen dengan menaik turunkan sebelah alisnya.

"Masalah kecil" Ucap Arga.

"Heh! Kalian pikir ngedeketin Lizzy itu hal yg mudah?" Kesal Leva yg sepertinya kesabarannya sudah habis.

"Lo pepet aja terus, jangan kasih kendor" Ucap Arsen dengan entengnya.

"Ya mudah kalo modal ngomong doang" ketus Leva dengan memutar kedua bola matanya malas.

"Demi gue dan Arga" Ucap Arsen dengan tampang yg dibuat sesedih sedihnya.

"Yaudah" ucap Leva dengan pasrah.

"Pulang yuk bang" Ajak Leva dengan menggoyangkan lengan Arsen.

"Yaudah ayok" Jawab dari Arsen yg sudah berdiri.

"Bro, gue balik dulu ya" Ucap Arsen sambil menepuk pundak Arga.

"Gue juga balik" Ucap Arga yg kembali menepuk pundak Arsen.