Chereads / SHUT UP! / Chapter 8 - KEBUSUKAN RENDI (2)

Chapter 8 - KEBUSUKAN RENDI (2)

Kini Axel dan Rendi sedang berada di taman belakang sekolah, mereka duduk di bangku yg telah tersedia, mereka berdua bersenda gurau sembari menikmati udara segar serta angin spoi-spoi menerpa pori-pori kulit mereka. Bunga-bunga bergoyang kesana kemari, burung-burung berkicauan, langit biru cerah yg membelah, daun-daunan mulai berguguran, udara segar yg menyeruak.

"Ren" Ucap Axel secara tiba-tiba.

"Hm" gumaman dari Rendi yg masih memejamkan matanya.

"Kemarin gue lihat sinteron di TV. Ada kisah persahabatan di SMA, kemudian salah satu sahabatnya itu ternyata berkhianat, pengkhianat itu gila harta dan gila derajat" Ucap Axel.

"Gue gak suka sinetron!" Kesal Rendi dengan gelagapan.

Sepertinya Rendi sudah terpancing dengan rencana yg dilakukan Axel, dalam hati kecil Axel, Axel hanya ingin mengetahui seberapa banyak rencana sekaligus seberapa jauh pemikiran Rendi untuk menjebak Arsen dan Arga.

Axel sudah diberitahu banyak hal oleh Arsen dan Arga.

Arsen merupakan sahabat kecil Axel di Sekolah Dasar.

Axel sendiri pun terkejut melihat Arsen kembali, dalam relungan hati, banyak yg tersisipkan kenangan kenangan indah, kejadian masa lalu yg membuat Axel ingin segera bertemu dengan sahabat kecilnya yaitu Arsen.

Dunia sudah menghendaki, dan kini Arsen sudah kembali dengan membawa sejuta kenangan indah yg terselip. Axel tak menyangka jika Leva merupakan adik kandung Arsen, sungguh sempit dunia ini.

"Gue kemarin lihat film layar lebar, ada sepasang sahabat yg terdiri dari 2 orang, eh ternyata sahabatnya pengkhianat" Ucap Axel dengan senyuman sinisnya.

"Lo nyindir gue!" Ucap Rendi membentak.

"Kenapa? Lo sadar, bagus kalo gitu" Ucap Axel dengan bersedekap dada.

Kini Rendi sudah tersulut emosi, dadanya naik turun, kedua tangannya sudah terkepal, guratan di dahinya, tatapan nyalang seolah singa yg ingin menerkam mangsanya.

Sedangkan Axel hanya santai menghadapi Rendi, akhirnya yg diucapkan Arsen sesuai fakta, jika Rendi bukan pengkhianat, lalu mengapa ia merah??

"Gue bukan pengkhianat" Desisan Rendi yg masih menatap nyalang Axel.

"Kalo bukan pengkhianat, kenapa lo marah?" Ucap Axel pada Rendi dengan tampang meremehkan.

Skakmat!

Rendi sudah bersiap melayangkan pukulan untuk Axel, namun Axel bersikap biasa saja sambil bersedekap dada.

Ketika jarak antara pukulan Rendi dengan wajah Axel hanya kurang 3 cm, tiba-tiba...

"Jangan jadi pengecut!" Ucap Arga dengan dingin.

Rendi menoleh ke arah sumber suara, ternyata disana sudah ada Arga, Arsen, Leva, Milka dan...

Lizzy??

"Kenapa dia ada disini?" Tanya Rendi dengan jari telunjuk yg menunjuk ke arah Lizzy.

"Lizzy lebih layak dipercaya dibandingkan dengan lo" kini giliran Milka yg berbicara.

Milka adalah gadis bar-bar, jadi jangan pernah menggangu Milka jika tak mau di tendang.

"Mereka berdua sama, sama-sama gak bisa dipercaya!" Ucap Arga dengan tatapan nyalangnya.

Ucapan Arga memang biasa, namun sangat membekas di hati.

"Sekarang jelaskan maksud lo deketin Arga!" Ucap Arsen yg sudah muak melihat drama yg diciptakan Rendi selama ini.

"Gue gak ada maksud apapun!" Tegas Rendi dengan gelagapan.

"Lo gak bisa ngelak lagi Ren" Ucap Axel yg sudah siap untuk membogem Rendi.

Rendi dan Lizzy dikepung, ia tak bisa berkutik lagi, cepat ataupun lambat pasti kebohongan juga akan terbongkar. Lizzy hanya menunduk membiarkan semua orang membencinya. Sedangkan Rendi? Ia hanya menatap mereka satu-persatu dengan tatapan elangnya.

"Lo deketin gue karena uang?" Tanya Arga dengan berjalan mengitari Rendi.

"Dan lo mau hancurin geng gue?" Tanya Arsen dengan salah satu alis yg terangkat.

"Dan lo jadiin gue sebagai perantara buat ngedeketin Arga?" Tanya Axel dengan senyuman smirk nya.

"Gue gak nyangka kalau kalian berdua itu pengecut" Ucap Milka dengan sebuah tawa yg menggelegar.

"Gue juga gak nyangka kalau kalian berdua itu pengkhianat" Ucap Leva dengan senyuman sinisnya.

"GUE BUKAN PENGKHIANAT!" Sentak Rendi.

"Mau ngelak apa lagi lo?" Ucap Arsen.

"GUE NGEDEKETIN ARGA KARENA AYAHNYA ARGA UDAH NABRAK BUNDA GUE!.

DAN GUE MAU NGEHANCURIN GENGNYA ARSEN ITU ATAS PERINTAH NIKO, NIKO ADALAH KAKAK KANDUNG GUE! GUE BALAS DENDAM SAMA ARSEN KARENA UDAH BUAT NIKO KOMA!

DAN BUAT LO AXEL, LO EMANG BENER! GUE EMANG JADIIN LO SEBAGAI PERANTARA DOANG!" Teriak Rendi dengan menggebu-gebu.

Arga, Axel,dan Arsen terkejut mendengar penjelasan dari Rendi, mereka bingung, apakah harus marah, ataukah harus memaafkan Rendi.

"Rendi Bhagaskara adalah mantan narapidana yg dikenakan hukuman 1 tahun atas kasus pembunuhan sekaligus pemakai narkoba, memiliki kakak kandung yg bernama Niko Raharja, yg juga sama pemakai narkoba, bundanya merupakan seorang wanita penghibur, sedangkan ayahnya adalah seorang pengedar narkoba" ucap Leva dengan suara lantangnya, sembari membaca sebuah selembar kertas yg berada di tangannya.

"Atas kasus pembunuhan adik kandungnya sendiri" Ucap Milka sambil mengintip kertas yg dibaca Leva.

"Lizzy Khumaira, seorang anak tunggal yg diusir oleh keluarganya karena hamil anak dari Rendi Bhagaskara" Ucap Leva lagi.

Semuanya terkejut, apa apaan yg sedang dibacakan oleh Leva??

Arga terkejut setengah mati, Arsen langsung menatap ke arah Rendi, Axel langsung menganga lebar hingga ada sebuah lalat yg berhasil memasuki mulutnya, karena mulutnya terbuka terlalu lebar.

"Apa yg kamu bicarakan Leva?" Tanya Arsen dengan wajah yg sangat serius.

"Benar kan Ren?" Tanya Leva dengan senyuman smirk.

"Jujur aja Ren, palingan lo cuma dikeluarin dari sekolah ini" ucap Milka yg kelewat santai.

"Iya, emang benar yg dibilang Leva dan Milka" Ucap Rendi dengan kepala yg menunduk.

Semuanya diam tak bergeming sedikitpun. Padahal tidak pernah terbesit sekalipun dipikiran mereka mengenai fakta seorang Rendi Bhagaskara dan Lizzy Khumaira.

"Gue berpesan sama kalian semua, tolong jaga kak Niko, dia ada di tempat rehabilitasi. Tolong beri dia semangat buat sembuh. Umur gue gak panjang lagi, sejak gue dipenjara, gue mengidap sakit ginjal, dan sekarang udah stadium akhir" Ucap Rendi sambil menitikkan air mata.

Semuanya terkejut mengetahui fakta dari Rendi lagi, apalagi mereka baru tau, seorang Rendi yg biasanya tegar dan kuat kini menunjukkan sisi kerapuhannya.

"G-gue juga mengidap penyakit Leukemia" Ucap Lizzy yg telah sekian lama hanya menunduk.

"Umur gue dan Lizzy nggak bakal lama lagi, jadi tolong jaga kak Niko buat gue" Ucap Rendi dengan senyuman, senyuman yg sangat aneh.

"Gue dan Rendi pergi dulu ya" Ucap Lizzy dengan menggandeng tangan Rendi untuk pergi dari taman belakang sekolah.

Semuanya diam diterpa kenyataan, seolah-olah ada sebuah batu yg menghantam hati mereka, langit cerah membelah, kini berubah menjadi awan hitam kelam, rintikan hujan mengguyur mereka, mereka hanya mampu menunduk sambil menyesali perbuatan diri mereka sendiri.

Mereka berpikir, mereka merupakan sahabat yg tidak berguna, sahabat seharusnya ada dalam kondisi apapun, namun mereka? Mereka malah mencaci maki Rendi dan Lizzy.

------