FLASHBACK ON
~~~Matahari di Minggu ini sudah hampir mencapai puncak tertinggi namun Nalla masih nyaman di tempat nya berbaring.
hari ini akan berbeda dengan yang sebelumnya Nalla telah terjebak dalam situasi mungkin bisa di kata situasi terburuk sepanjang hidup nya. Bagaimana tidak saat ini ia sedang berurusan dengan kematian.
Nalla memilih masuk wilayah iblis agar bisa terlepas dari kelompok pria yang menginginkan nya, wilayah Suku Mautui merupakan daerah yang bersebelahan langsung dengan daerah iblis, suku ini menguasai beberapa daerah juga menaklukkan suku-suku kecil walau jelas aturan dan hukum tentang perbuatan pelecehan pada wanita namun sepertinya ada beberapa orang yang masih di kendalikan oleh Nafsu. pikiran Nalla jika tetap bertahan maka ia akan kehilangan hal berharga sebagai mahkota yang di jaganya juga sudah pasti nyawanya, untuk meminimalisir resiko maka para budak nafsu itu sudah pasti akan membunuh Nalla agar tak melapor kan hal itu.
bukan nya ia tidak mengetahui resiko memasuki daerah iblis tapi entahlah mungkin situasi saat itu bisa ia katakan maju kena mundur pun kena.
"sampai kapan anak manusia itu di sini? kenapa tidak di bunuh saja" Samar-samar Nalla mendengar itu membuat detak jantung nya merespon, siapa yang tidak akan degdekan jika mendengar soal pembunuhan yang jelas-jelas itu di tunjuk pada diri kita.
"biarkan ia memilih caranya untuk mengakhiri hidupnya"
"lalu sampai kapan Tuan, manusia itu mungkin akan bertahan sampai energi nya habis tapi itu tidak terjadi satu atau dua hari, kenapa tidak di bunuh saja, karena akhirnya juga ia akan berhenti pada kematian"
"Biarkan dia melakukan nya sendiri, jangan membuat kegiatan membunuh terlihat sangat membosankan karna mahluk kecil itu, anggap saja dia tamu kita dan liat berapa lama ia bertahan "
"Lalu bagaimana jika ini tersebar, gadis manusia berada di kastil seorang penguasa, itu bukan lelucon" mendengar hal itu seorang Jevier yang merupakan penguasa Black forest hanya terlihat tenang menatap ke arah pintu yang menghubungkan langsung dengan ruangan Nalla tertidur, perkataan pria itu ada benarnya tapi ia menanggapi nya dengan santai Jevier juga di kenal dengan sifatnya yang dingin.
semuanya, Nalla mendengar semuanya dengan jelas percakapan dua pria itu, Walau belum melihat jelas wajah pria yang berdiri tegak di hadapan nya semalam tapi ia yakin pasti dia ada di antara dua pria yang sedang bercakap itu.
Sempat ia berpikir bahwa ia sudah di akhirat tapi segera ia menepis itu. dengan segera membuka mata dan langsung mendapat sambutan dari silaunya cahaya matahari yang mamasuki ruangan itu, Nalla sedikit menghalau dengan tangannya agar matanya lebih siap. Ia melihat sekeliling, ruangan yang di dominasi warna gelap,itu terlihat cukup nyaman, lalu ia ke arah balkon dengan sedikit mengangkat gaung hitam yang menelan badannya agar kakinya bisa berjalan dengan bebas, cukup menakjubkan dari situ ia bisa melihat beberapa sisi kastil yang sebagian telah di tutupi lumut dan tumbuhan liar. Nalla mengeratkan pegangan nya pada tembok pembatas saat mengalihkan pendanaan ke bawah, karna yakin lah manusia pasti akan kehilangan nyawanya setelah terjatuh ke bawah. cukup puas mengamati pemandangan dengan mulut yang masi menganga karna pemandangan yang membuat terkejut itu Nalla memacu pandangan nya lurus ke depan, ia bisa melihat darah tempatnya berasal dan seharusnya ia berada di sana bukan di sini, Nalla memikirkan keluarga nya yang sudah pasti khawatir.
"apa pilihan mu sekarang adalah melompat?" mendengar hal itu sontak Nalla berbalik dan Langsung menutup mulut dengan kedua tangannya saat mendapati sumber Suara itu berasal dari pria dengan ekspresi datar di wajah tampan nya juga tatapan tajam seolah ingin membuat siapapun di depannya ciut dan ketakutan. Di lihat dari penampilan sepertinya ia pria yang terhormat di daerah ini, walau Nalla belum tau persis standar Fashion di lingkungan ini
"Atau berniat untuk kembali?" tambah Jevier
"sebenarnya aku tidak memikirkan poin yang pertama" jawab Nalla yang telah melepas tangan dari mulut dan selanjutnya memilih menyembunyikan kedua tangan di belakangnya.
"lalu?" tanya Jevier dengan nada mengintimidasi nya
"sebenarnya aku baru bangun jadi belum sempat juga memikirkan yang ke dua" walau rasa takut nya mendominasi tapi ia memberanikan diri untuk menjawab.
"cepatlah tentukan pilihan mu atau kembali lah ke asal mu" belum sempat menjawab Jevier langsung pergi dan Nalla langsung menghirup udara sebanyak mungkin untuk menetralkan rasa takutnya lalu kembali memutar kembali badannya.
jika terus berada di sini perlahan energinya akan habis itu artinya masa hidupnya perlahan habis, jika ia kembali maka kematian juga akan menjemput nya apa tidak ada cara agar dia tetap mempertahankan nyawanya.
"pria tampan itu apa dia tidak berpikir kalau dia baru saja bertanya pada seorang manusia, setidaknya ia mengajak ku makan" celoteh nya. Nalla tipe gadis yang cukup berani dan cukup ceroboh "Atau mungkin ia ingin membuat ku mati karena lapar, woah sangat tidak lucu gadis bernama Nalla mati karena kelaparan" imbuhnya saat cacing-cacing perutnya sudah meminta hak nya.
Nalla Masi punya tekad untuk hidup ia langsung mengangkat kembali gaung dan berjalan menuju pintu ia melirik ke kanan dan kiri tak ada tanda-tanda kemunculan seseorang di sana, ia kembali berjalan mencari pintu utama atau apalah yang bisa membawa nya keluar dari kastil. tak berpikiran untuk mencari dapur pikiran nya mana mungkin mereka punya dapur. Nalla melewati lorong-lorong kastil juga beberapa tangga untuk menuju lantai paling bawah, dengan susah payah ia terus mengangkat Gaung Hitam nya agar leluasa ih untuk berjalan. kain yang membukus tubuh mungil Nalla itu menandakan bawah ia sedang berduka, manusia mengenakan itu untuk mengormati arwah seseorang yang telah meninggal dan itu berlangsung selamanya satahun dan ia baru saja kehilangan seseorang yang sangat berharga yakin ibunya.
setelah cukup lama akhirnya ia menemukan pintu yang di yakini nya bisa membawanya keluar tujuan utama Nalla adalah mencari sesuatu yang bisa di makan di luar dan ia bisa hidup hari ini, satu lagi ia telah melewati beberapa ruangan dan tak ada yang aneh itu cukup terawat Nalla berekspektasi bawah kastil iblis akan sama seperti rumah nenek penyihir.
"apa pilihan mu?" Suara yang sama seperti beberapa menit lalu kini kembali terdengar, perlahan Nalla mencari sumber Suara dan mendapati pria yang sama sedang duduk di kursi berbahan dasar kayu di lengkapi pion kecil di kedua sisinya, cara duduknya sangat santai dengan menyilang kaki juga tak lupa cangkir berwarna putih di tangan kanannya.
sangat elegan dan tampan juga tapi apa yang ada dalam cangkir apa itu darah???, huu dia bertingkah seperti seorang manusia. itu hal yang ada di pikirannya.
"keluar lah dan jangan kembali" imbuh Jevier Masih bersifat santai.
"maaf tapi aku harus mencari makanan dan akan kembali lagi, apa mereka berkeliaran di hutan? tadi aku sedikit mendengar percakapan kalian, jadi aku harus berhati-hati agar tak ketahuan mereka" jawab Nalla dengan penuh keberanian juga rasa percaya diri yang tinggi
"keluar lah dan temukan ajal mu" jawab Jevier yang masi mempertahankan wajah datar nya
"seorang iblis memang tercipta tanpa hati yang baik juga rasa kasihan" guman Nalla sangat pelan.