Beberapa pelayan pun meninggalkan mereka, Nalla memilih duduk di dapan Alrond dan langsung melempar tatapan sinis pada pria yang sedang menggenggam sendok berwarna emas.
setelah nyaman di kursinya "Aku menerima undangan Anda, sepertinya kalian cukup mengerti bagaimana cara memperlakukan tamu" ucap Nalla dengan sikap dan wajah anggun nya.
Sementara Jevier hanya menyimak bagaimana Nalla dan Alrond saling melempar tatapan mematikan mereka.
"sepertinya kau bukan gadis yang baik"
Alrond mengucapkan kalimat pertama nya lalu memasukkan potong daging di mulutnya
tak mau kalah Nalla juga sambil memotong makan nya langsung menjawab "sepertinya Anda salah di lingkungan ku, aku di kenal sebagai gadis dengan kepribadian yang baik, apa penampilan ku sekarang menunjukkan sebaliknya??"
Alrond langsung memperhatikan penampilan Nalla, kain hitam membungkus tubuh nya itu sama sekali tidak Menarik.
"saat seperti ini kau malah menjauh dari keluarga mu, kau gadis yang buruk"
sebelum menjawab Nalla menarik nafas terlebih dahulu walau mulutnya Masi teris makanan "Anda melihat baju saya ini" Alrond tak tertarik lagi untuk melihat "aku harus memakai ini selama setahun karna aku sedang berduka, aku baru seja kehilangan ibu ku. aku masih mempunyai ayah dan adik perempuan, aku sangat merindukan mereka tapi aku lebih tidak ingin mereka sedih karna harus melihat jazad ku, lalu orang-orang akan berpendapat keluarga ku telah mendapatkan kutukan belum genap setahun dan aku telah menyusul ibu ku"
"kau akan memakai benda itu selama setahun, hidup kalian sangat mebosan kan"
"ini simbol jika aku menghormati ibu ku" singkat Nalla lalu kembali memotong makan nya
"tanpa memakai nya pun ibu mu sangat tau bagaimana kau menghormatinya. Kau memakai kain hitam ini dan membuat semua orang tau kalau kau baru saja kehilangan seseorang itu tak jauh berbeda dengan memamerkan dan membuat orang lain merasa kasian padamu, jalan hidup yang terlalu monoton"
"lalu bagaimana dengan cara hidup kalian? sepertinya tidak jauh berbeda. hidup di bawa kendali juga suasana yang membosankan, sifat dingin, menurut ku ini lebih menyedihkan" balas Nalla dengan wajah setenang mungkin.
"Apa ibu mu di bunuh?"
"hilangkan pikiran kotor mu itu pada kehidupan kami" Walau Nalla tau ia sendang berada di mana sekarang,tapi ia tak takut untuk menjawab sesuai dengan isi otak nya
"Kau nyaris di bunuh oleh manusia juga, di balik tenang nya dan suasana yang tak mebosan itu juga terdapat beberapa duri di dalamnya"
"roh akan meninggalkan kami dengan cara yang telah di tuliskan oleh langit, kami tidak bisa memaksakan semua telah di atur sejak kami terlahir dan saat ini aku sedang menikmati jalan yang telah di tuliskan untuk ku, jadi tolong jangan menjadikan kejadian semalam sebagai satu-satunya tolak ukur dalam menilai kehidupan kami, saya rasa soal mebunuh juga terjadi di sini"
Nalla dan Alrond lebih terlihat seperti saling menjatuhkan dan membandingkan kehidupan mereka lalu apakabar dengan pria yang duduk di kursi Utama, Jevier lebih tertarik untuk menyaksikan saja ia bukan tipe pria seperti Alrond.
Nalla telah selesai dengan makan malam nya di ikuti juga dengan selesai nya perdebatan mereka untuk memperlihatkan sisi baik daerah masing-masing juga sisi buruk daerah lawan debat, karena Yang me wakili daerah manusia malam itu ingin kembali ke kamar nya. Sebelum meninggal kan Meja makan Nalla terlebih dahulu membungkuk hormat juga tanda terimakasih.
"makhluk yang selalu ingin menang" Alrond tersenyum miring " Tuan, aku akan meninggalkan kastil sampai ketemu esok" Alrond pun meninggalkan Jevier dan telah membukukan badannya terlebih dahulu.
Malam semakin larut namun Nalla belum bisa tertidur sesekali ia ke balkon untuk melihat suasana hutan dari atas tak lupa ia melihat ke arah tempat nya berasal. Suara hewan malam sangat jelas di telinganya, ia menuju kaca setinggi badannya yang berada di sudut ruangan. Teringat dengan ucapan Alrond Nalla memperhatikan penampilan nya, apa salahnya dengan gaun hitam itu,memang modelnya sederhana tapi ini tak begitu buruk.
Setelah cukup melihat pantulan dirinya sendiri ia pun menuju tempat tidur berbaring dengan posisi nyaman lalu memejamkan matanya. Belum sukses dengan usaha tidurnya tiba-tiba Nalla di kejutkan dengan suara keras dari tabrakan benda. Nalla menoleh ke arah pintu dan benar saja ia mendapati sesosok pria berbadan kekar dan terlihat sangat kacau yang tak lain adalah Jevier.
ia sangat takut sampai tak mampu lagi untuk berjalan menjauh saat Jevier semakin mendekat, dengan cepat Jevier menarik dan mencekik leher Nalla sepersekian detik akhirnya ia melempar gadis itu, walau sangat menyakitkan karna badannya membentur lantai tapi setidaknya ia sempat untuk menarik nafas. Tak puas Jevier kembali meraih tubuh Nalla dan mengangkat nya "apa menurut mu mereka tak senang hidup di bawah kendali ku, suasana yang sangat membosankan?" tanya Jevier dan kembali melempar tubuh Nalla.
yang benar saja ia marah hanya karna hal itu, kepribadian nya benar-benar sangat buruk, batin Nalla.
Nalla berusaha keluar dari ruang itu namun ia selalu gagal badannya terus di lempar masuk kembali oleh Jevier sampai mengenai cermin yang ada di sudut ruangan.
Nalla merasakan kulitnya seperti tersayat oleh jutaan pisau, ia merasa darah telah mengalir di wajah nya. ia telah beberapa kali mengucapkan kalimat tolong namun ia bahkan tak mendengar kalimat nya sendiri. gadis yang tergeletak dengan darah segar itu hanya bisa menyaksikan Jevier membanting semua benda juga sesekali melayangkan pukulannya pada tembok hingga akhirnya ia kembali menuju Nalla dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.
"kamu hanya manusia kecil"
"tolong Tuan selamat kan aku" punya nya dengan suara serak, cairan putih dari matanya telah bercampur dengan cairan berwarna merah dan satu kali lagi Nalla merasakan badannya terbentur lantai setelah itu Jevier pun menuju balkon menatap penuh amarah tak lama ia pun ikut lurus di lantai dengan posisi memeluk lututnya.
Nalla yang melihat itu menjadi yakin bahwa ucapan nya bukan sepenuhnya menjadi pemicu kemarahan Jevier, sejak pertama melihat pria itu ia tak banyak bicara dan tak menampakkan ekspresi pada hal yang ia suka ataupun tak ia sukai. ia sulit di tebak apakah sedang dalam suasana hati yang baik atau buruk dan pria itu akan mengekspresikan dengan kemarahan dan melampiaskan pada sesuatu yang pasti kalimat Nalla bukan satu-satunya pemicu bisa saja Jevier hanya mengatasnamakan itu.
jika perkiraan Nalla itu benar maka saat ini Jevier hanya perlu di tenangkan, dengan sisah tenaga Nalla mendekat walau tak yakini akan berhasil ia menyentuh lembut bahu pria itu dan benar saja lagi-lagi tubuh Nalla di dorong. Tak mau menyerahkan Nalla Masi ingin berusaha.
"tidak apa-apa" Bersamaan kalimat lembut nya Nalla kembali menyentuh bahu Pria itu
"sungguh, tidak apa-apa" setelah berhasil pada bahu Nalla perlahan mendekat ke arah depan Jevier "tidak apa-apa Tuan, aku sering Merasakan hal yang sama" dengan tubuh mungil nya Nalla memeluk Jevier yang sudah mulai terkontrol emosi nya. "meluap emosi bukan suatu hal yang salah" Nalla berusaha menenangkan Jevier dengan nada suara lembut alhasil Jevier pun takluk dan menenggelamkan kepalanya di leher Nalla.
Malam itu Jevier larut dalam pelukan Nalla, namun tangan Jevier refleks menangkap tubuh Nalla yang hampir terjatuh. Jeviar merasakan pakaian Nalla telah basah dan sudah pasti itu karna darah, wajahnya juga sangat pucat di tambah memar juga beberapa luka, sudut bibir dan pelipis nya robek. Jevier mengingat kalimat terakhir Nalla sebelum pingsan "terimakasih telah membuat hidup ku sedikit lama Anda sangat baik. di sisah hidup ku,aku akan melakukan apapun untuk anda untuk membalas kebaikan anda Tuan" ~~~
FLASHBACK OFF