Widya Pov
Hai, aku Widya Astuti Permana. Anak tunggal dari ayah Irwan Permana dan bunda Novie Ayudia Permana. Iya tunggal, soalnya Ayah sama Bunda gak ngasih aku adik (Ya iyalah makannya disebut tunggal). Oke lupakan. Usiaku kini 17 tahun, menjelang 18 tahun sih dan sekarang aku murid kelas XII IPS 1 di SMA JAYA.
"Pagi Ayah, pagi Bunda."sapa ku saat masuk ke ruang makan, dimana sudah ada Ayah dan Bunda duduk di kursinya masing-masing.
"Pagi sayangku,"balas Bunda, yang tersenyum menerima ciumanku di pipinya.
"Pagi sayangku, cintaku setelah Bunda,"jawab Ayah sembari menatap Bunda dengan penuh kasih sayang.
"Ish Ayah mah gitu...!"ucapku sembari menekuk wajah sebal, tapi tetap ku cium pipinya sayang.
"Lah kan emang iya, sebelum ada kamu Ayah kan udah duluan sayang dan cinta banget sama Bunda kamu."ujarnya ketika melihat wajah sebalku. "Ya kan Bun?"sambungnya meminta pembelaan dari Bunda.
"Iyain aja deh biar cepet, kalo enggak gitu lama!"balas Bunda cuek, sembari memakan sarapannya santai.
"Haha, Bunda paling bisa buat Ayah diem!"aku pun tertawa melihat Ayah yang kini menekuk wajahnya sebal.
Begitulah waktu pagiku, hampir setiap hari penuh dengan canda tawa. Dan aku suka.
^^^^^
Tiba di sekolah, aku berjalan melewati koridor yang memang sudah agak ramai dengan berbagai macam murid. Ada yang hanya berkumpul ria di depan kelasnya, ada juga yang malah pacaran. Tapi, ada juga beberapa murid yang memang memanfaatkan waktu untuk belajar. Aku sih mending langsung masuk kelas, daripada harus nongki-nongki kayak mereka.
"Eh, kok tumben ya Sandi belum dateng,"ucapku dalam hati saat masuk ke dalam kelas.
Iya Sandi, sahabatku satu-satunya dari jaman masih pakai baju putih merah. "Apa dia sakit ya?"aku pun mengecek Hp, siapa tau ada chat darinya. Namun, tak ada pesan satupun darinya.
Author Pov
Di tempat lain, tepatnya di sekolah SMA SEBELAH sepasang remaja yang baru saja tiba di sekolah itu sedang asyik mengobrol.
"Sandi kenapa sih Lo gak pindah aja sekolah di sini?Kan enak bisa sama-sama Lo terus, gak harus nunggu lama dijemput."ucap seorang gadis cantik, tapi manja.
"Ya gak bisalah, emangnya Gue yang punya uang bisa seenaknya pindah sekolah."jawab Sandi dengan nada datar terkesan ketus, seperti biasanya.
"Emm iya juga ya, tapi kan bisa bilang sama Om Alvin kalo Lo mau pindah ke sini bareng Gue."ucapnya masih keukeuh.
"Sayangnya Gue yang gak mau pindah. Udah ya, Gue cabut. Nanti pulang sekolah Gue jemput."tanpa menunggu jawaban dari gadis itu, Sandi pun langsung melajukan sepeda motornya meninggalkan dirinya.
"Ish, Sandi mah kebiasaan gitu!"gerutunya sembari melangkah masuk melewati gerbang sekolah.
SMA JAYA
"Ish, Sandi mana sih?Kok, belum dateng juga...bete deh!"gerutu Widya, sembari terus mondar-mandir di depan kelasnya. "Mana ditelfon gak diangkat-angkat lagi,"sambungnya lagi seraya kembali mencoba menghubungi Sandi.
"Hei, Wid ngapain sih Lo daritadi bulak balik terus kayak setrikaan tau gak?Ngalangin jalan orang lewat, kalo kayak gitu!"ucap Fajar sang ketua kelas yang daritadi memperhatikan Widya dari dalam kelas.
"Ngalangin gimana dih Jar?Itu kan masih ada jalan,"jawab Widya acuh.
"Ya terus ngapain Lo bolak balik kayak gitu?Gak ada kerjaan lain apa?"tanya Fajar yang kini berhadapan dengan Widya di depan kelas.
"Gak ada, aku tuh lagi nungguin Sandi. Dia ada hubungin kamu gak?Sapa tau dia ijin atau sakit mungkin,"Widya kini menatap Fajar penuh harap.
"Yaelah, kirain lagi ngapain. Gak ada tuh, mungkin aja dia emang telat Wid. Gak usah cemas gitu ngapa?"seru Fajar santai.
"Ya tapi kan,...."ucapannya terpotong karna seseorang yang tiba-tiba berbicara.
"Nungguin ya?"ucap Sandi tiba-tiba di depan telinga Widya.
"Ish Sandi bikin kaget aja!Kamu dari mana aja sih, jam segini baru dateng. Biasanya kan kamu duluan yang dateng, ini udah mau bel baru dateng!Aku kira kamu tuh sakit atau...."ucap Widya panjang lebar tanpa jeda, membuat Sandi langsung menariknya masuk ke dalam kelas.
"Ssstttt!"potong Sandi sembari menutup mulut Widya dengan jari telunjuknya. "Udah ayo masuk!"sambungnya seraya merangkul pundak Widya menariknya masuk ke dalam kelas. Melewati Fajar yang daritadi hanya menyaksikan mereka tanpa ikutan bersuara.
"Huh, udah dateng aja orangnya Gue ditinggalin!Dasar gak peka!"gumam Fajar pelan, seraya melangkah masuk ke dalam kelas dan duduk di bangkunya masih terus menatap Widya dan Sandi yang juga sudah duduk di bangkunya masing-masing.
"Kapan Wid, Gue bisa sedeket itu sama Lo?Kayak Lo yang selalu deket sama Sandi"batin Fajar saat melihat keakraban Widya dengan Sandi. Malah terlihat seperti sepasang kekasih.
"Apaan sih?!Buang jauh-jauh pemikiran itu Jar!Gak usah banyak ngarep!"kembali batin Fajar bersuara, sembari menggelengkan kepalanya kasar. Hingga tak sadar, teman sebangkunya memperhatikan sikapnya itu daritadi.
"Woy, Lo kenapa?"tanya Noufal teman sebangkunya membuyarkan lamunannya.
"Hah, Gue?"sembari menunjuk dirinya heran. "Emang Gue kenapa?"tanyanya lagi dengan wajah polos.
"Lah, Lo tuh daritadi geleng-geleng kepala gak jelas tau gak?kalo di club sih jelas, lah ini di kelas."ujar Noufal gemas.
"Wah ngarang, masuk ke club aja belum pernah"dengus Fajar tak suka.
"Ya kali Jar. Terus Lo ngapain, atau lagi bayangin yang ena' ena' ya?"tanya Noufal sembari menaik turunkan alisnya menggoda Fajar.
pletak!
"Awwww sakit jir!!"Noufal meringis, mengusap kepalanya yang dijitak secara tiba-tiba oleh Fajar.
"Daritadi tuh Lo ngawur mulu ngomongnya!"ucap Fajar kesal.
"Ya gak usah jitak juga kali ah, sakit ogeb!"keluh Noufal yang masih mengusap-usap kepalanya.
"Itu sih derita Lo."ujarnya cuek.
Tak lama bel pun berbunyi, tanda jam pelajaran akan dimulai. Guru pun telah masuk ke dalam kelas masing-masing, termasuk kelas Widya. Widya dan Sandi duduk bersebelahan, fokus memperhatikan penjelasan dari guru yang sedang berdiri di depan mereka. Tak heran, karna mereka berdua termasuk murid yang berprestasi di sekolah mereka. Bahkan dari sejak kelas X mereka sudah sering menjadi juara kelas.
Setelah kurang lebih 3 jam, mereka mendengarkan ocehan dari guru mereka dan menyalin semua catatan juga tugas yang diberikan. Akhirnya, mereka bisa terbebas. Apalagi kalau bukan masuknya jam istirahat, waktunya untuk memanjakan perut mereka yang telah berdemo meminta diisi. Namun, ada juga beberapa dari mereka yang memilih untuk ke perpustakaan ataupun hanya mojok di kelas.
"Sandi, tadi tuh kamu kemana dulu sih?Kok tumben telat,"tanya Widya yang masih penasaran, akan alasan sahabatnya itu. Kini mereka tengah berada di kantin.
"Aku tadi nganterin... Irda"jawab Sandi berusaha tenang dan datar, tanpa menatap ke arah Widya.
"Irda?"Widya mengernyitkan keningnya bingung menatap Sandi yang duduk di depannya.