Chereads / Cintaku Sahabatku / Chapter 6 - Perasaan Aneh

Chapter 6 - Perasaan Aneh

Sejak hari itu, Sandi belum juga datang untuk berkunjung ke rumah Widya ataupun pulang bersama. Bukan tak mau, hanya saja kini Sandi harus antar jemput Irda atas permintaan Papanya. Dengan terpaksa, Sandi harus selalu pulang dan pergi sekolah bersama Irda. Dan Irda pun selalu memanfaatkan waktu untuk terus menahan Sandi tetap berlama-lama bersamanya.

Meski begitu, Sandi selalu menyempatkan waktu untuk tetap bisa berkomunikasi lewat telfon ataupun chat disaat mereka tak bisa bertemu selain di sekolah. Ya karna hanya saay di sekolah, mereka dapat mengobrol secara langsung dan bebas.

"Wid, besok kan hari Sabtu ada acara gak?"tanya Fajar saat mereka tengah duduk di atas motor milik Fajar di lampu merah.

"Besok ya?"mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di dagu, seolah tengah berpikir. "Kayaknya enggak deh, kenapa emang?"jawab Widya setelah mengingat agenda esok hari.

"Kalo gak ada, mau gak kalo besok kita jalan?"sebelum Widya menjawab, lampu merah telah berganti menjadi hijau. Fajar pun melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Widya nampak memikirkan jawaban atas pertanyaan Fajar. "Terima aja kali ya, toh Sandi juga pasti gak akan dateng ke rumah!"batin widya, mengingat selama sebulan belakangan ini Sandi yang semakin jarang bahkan nyaris tak pernah datang ke rumahnya.

"Emang kamu mau ajak aku kemana?"tanya Widya sedikit teriak, karna harus berlomba dengan suara deru mesin motor juga mobil dari pengendara lain.

"Kemana aja yang kamu mau, ke taman hiburan, mall atau ke taman kota mungkin. Atau kita wisata kuliner aja?"jelas Fajar, yang tanpa sadar mengubah cara bicaranya terhadap Widya.

"Eumm, boleh deh! Dari pada bete diem di rumah aja."jawab Widya bertepatan saay mereka tiba di depan rumah Widya.

"Beneran?"tanya Fajar tak percaya, akhirnya Widya mau pergi bersamanya.

"Iyalah Jar, masa iya boongan sih?"Widya menatap jengah.

"Heheh, ya kali aja kamu ngeprank kan?"

"Eh, sejak kapan pake aku-kamu gitu?"ledek Widya dengan kekehannya.

"Sejak hari ini lah!"jawabnya enteng.

"Ish, aneh kamu!"desis Widya.

"Yaudah aku pulang dulu ya, besok aku jemput jam 8 ya!"setelah mendapat jawaban dari Widya, Sandi pun berlalu meninggalkan rumah Widya yang selalu terlihat rapi dan sejuk.

"Emang Sandi aja yang bisa jalan? Aku juga bisa kok!"seru Widya dengan senyuman menyerigai. Widya pun segera masuk ke dalam rumahnya, setelah Fajar telah benar-benar pergi.

Kostan Irda

"San, besok kita jalan yuk!"seru Irda seraya merangkul lengan Sandi.

Melepas tangan Irda dari tangannya. "Tolong jangan lewati batas lo!"ucap Sandi dingin menatap Irda dengan tajam.

"Ish, iya iya! Tapi, besok lo harus mau temenin gue jalan!"

"Jalan kemana sih?"

"Kita wisata kuliner di taman kota, gue denger di sana bakalan ada bazar makanan."

"Hem. Yaudah kalau gitu, sekarang gue pulang! Gue ada tugas."Sandi beranjak dari tempat duduknya, namun tangannya ditahan oleh Irda.

"Buru-buru amat sih San? Baru juga jam 5."ujar Irda dengan wajah memelas.

"Kan gue bilang gue mau ngerjain tugas. Udah deh, kalo lo mau besok gue temenin gak usah rese'!"Sandi menepis tangan Irda, dan segera melangkah menuju motornya.

"Awas aja ya San, gue gak akan biarin Lo semakin ngejauh dari gue! Apalagi sampe lo makin deket sama sahabat tersayang lo itu!"Irda tersenyum menyeringai menatap kepergian Sandi.

Malam harinya, saat Widya tengah serius dengan tugas-tugasnya. Tak menyadari ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya secara diam-diam. Karna posisi Widya yang duduk membelakangi pintu kamarnya.

"Aaakhh! Hei siapa sih ini? Jangan iseng deh!"teriak Widya kaget, karna tiba-tiba ada telapak tangan yang menutup kedua matanya. Namun, saat mencium aroma farfum yang sangat familiar, perasaannya kembali tenang. "Lepasin gak? Kalo enggak, aku bakalan teriak!"ancam Widya.

"Silakan aja teriak, kalo berani!"ujar Sandi santai.

"Sandi ihh lepasin!"geram Widya mencubit tangan Sandi.

"Awww! Ish sakit tau! Kok, kamu tau sih ini aku?"tanya Sandi polos, seraya mengusap-usap tangannya yang dicubit Widya.

"Ya jelas taulah! Emang siapa lagi yang berani masuk kamar aku? Dan gak mungkin kan ada orang lain yang bakalan masuk kamar aku tanpa ijin dari Ayah atau Bunda!"jawab Widya dengan kesal. Sandi hanya nyengir menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Tumben ke sini, gak apel emangnya?!"tanya Widya ketus sembari membalikkan lagi badannya membelakangi Sandi.

"Enggaklah! Emang mau ngapelin siapa? Ini juga bukan malam minggu kan?"jawab Sandi berpindah duduk ke hadapan Widya.

"Oh."jawab Widya cuek, sembari fokus kembali dengan tugasnya.

"Lagi apa sih, serius amat? Sampe sahabatnya dicuekin gini,"kata Sandi berpura-pura sedih.

"Lagi ngerjain tugas lah! Emangnya kamu udah beres?"jawab Widya tanpa mengalihkan pandangannya dari bukunya.

"Oh jelas udah dong! Mana pernah sih, seorang Sandi telat ngerjain tugas!"kelakarnya dengan gaya sombong.

Widya memutar matanya jengah. "Sombong amat!"gumam Widya ketus. Sandi pun terkekeh mendengarnya.

drtttt drrrtt

drttt drrrttt

Suara rintone dari ponsel masing-masing, tiba-tiba berbunyi. Serentak mereka pun sama-sama segera melihat ponsel mereka masing-masing.

"Aku angkat dulu ya!"ucap Sandi seraya melangkah keluar kamar Widya. Widya pun mengangguk, dan dia pun segera menggeser ikon hijau di layar hp miliknya.

"Assalamu'alaikum Jar!"salam Widya saat sambungan telfonnya tersambung.

"Halo Da! Ada apa sih?"ucap Sandi di depan kamar Widya.

"....."

"Ya kan tadi juga kamu udah telfon! Iya aku ada di kostan!"ujar Sandi bohong.

"....."

"Iya iya, udah ya gue tutup!"Sandi pun memutuskan sambungan telfonnya. Dan dia segera masuk kembali ke kamar Widya.

"Iya Jar! Yaudah sampe ketemu besok ya, assalamu'alaikum!"Widya pun menyimpan kembali ponselnya, dan menatap Sandi yang juga sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit ditebak.

"Siapa?"ujar mereka barengan. "Ciee kompak!"seru mereka kembali. Sejenak terdiam saling tatap, hingga akhirnya tawa mereka pumn pecah.

"Siapa tadi yang telfon?"tanya Sandi saat mereka berhenti tertawa.

"Mau tau aja apa mau tau banget?"goda Widya tersenyum menyeringai.

"Dih, ikutan anak alay kamu!"Sandi pun menoyor kepala Widya gemas. Widya hanya tertawa puas.

"Serius aku tanya loh Wid, siapa barusan yang telfon?"Sandi sangat penasaran dengan siapa tadi Widya berbicara di telfon.

"Kasih tau gak ya?"Widya makin menggoda Sandi. Dia sangat senang dapat melihat wajah kesal sahabatnya itu.

"Lah ni anak, pengen dihukum kayaknya!"ujar Sandi geram karna tak mendapat jawaban dari Widya.

"Dihukum? Emangnya aku mencuri apa, pake dihukum segala!"kilah Widya sembari berdiri dan berjalan menuju ranjangnya.

"Iya emang kamu harus dihukum!"ucap Sandi mengikuti Widya.

"Maksudnya..."tak sempat melanjutkan ucapannya, karna Sandi yang tiba-tiba saja mendorongnya hingga terlentang di atas kasur dan menggelitik perutnya.

"Iihhh hahaha San! Ihhh lepaas... sin! Haha, udah!"teriak Widya kegelian. "Sandi udah!"

"Makannya kasih tau, siapa yang nelfon!"keukeuh Sandi tanpa menghentikan gelitikannya.

"Iya iya, aku jawab! Tapi...lepasin dulu!"ujar Widya dengan tersenggal-senggal, sampai-sampai mengeluarkan air mata.

Sandi pun menghentikan gelitikannya, namun bukannya beranjak duduk Sandi malah menatap Widya dengan intens. Dengan posisi Widya yang terlentang, dan Sandi yang berada di atas tubuhnya dengan kedua tangan yang mengungkung Widya. Untuk beberapa detik, saling tatap pun terjadi di antara mereka.

"Ekhem! Katanya pengen tau siapa yang nelfon."ucap Widya mengalihkan pandangannya ke arah samping. Sandi pun menarik tubuhnya dan segera duduk di karpen bulu di bawah ranjang Widya.

"Jadi siapa?"tanpa menoleh ke arah Widya yang masih berada di atas kasurnya.

"Fajar."jawab Widya singkat, karna dirinya masih berusaha menenangkan debaran di dadanya. Kedua pipinya terasa panas, karna posisi mereka tadi yang begitu dekat.

"Fajar, si ketua kelas?"tanya Sandi menoleh menatap Widya.

"Iyalah, siapa lagi?"jawab Widya ngegas.