Widya Pov
Rasanya pagi ini aku sama sekali gak semangat buat sekolah. Pasti Sandi bakalan sama Irda lagi, rasanya gak rela kalo Sandi deket-deket sama cewek lain. Tapi, aku bisa apa coba.
"Pagi Yah, Bun!"sapa ku lesu menghampiri Ayah dan Bunda di ruang makan.
"Pagi sayangku, kok lesu gitu sih?Kenapa hem?"tanya Ayah yang tengah memperhatikan ku.
"Gak apapa kok Yah, Widya berangkat sekarang aja ya..."ku cium Ayah dan Bunda seperti biasanya, dan aku pun segera pergi ke sekolah dengan perasaan yang masih kacau.
"Kenapa dia Bun?"tanya Ayah yang masih penasaran.
"Mungkin lagi banyak tugas Yah, udah Ayah sarapan aja. Nanti juga dia kayak biasa lagi."
"Iya cintaku..."ujar Ayah mengedipkan sebelah matanya menatap Bunda dengan senyuman menggoda.
"Ish Ayah mah, udah tua juga masih aja kayak anak remaja yang lagi kasmaran!"ledek Bunda terkekeh.
"Meskipun bukan usia remaja lagi, tapi kan emang Ayah selalu kasmaran sama Bunda. Wanita yang paling Ayah cintai..."ucap Ayah tersenyum manis, seraya mencium punggung tangan Bunda.
"Ish Ayah mah, udah ah cepet sarapan!"Bunda langsung memalingkan wajahnya karna malu.
Gitu tuh, udah sama-sama bukan remaja tapi kelakuan mereka melebihi anak remaja yang kasmaran. Tapi, aku suka.
SMA JAYA
"Heumm.. Dia belum dateng."saat ku lihat bangku sebelahku masih kosong, yang berarti Sandi belumlah datang.
Sambil ku menunggu kedatangan Sandi, ku ambil Hp di dalam tas. Aku pun penasaran dengan Irda, ku coba buka akun Facebook ku. Berharap menemukan nama Irda di salah satu daftar teman milik Sandi.
"Gak apapa kali ya, aku kan cuman pengen tau yang namanya Irda."gumamku dalam hati seraya mulai membuka daftar teman milik Sandi. Dan ya, aku menemukannya.
"Heumm cantik. Pantes aja Sandi gak nolak antar jemput dia."
"Woy, lagi apa hayo!!"teriak seseorang yang suaranya sangat ku kenal, tiba-tiba membuatku hampir saja menjatuhkan Hp milikku.
"Astaghfirullah!"ucapku sembari memegang telingaku yang terasa panas karna teriakan sahabatku yang super jail itu.
"Haha, kenapa?"tanyanya sok polos.
"Ya kagetlah, kamu mah gak bisa ya gak bikin aku kaget?!"
"Ya kamunya yang kelewat serius liat Hp. Emang lagi liat apaan sih?"Aku buru-buru memasukkan Hp ku ke dalam saku, saat Sandi hendak melihat Hp ku.
"Bukan apapa, biasa cuman lagi liat postingan-postingan gaje. Kamu abis nganterin dia?"aku coba mengalihkan perhatiannya.
"Iya."jawabnya singkat, dan aku pun hanya ber oh saja.
Bel pun berbunyi tanda masuk jam pelajaran dimulai. Bu Dewi selaku guru Sejarah yang juga wali kelas kami pun telah masuk ke dalam kelas. Siap memberikan tugas yang membuat kami hampir meledak.
^^^^^
Sandi Pov
"Wid, maaf ya aku harus pulang duluan lagi. Maaf juga belum bisa pulang bareng lagi."ucapku tak enak pada Widya, yang kini tengah menatapku sendu. Ku yakin dia kecewa padaku.
"Ouh, iya gak apapa kok San. Tapi, kamu masih hutang cerita ya sama aku!"ucapnya sembari melipat tangannya di dada. Dengan wajah yang, ah... menggemaskan.
Aku pun hanya tersenyum nyengir sembari menggaruk kepalaku yang sama sekali tak gatal, "Iya, nanti aku ceritain. Sekalian nanti aku main deh ke rumah ya. Udah lama juga gak ketemu Bunda."berharap dia benar-benar tak merajuk padaku.
"Heumm bener loh, janji ya!Aku tunggu!"ucap Widya pada akhirnya.
"Iya beneran lah. Yaudah aku duluan ya, kamu hati-hati pulangnya ya!"ku acak rambutnya dan segera berlari keluar kelas, sebelum dirinya teriak.
"Ish Sandi!!"teriak Widya di dalam kelas.
Sandi Pov and.
Setelah kepergian Sandi, Widya pun kembali murung. Sungguh hatinya merasa sakit, disaat orang yang selama ini dekat dengannya. Kini telah membagi waktunya untuk orang lain. Widya pun beranjak dari kursinya hendak keluar dari kelas. Namun, seseorang memanggil namanya.
"Widya tunggu!"teriak seseorang dari belakang Widya.
"Eh, Fajar. Kirain udah gak ada siapa-siapa di kelas, ternyata masih ada toh. Hahaha!"kata Widya yang baru menyadari bahwa di kelasnya masih ada beberapa temannya yang lain, termasuk Fajar yang kini berada di hadapannya.
"Lo sih, yang diliat cuman Sandi doank!Jadinya yang lain gak dianggap ada deh,"Ledek Fajar menggoda Widya.
"Yey, enggaklah mana ada kayak gitu!Aku emang lagi gak nyadar aja tadi."jawab Widya nyengir malu.
"Uuh dasar!Eh, si Sandi balik duluan lagi?"
"Iya, lagi sibuk dia!"ucapnya sedikit ketus.
"Yaudah, yuk kita pulang!"ajak Fajar sembari merangkul pundak Widya dan membawanya keluar dari kelas.
"Loh?"Widya yang kaget, namun tetap pasrah saat Fajar terus membawanya hingga ke parkiran.
"Maksudnya ini, kamu mau anterin aku pulang lagi?"tanya Widya saat di parkiran.
"Hem."jawabnya singkat, seraya memasangkan helm di kepala Widya.
"Ish, apa gak ngerepotin kamu?"tanya Widya merasa tak enak.
"Ngerepotin gimana sih?Udah buruan ah naik!"Widya pun segera naik ke atas sepeda motot Fajar.
Sepanjang perjalanan, Widya hanya memikirkan Sandi yang sedang bersama Irda. Fajar yang sejak tadi mengajaknya ngobrol pun tak benar-benar dia dengarkan.
"Wid, besok kan hari Sabtu. Kita jalan yuk, mau gak?"tanya Fajar, saat kini mereka sedang berhenti di lampu merah.
Namun, Widya yang masih saja melamun sama sekali tsk menghiraukan pertanyaan Fajar.
"Kita jalan ke Mall atau taman mungkin, kalo Lo mau?"merasa tak mendapat jawaban dari Widya, Fajar pun menoleh ke belakang tempat Widya duduk.
"Ish, Wid...Widya!"panggil Fajar, sebelum bertanya lagi Fajar harus kembali melajukan sepeda motornya karna lampu merah yang telah berubah hijau.
Fajar terus melajukan sepeda motornya dengan kecepatan sedang. Dirinya pun tak lagi mengajak Widya berbicara, karna sejak tadi Widya masih saja melamun. Tetapi karna penasaran dan merasa khawatir, Fajar pun menepikan motornya di pinggir jalan. Dan itu membuat Widya tersadar dari lamunannya.
"Eh, kita udah sampe?Loh ini masih di jalan..."Widya pun mengamati sekitar karna merasa bingung.
"Kita emang belum sampe, Lo kenapa sih Wid?Sakit?Daritadi Gue ajak ngobrol, Lo nya diem aja."tanya Fajar sembari meletakkan punggung tangannya di kening Widya.
"Ish, aku gak sakit Jar!"jawabnya seraya menjauhkan tangan Fajar dari keningnya.
"Ya terus kenapa Gue ajak ngobrol diem aja, berasa ngomong sama angin tau gak?"kata Fajar mendelik.
"Hehe, ya maaf. Emang kamu ngobrol apaan?"ujar Widya tersenyum polos.
"Heumm, yaudah deh mending sekarang kita jalan lagi."Fajar pun kembali menyalakan mesin motornya dan segera melajukan kembali sepeda motornya menuju rumah Widya.