Chereads / Cintaku Sahabatku / Chapter 5 - Gak Jadi

Chapter 5 - Gak Jadi

Saat malam pun tiba, waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Widya pun bersiap untuk makan malam bersama kedua orangtuanya.

"Bunda masak apa?"tanya Ayah saat baru saja masuk ke ruang makan dan duduk di kursinya.

"Bunda masakin kesukaan Ayah dong tentunya!"jawab Bunda seraya meletakan semangkuk ayam goreng balado ke atas meja makan.

"Oyah, heumm pasti enak ini!"ujar Ayah tersenyum manis pada Bunda.

"Pasti dong, Bunda selalu masak dengan perasaan cinta sudah pasti rasanya enak!"balas Bunda yang juga tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya pada Ayah.

"Ish Bunda genit!"seru Widya yang baru saja datang, dan segera duduk di kursinya.

"Ya gak apapa dong sayang, genit juga sama suami sendiri."ucap Bunda terkekeh melihat wajah anak semata wayangnya yang menekuk manyun.

"Ya tapi gak harus gitu juga, ih..bikin pengen aja!"gumam Widya pelan.

"Nanti juga kamu bakalan kayak Bunda, kalo sudah menikah."ucapan ayahnya yang tiba-tiba sontak membuat Widya tersedak.

uhuk

uhuk

uhuk

"Pelan-pelan dong sayang minumnya!"kata Bunda seraya menepuk-nepuk punggung Widya pelan.

"Abisan Ayah ngomongnya bikin Widya kaget. Widya masih remaja, masa udah ngomongin nikah!"Widya mengerucutkan bibirnya tak suka.

"Ya kan, Ayah bilangnya nanti sayang. Bukan sekarang atau besok."kata Ayah yang tersenyum menggoda pada Widya.

"Udah, udah ayo makan ah!"seru Bunda, sembari mengisi piring milik Ayah dengan nasi dan lauknya.

Makan malam pun telah usai, kini mereka tengah berkumpul di ruang tengah sambil menonton Tv. Menonton sinetron kesukaan Bunda. Sinetron yang ceritanya benar-benar menguras emosi. Sampai-sampai Bunda yang menonton malah ikutan menangis ataupun marah-marah. Sedangkan Ayah hanya bisa terdiam menemani Bunda, tanpa berani memberikan komentar.

Sementara Widya, berulang kali melihat jam di tangannya. Widya pun selalu kembali membuka room chatnya dengan Sandi. Berharap Sandi akan menghubunginya. Sandi yang mengatakan akan datang ke rumahnya, tetapi belum juga menampakkan wajahnya.

"Katanya mau dateng, udah jam 8 juga belum dateng!Kemana sih kamu tuh?"gumam Widya dalam hati, sembari terus menatap layar Hp nya.

Ingin rasanya mengirim pesan padanya, tetapi ada perasaan ragu. Hingga, akhirnya Widya memilih untuk pamit masuk ke dalam kamarnya.

"Ayah, Bunda Widya masuk kamar duluan ya. Ngantuk."ucapnya lesu.

"Iya sayang, selamat tidur ya!"Bunda Novie mencium kedua pipi Widya.

"Selamat tidur sayang!"seru Ayah yang juga mencium puncak kepala Widya. Setelahnya, Widya pun segera naik ke lantai atas menuju kamarnya.

Setelah masuk ke dalam kamarnya, Widya merebahkan tubuhnya di atas kasurnya dengan perasaan yang kecewa juga khawatir. Sambil menatap layar Hpnya, dirinya menggerutu kesal pada Sandi.

"Kamu tuh nyebelin tau gak San?!Apa kamu lagi sama Irda, temen barumu itu?Ish, kemana sih kamu?"rutuk Widya menatap layar Hpnya yang menampilkan foto Sandi dan dirinya saat sekolah di SMP dulu.

Ting!

^Sandi :: 'Wid, maaf aku gak jadi dateng ke rumah. Aku harus nemenin Irda pergi. Papa yang nyuruh. Sekali lagi aku minta maaf ya!'

"Tuh kan, jadi Irda ya orang yang spesial itu?Pantes aja kamu gak jadi dateng... Harusnya sih aku gak kecewa gini ya!Untung aja aku gak bilang sama Ayah ama Bunda. Hffftt,"Widya pun langsung menyimpan Hp nya ke atas nakas samping kasurnya. Tanpa membalas pesan dari Sandi. Merasa sedih juga kecewa, karna Sandi lebih memilih bersama Irda daripada dirinya.

Sementara di tempat lain...

"Sayang makasih banget ya, udah mau nemenin!Gue tuh seneeeng banget!"ujar Irda menggelayut manja di lengan Sandi.

"Udah dibilang jangan panggil sayang, Gue risih tau gak dengernya!"ucap Sandi seraya melepaskan tangan Irda.

"Kenapa sih, kayaknya Lo gak suka banget sama Gue?"tanya Irda kesal.

"Ya Gue gak suka aja dipanggil sayang, orang kita gak ada hubungan apa-apa kan?Gue gini karna Papa aja yang nyuruh."jawabnya cuek.

"Ish, ya oke Gue gak akan panggil sayang lagi sama Lo. Tapi, Lo tetep mau kan kalo nanti Gue ngajak Lo jalan lagi?"

"Liat nanti aja."

"Yaudah, yuk kita kesana!"Irda segera menarik tangan Sandi untuk kembali mengikuti dirinya. Sandi pun hanya bisa pasrah mengikuti kemana pun Irda melangkah.

Setelah puas berkeliling-keliling di Mall, akhirnya Sandi mengajak Irda untuk pulang ke kostannya. Irda memang memilih untuk ngeKost, daripada tinggal bersama kedua orangtuanya di rumah mewahnya.

"Udah ya, Gue langsung pulang."ucap Sandi setelah Irda turun dari sepeda motor miliknya.

"Kok langsung pulang sih?Baru juga jam 9 San, kita ngobrol dulu aja yuk!"Irda mencoba menarik tangan Sandi, tetapi segera ditepis pelan oleh Sandi.

"Gak enak Da sama tetangga Lo, jam 9 tuh udah malem!"Sandi merasa jengah dengan sikap Irda.

"Heumm, tapi Lo besok jemput Gue lagi kan?"

"Iya, yaudah ya!Bye!"Sandi pun langsung melajukan sepeda motornya tanpa menghiraukan lagi ucapan Irda.

"Ish, nyebelin!Tapi, Gue suka gimana dong?Pokoknya, Gue gak bakal biarin Lo ngejauh dari Gue!"ujar Irda tersenyum menyeringai melihat Sandi yang semakin menjauh.

Irda memang gadis yang manja, apapun keinginannya selalu terpenuhi dan selalu diberikan oleh kedua orangtuanya tanpa harus bersusah-susah. Irda memutuskan untuk ngeKost, agar dirinya bisa bebas pergi malam-malam bersama teman-temannya. Awalnya orangtuanya memang tak mengizinkan, hanya saja dengan alasan agar dapat mandiri akhirnya mereka pun memberi izin padanya.

Orangtua Sandi dan orangtua Irda memang saling kenal. Mereka mempunyai kerjasama dalam bisnis mereka. Papanya Sandi memang tadinya berniat untuk menjodohkan Sandi dengan Irda, tetapi sebelum niatnya itu diutarakan pada orangtua Irda Sandi sudah menolaknya. Papa Sandi memang tak memaksa, tetapi demi kerjasama dengan perusahaan milik Papanya Irda tetap terjalin dengan baik. Sandi harus mau dekat dengan Irda.

SANDI POV

Hugh!

Niat awal pengen ke rumah Widya, jadi gagal. Gue juga kangen sama Ayah, sama Bunda. Tapi, gara-gara harus nemenin Irda gak jadi. Widya pasti kecewa sama Gue.

"Widya pasti kecewa. Maafin Gue ya Wid, Gue terpaksa kayak gini. Daripada Gue dijodohin sama dia!"

Widya sama sekali gak bales chat yang Gue kirim. Apa dia udah tidur ya?

Author pov

Kini Widya sedang duduk di bangkunya, sembari membaca buku paket mata pelajaran di jam pertama nanti. Saking seriusnya membaca, dia tak menyadari kehadiran Sandi yang sudah duduk di bangku sebelahnya.

"Ekheem!"Sandi pun berdehem, karna Widya sama sekali tak menyadari kedatangannya.

Widya hanya menoleh sekilas, lalu kembali fokus melanjutkan membacanya. Tanpa menghiraukan Sandi yang tengah menatapnya sendu.

"Wid, kamu marah ya sama aku?"Sandi pun mencoba untuk mengajak bicara. Namun, Widya masih tetap mengacuhkannya.

"Wid, kok diem aja sih?Ngomong dong!Aku minta maaf ya, semalem aku bener-bener gak bisa nolak sama perintah Papa."Widya masih serius dengan bukunya.

"Jadi mau diem aja nih?"Sandi terus berusaha agar Widya mau merespon ucapannya. Tangannya kini malah menoel-noel pipi Widya, tetapi selalu di tepis oleh Widya.

"Kalo gak mau ngomong, aku gelitikin nih!"Widya masih tetap diam. "Oke, kalo kamu maunya gitu!"tanpa aba-aba, Sandi pun langsung menggelitik perut Widya.

"Ih, ahhh ya ampun Sandi!Hahaha!Udah, udah ih hahaaha!"teriak Widya merasa geli, untung saja di kelas hanya baru ada beberapa teman yang sudah datang.

"Sandi!Iya, iya aku maafin iiihh!!Udahh!hahaha!"suara Widya semakin terdengar serak karna merasa lelah.

"Nah gitu dong!hehe."Sandi hanya cengengesan, setelah menghentikan acara menggelitik perut Widya.

"Aku minta maaf banget ya, Wid!Kamu jangan marah lagi ya!"ucapnya serius. "Lain kali aku janji..."ucapannya terpotong, karna Widya yang sengaja menyelanya.

"Gak usah janji apapun San, berat loh kalo gak bisa menuhin. Kalo kamu emang mau dateng ke rumah, ya tinggal dateng aja."kata Widya yang kini tersenyum manis pada Sandi.

"Iya ya, biasanya juga aku kan dateng tak dijemput pulang tak diantar ya?"jawabnya nyengir, membuat Widya memutar matanya malas.

"Iya kamu tuh udah kayak boneka kayu itu loh, hiih sereem!"ucap Widya bergidik.

"Hahahaha. Kamu tuh ya, dasar!Masa aku disamain sama jelangkung sih?!"Sandi tertawa lepas sembari mengacak-acak rambut Widya.

Tanpa mereka sadari sejak tadi, di kursi pojok yang berada di belakang tempat duduk mereka ada seseorang yang terus melihat ke arah mereka. Ada perasaan tak suka saat melihat Widya begitu sangat dekat dengan Sandi.

"Kenapa Gue gak bisa sedeket itu sih Wid?Kenapa harus selalu Sandi?"gumamnya dalam hati, seraya terus menatap ke arah Widya.