Chereads / YUUTO KAZUYA (Indonesia) / Chapter 11 - Menelusuri Reruntuhan Kuno

Chapter 11 - Menelusuri Reruntuhan Kuno

"Inikah tempat yang dinamakan reruntuhan kuno itu?"

Sebuah bangunan dengan batu bata seperti kastil dan sangat luas, namun berkelok-kelok layaknya sebuah labirin. Apa itu kastil yang berbentuk labirin? Anko bertanya-tanya, secara jelas itu tergambar seperti bangunan kuno yang termahsyur di dunia ini.

Dia pikir reruntuhan kuno hanyalah berupa serpihan bangunan dan puing-puing dari bangunan kuno yang telah dihancurkan. Namun, lumut hijau dan kerak yang menempel di dinding bangunan itu membuat warna bangunan tampak cantik dan elegan.

"Ya, inilah reruntuhan kuno itu. Kau pasti terkejut, aku pun awalnya sama sepertimu dan berpikir kalau reruntuhan sebenarnya adalah bangunan yang telah hancur." Jelas Syifa yang juga melihatnya dengan menengadahkan wajahnya ke sisi bangunan yang lain.

"Kenapa malah di sebut reruntuhan kuno?" tanya Anko memastikan dengan memasang muka herannya. Dia masih tidak percaya kalau itu adalah reruntuhan.

"Dulu ada seorang kakek di sini yang menjelaskan kalau bangunan itu sebenarnya merupakan kastil yang melayang di atas awan. Yah~ intinya tidak ada di daratan seperti ini. katanya di langit sana adalah negeri peri. Apabila sang manusia seperti kita ingin ke sana, kita harus memiliki kemampuan yang tinggi. Manusia yang ada di sini berlomba-lomba meningkatkan kemampuan dan bertarung mendapatkan tempat tertinggi di sini. Namun, di negeri para peri alias Elf memiliki kualifikasi dengan para manusia, sehingga manusia yang mana yang cocok tinggal di sini? Mereka tidak mengizinkannya sembarangan masuk ke negerinya."

"Begitu, ya. Syifa baik sekali menjelaskanku tentang semua ini." Anko menyimaknya dengan seksama.

"Tidak, kok. Itu sebenarnya tersimpan dari buku yang sudah pernah aku baca di sini sebelumnya." Jelas Syifa dengan meyakinkan.

"Eh, buku?" celetuk Anko heran.

"Ya, benar. Tapi, sang manusia pilihan itu serakah. Mereka yang sudah berilmu tinggi meminjam kekuatan elf dan menyerahkannya pada iblis. kekuatan elf yang suci murni itu akhirnya terkotori oleh ilmu hitam yang jahat. Akhirnya, rumah para elf yang ada di atas awan yang penuh kemegahan di sana, di turunkan dibumi. Itu adalah peristiwa runtuhnya gerbang. Makanya saat gerbang runtuh, maka bangunan inilah yang jadi peninggalannya." Jelas Syifa.

"Eh, begitu ya, rasanya seperti hidup di negeri dongeng." Gumam Anko dengan sedikit senang saat mendengar cerita menarik itu.

"Lalu bagaiaman dengan manusia yang sudah bercampur tangan dengan iblis itu?" tanya Anko kembali pada Syifa yang dianggap telah mengetahui segalanya.

"Sang manusia berubah menjadi penyihir dan menyerap seluruh mana di dunia ini. Tapi, tidak semua mana yang di dunia ini habis, melainkan di daerah tertentu lah mana itu dihabiskan. Kau lihat tadi? Banyak tanah tandus di mana-mana ...."

"Ya, aku melihatnya, tak kusangka sihir yang dimiliki manusia bisa jadi sekeji itu." Anko merasa, entah kenapa semua manusia yang terlahir dengan baik dan terlihat sempurna itu buruk. Tak lain contohnya adalah keluarganya sendiri yang sudah membuang dan mengabaikan dirinya.

Memang benar, Anko dilahirkan di keluarga yang baik-baik tapi, di dalam keluarga itu, hati mereka, perlakuan mereka pada Anko tak selamanya baik. Dia selalu dituntut untuk menuruti keinginan keluarganya dan tidak bisa bebas menikmati hal-hal yang dia sukai.

"Anko, kenapa kau tiba-tiba melamun seperti itu?" Syifa bertanya dengan perasaan khawatir pada Anko yang tiba-tiba diam tertunduk dan melamunkan sesuatu seperti sedang memikirkan sesuatu yang menakutkan.

"Ah, tidak apa-apa, kok ehehehehe~" Anko menjawabnya dengan senyum cerianya agar tidak terkesan seperti ada masalah.

"Oh, syukurlah, kupikir kau takut." Syifa yang mengatakan hal itu masih memasang ekspresi khawatirnya.

"Ah~ tidak kok, aku hanya saja terpikir sesuatu tentang cerita itu~" jelas Anko yang mencoba ceria supaya Syifa mau melanjutkan ceritanya, "Lalu bagaimana?" tanyanya lagi.

"Ah, iya, tanah tandus itu sebenarnya bagian mana yang hilang makanya saat suatu daerah kehilangan mananya, pilar penyokong kehidupan yang ada atmostir ini juga terganggu, dan itulah yang menyebabkan runtuh. Dunia ini masih belum stabil tapi, mulai banyak orang berdatangan yang hidup di dunia ini."

"Berdatangan?" Anko curiga dengan kata-kata itu, apa maksudnya di undang? Dan sebenarnya dunia ini nyata atau hanya game? Tapi, menurut pengamatan Anko sendiri, Syifa tampak seperti manusia pada umumnya dan bukan game.

"Ya, maksudnya orang-orang seperti kita juga yang terpanggil di dunia ini."

"Apa sebenarnya ada cara untuk keluar dari dunia ini?" tanya Anko yang memastikan jika orang-orang seperti dirinya di panggil maka pastinya ada cara untuk kembali ke dunia nyata.

"Sayangnya belum ada cara kembali ke dunia kita yang sebenarnya." Syifa mengatakannya dengan menggelengkan kepalanya dan memasang muka murungnya.

"Oh, ya, tentang cerita reruntuhan tadi ... aku menemukannya dari buku yang tertulis oleh elf, setiap reruntuhan biasanya memiliki cerita yang berbeda-beda namun intinya sama seperti itu, diserang oleh penyihir." Jelas Syifa dengan serius.

"Eh~ jadi buku itu ada di setiap reruntuhan ya, hmm ... pasti si Elf membuat buku itu guna untuk menceritakan perjalanan hidupnya." Anko membuat kesimpulan sesimpel mungkin.

"Ya, mungkin saja."

Dalam hati Anko yang berjalan sejauh ini, reruntuhan yang dia lalui ini tidak seperti bangunan yang menakutkan. Justru membuat dirinya takjub, "Pasti ada sesuatu yang ada di bangunan ini ... aku semakin penasaran, apa itu hidup baru? Apa itu Yuuto Kazuya? Apa jika aku bertanya pada Syifa, dia tahu orang yang bernama Yuuto? Apa Yuuto adalah seorang Elf?"

"Syifa, selama ini berapa reruntuhan yang sudah pernah kamu temui?" Anko bertanya pada Syifa lebih tepatnya.

"Aku lupa dan tidak menghitungnya," kata Syifa dengan ragu sambil memikirkannya.

Dalam hati Anko berkata, "Ah~ melihat ekspresinya sepertinya sudah banyak yang ditemui.

"Oh, ya, apa kemampuan yang Syifa miliki itu namanya sihir?" tanyaku memastikan.

"Kalau dia adalah penyihir dan memiliki semacam ilmu hitam atau melancarkan pemberontakan, aku akan segera meninggalkannya secepat mungkin," pikir Anko sambil menatap Syifa dengan serius.

Syifa yang berwujud seperti pria yang tampak tidak ramah itu menyeringai tipis pada Anko, "Kau sedang mencurigaiku?"

"E-eh, maaf ...." Anko yang ketahuan mencurigainya segera meminta maaf. Wajahnya jadi menakutkan. Padahal wujud aslinya Syifa adalah seorang wanita.

Anko sambil melihat-lihat sambil berpikir, "Sedari tadi kami hanya berjalan menyusuri bangunan, sebenarnya apa yang di cari Syifa di dalam bangunan ini? Aku memang berjanji berkelana dengnnya tapi, hanya mencari keindahan di dalam bangunan saja tampak tidak seru."

'Jangan-jangan ....'

"Syifa, boleh aku bertanya satu hal?" Anko memastikan alasan dibalik semua ini.

"Ya, silakan."

"Kau bilang, bangunan dulunya ini merupakan rumah atau tempat tinggal Elf yang ada di atas sana ...."

"Ya, benar."

"Jadi, apakah di dalam bangunan ini ada penghuni rumah yang menjaganya ...?"

________

To be Continued