Setelah mandi besar, Rahmat solat magrib dan Aida, membuka lemari, tiada yang tidak gaun indah, semuanya mahal dan halus, beberapa piama, bahkan dari barang dalam pun sudah di siapkan.
'Masa Mas Rahmat, yang membelikan semua ini, tapi ukurannya pas, ya pasti ibuk lah, Aida, dasar bodoh.' Aida menjenggung jidatnya sendiri.
Ia bingung ia mengenakan piama, lalu ke kamar mandi lagi.
Aida masih merasakan, darah itu masih keluar. Ia duduk di pinggir ranjang dan terus memperhatikan Rahmat.
'Kalau sikapnya fokus dan dengan pakaian taqwa, sungguh sangat tampan. Dan soleh, jika tadi bagai orang kehausan dan butuh dahaga.' Aida terpaku terpesona.
Setelah sikap hasrat lelaki terpenuhi sisi lain dari Rahmat terlihat. Setelah solat magrib Rahmat terus membaca Alqur'an.
Alqur'an peneduh jiwa, sampai solat isya' ia lalu solat isya'. Ia menutup Alqur'annya, lalu melihat istrinya.