Clara dan Gio mulai saling berpandangan. Clara nampak begitu kesal dan lega setelah melihat ternyata Gio tidak mengalami kecelakaan. Clara pun menepis tangan Gio. dan mulai bisa berdiri dengan tegak.
" Apa sebenarnya yang kau mau hah? apa kau puas melihat ku seperti ini sekarang? tega kamu Gio! enyah kau dari hadapan ku! " kata Clara dengan sangat marah dan emosi yang meledak - ledak.
" Clara, dengar kan aku dulu! hanya dengan cara seperti ini kamu mau menemui ku! ada apa dengan mu Clara? ingat, aku selalu di samping mu kan. cerita kan lah semua nya pada ku, kau tahu kan aku seorang dokter hebat sekaligus sahabat yang hebat juga kan. " ucap Gio yang berusaha meyakin kan Clara untuk menceritakan masalah nya pada Gio.
Clara mulai menangis sekeras mungkin. orang - orang sekitar pun mulai memperhatikan Clara, Gio pun segera mendekap Clara.
" Lampias kan amarah mu kedalam tangisan ra, it's ok it's ok. " bisik Gio sambil memeluk Clara dengan erat.
Hiks hiks hiks... tangisan Clara terus saja terdengar tanpa henti.
" Ayo kita berjalan perlahan ke ruangan ku, agar kamu bisa lebih leluasa menangis. " ucap Gio sambil mengajak Clara ke ruangan nya.
Clara mengusap air mata nya dengan kedua tangan nya dan mengangguk. mereka berdua akhirnya pergi ke ruangan Gio. Clara pun mulai duduk di sofa yang ada di ruangan kerja Gio, Gio sendiri menyeduh kan secangkir teh chamomile untuk Clara agar Clara bisa lebih tenang dan rileks.
" Bagaimana perasaan mu? apakah sudah merasa lebih baik? " tanya Gio
" Mhm. " jawab Clara mengangguk.
" Maaf sebelum nya yah sampai aku berbuat sejauh ini, karena aku juga terdesak. aku tidak ingin kamu seperti ini terus Ra. aku sudah mendengar cerita nya dari bi Inah. " jelas Gio lagi.
" Tetap saja, seharus nya kau tidak seperti itu! " ucap Clara. " Ih bi Inah nih tidak bisa menjaga rahasia deh. " gumam Clara lagi dalam hati nya.
" Iya aku minta maaf ya. so, bagaimana? apa yang membuat mu depresi akhir - akhir ini? " tanya Gio yang memulai sesi konsultasi nya.
" Hmmm, entah lah Gi. seperti nya aku belum siap untuk menceritakan semua nya pada mu. " jawab Clara yang berusaha menutup diri lagi.
" Clara. mungkin memang berat, namun kamu harus melepaskan nya sebelum kamu lepas kendali. kau bisa percaya pada ku. aku akan menemukan solusi yang tepat untuk mu. " kata Gio lagi yang berusaha meyakin kan Clara.
" Mmm,,, ngomong - ngomong apakah kau sudah tau kalau sekarang Lee adalah seorang dokter psikiater juga? " ucap Clara yang berusaha mengalihkan pembicaraan.
" Oh ya? bagus lah. hei! apa kau coba mengalihkan pembicaraan kita? " seru Gio.
" He he he,,, ops ketahuan deh! " canda Clara sambil tertawa kecil.
" Bagus lah dia sudah mulai bisa sedikit tertawa. " kata Gio dalam hati nya sambil tersenyum menatap Clara.
Gio terus saja membanyol di depan Clara dan mengeluarkan lelucon - lelucon yang membuat Clara tertawa terbahak - bahak. Gio mencoba mencair kan suasana sampai Clara nanti siap untuk menceritakan masalah yang menimpa diri nya. seperti kejadian beberapa tahun yang lalu. mereka berdua membahas berbagai macam hal serta kejadian lucu yang menimpa satu sama lain. sampai pada akhirnya Clara pun mulai bercerita tentang hal yang membuat nya sangat depresi.
" Gio, kau tahu? ibu ku ternyata mempunyai anak selain diri ku. " ucap Clara tiba - tiba memotong pembicaraan.
" Baik. lalu? " balas Gio menyuruh Clara melanjut kan pembicaraan nya.
" Ya, aku tidak sengaja mendengar bahwa aku mempunyai adik yang sudah dewasa. dan yang membuat ku menjadi gila adalah, ternyata yang menyewa rumah ku adalah adik ku itu. entah ini skenario yang di buat oleh ibu ku atau memang kebetulan saja. saat ini aku sangat sulit untuk mempercayai siapa pun. " jelas Clara. " bahkan saat pesta ulangtahun ku, dia hadir dan mengatakan hal yang membuat ku bertanya - tanya. " tambah Clara lagi.
" Oke. apakah kau pernah bertemu adik mu itu dan bertanya padanya? " tanya Gio lagi.
" Tentu saja sudah. tapi ia memilih untuk bungkam. dan menyuruh ku bertanya kepada ibu ku. namun saat aku bertanya pada ibu ku ia hanya mencoba menutupi nya. aku sempat mencari tahu sendiri namun tidak mendapatkan apapun. " ujar Clara.
" Lalu akhirnya kau mengetahui nya tanpa sengaja. " kata Gio melengkapi pernyataan Clara.
" Ya benar. aku merasa bahwa kemalangan yang dulu menimpa ku kini kembali lagi pada ku. memang aku akui bahwa hidup pasti mempunyai masalah, namun aku tidak mengerti apakah aku memang terlahir dengan tidak memiliki keberuntungan atau mungkin saja aku mempunyai dosa dari masa lalu. " ungkap Clara lagi.
" Baiklah aku mengerti sekarang. Clara, bukan kah pernah ku katakan pada mu, bahwa hidup harus lah kau nikmati. masalah yang menimpa mu anggaplah itu seperti hal yang akan mendewasakan mu nanti nya. jika kau merasa terpuruk, coba lah berbicara pada diri mu sendiri, yakin kan diri mu bahwa kamu akan bisa melawati nya. jika kau masih belum menemukan jawaban yang mebantu kau bisa mencoba melepaskan layak nya kau melepaskan ransel yang berat di pundak mu. " jelas Gio lagi kepada Clara.
Clara mula merenungi perkataan Gio. entah mengapa apa yang di sampai kan Gio membuat perasaan Clara sedikit tergelitik. ia membenarkan apa yang di katakan Gio. Clara kini mendapatkan jawaban yang selama ini tidak pernah ia temukan. ia menyadari bahwa yang ia butuhkan saat ia terkungkung dalam suatu masalah adalah seseorang untuk menceritakan keluh kesah nya.
Clara kemudian mengucapkan terimakasih kepada Gio karena berkat diri nya kini ia bisa menemukan jawaban yang selama ini ia cari. perasaan Clara kini menjadi sedikt lebih lega dari pada sebelum nya. ia pun merasa apa yang di lakukan nya belakangan ini sungguh kesalahan besar.
" Apa kau sudah merasa lebih baik Ra? " tanya Gio memastikan lagi.
" Tentu saja pak dokter. " jawab Clara sambil tersenyum
" Aaahh,,, akhirnya,,, senyuman itu keluar lagi dari wajah mu. " kata Gio memuji.
" Apaan sih! gombal deh kamu. " jawab Clara sambil tersipu malu.
" Ha ha ha ha,,, " suara tertawa Gio terbahak - bahak.
" Gio, terimaksih banyak ya. aku sudah lebih baik sekarang. kau memang teman terbaik ku. " ucap Clara sambil mengacungkan kedua ibu jari nya ke arah Gio.
" Teman? " seru Gio bertanya.
" Iya teman! lalu? " jelas Clara.
" Ah iya teman. ya betul kita teman. ha ha ha. " ucap Gio yang menekan kan bahwa hubungan nya dengan Clara hanyalah sekedar teman sambil tertawa dan mencoba mencairkan suasana lagi.