Aku sedang merapikan meja makan ketika kudengar suara orang berjalan mengendap-endap kedekatku, kejahilan aku ternyata sudah mulai menular pada diri Bryan, aku pura-pura tidak mendengar derap langkahnya yang mengendap-endap namun sebelum dia mengejutkanku aku sudah membalikan badanku dan "waw" teriakanku justru malah akhirnya mengagetkan dirinya.
"Kamu ih gak asyik ah," Bryan berjalan kearah sofa diruang TV lalu menghempaskan tubuhnya. Aku menghampirinya dan diduduk dipangkuannya kemudian memeluknya yang dibalasnya dengan pelukan, biasa di weekend seperti ini kami lebih banyak menghabiskan waktu berdua kalau tidak nonton bioskop main games dirumah dan biasanya jika Bryan yang menang dia minta jatah nambah dalam bercinta.
"laki-laki yang pendiam biasanya kuat lho Nit dalam bercinta," aku ingat perkataan salah satu baby sister dipanti waktu itu padaku ketika bertemu, dan itu benar hampir tiap hari Bryan meminta jatah padaku tidak hanya sekali kadang berkali-kali namun karena perlakuannya yang lembut aku tidak kuasa menolaknya dan Bryan pun pandai membuat aku selalu menikmatinya.
***
"Sayang libur panjang besok kita mau kemana?" ketika Bryan sedang mengecek laporan keuangan.
"Sayang kok kaya ada yang aneh ya dengan laporan keuangan ini?" Bryan bukan menjawab pertanyaanku dia malah menanyakan laporan ke uangan yang diberikan Om Hendro padanya. aku mendekat kearah Bryan sementara pekerjaanku sudah beres untuk mengatur kegiatan Bryan seminggu kedepan.
"Sini deh," Bryan menarikku hingga aku terduduk dipangkuannya.
"Kamu minta bantuan, apa nyari kesempatan?" tanya ku gemes sambil mencubit hidungnya. Bryan hanya tertawa tergelak.
"Dua-duanya dong," ia tersenyum genit kearahku.
"Ih apaan sih waktu kerja ya kerja, bukan buat yang gak enggak," kataku sambil melotot kearahnya. Bryan masih tertawa aku yang melihatnya menjadi sangat gemas dengan kelakuan konyolnya.
"Aku butuh bantuanmu mengecek keuangan, tapi aku juga pengen meluk-meluk kamu jadi gak ada salahnya donk aku begini yang pentingkan halal," Bryan menatap ku sambil masih tersenyum. Akhirnya aku mengalah dengan keinginannya.
"Kamu lihat deh mulai tiga bulan kebelakang pengeluaran naik sangat siknifikan tapi pemasukan tetap sama dengan bulan-bulan sebelumnya, malah ada yang turun walaupun tidak terlalu tajam. Begitu juga dengan bulan berikutnya tidak terlalu besar kenaikannya , jika produksi meningkat itu berarti ada permintaan yang meningkat dan otomatis pendapatan harusnya meningkat tapi ini produksi sama saja namun pengeluaran lebih tinggi sampai 40%?" Bryan menunjukan angka-angka yang dia maksud sementara aku masih memperhatikan apa yang Bryan katakan.
"Apakah tidak sebaiknya kamu memanggil om Hendro dan meminta penjelasan?, memang kamu tidak memeriksanya setiap bulan?" sebelum menjadi Istri Bryan, memang jarang ikut campur masalah keuangan lebih jauh aku lebih mengurusi dan mengecek surat-surat penting dan mengatur jadwal kegiatan Bryan.
"Tidak, aku terkadang hanya mengecek angka akhir dan jika angkanya menurun tajam baru aku cek tapi ini angka akhir tidak jauh berbeda namun dipengeluaran sangat meningkat siknifikan dan nilai barang pun tidak jauh berbeda hanya saja, mengapa setiap item nya naik sangat luar biasa?" Bryan masih menatap angka yang ada dilaptopnya.
"Disemua sektor sayang yang seperti ini, atau hanya satu dua sektor saja?" aku bertanya karena memang perusahaan Bryan memiliki beberapa sektor industri mulai dari minyak sampai dengan perhotelan juga properti.
"Tidak, hanya disektor garmen dan Batubara saja," Bryan menatapku lalu tiba-tiba mengecupku aku memandangnya heran
"Obat stess paling mujarab adalah kami sayang," dia menarapku sambil mengusap-usap punggungku. aku memandangnya sambil tersenyum.
"Jadi sebaiknya bagaimana?" tanyaku sambil mengalihkan pandanganku ke Laptop didepan Bryan
"Menurut kamu sebaiknya bagaimana?" Bryan malah balik bertanya, lalu menaruh wajahnya dibahu dan mengarahkan bibirnya keleherku nafasnya yang perlahan dan tarikan nafasnya yang berat terasa hangat dileherku.
"Sebaiknya kamu minta penjelasan Om Hendra, karena perbedaan angkanya berubah-ubah disetiap sektornya," aku melihat setiap bulannya berbeda-beda angka yang ganjil menurutku setelah aku perhatikan lebih teliti. dia mantapku lalu mencium kembali bibirku kali ini dia menyesap bibirku lebih lama.
"Kamu memang pintar dan cepat paham," dia berkata setelah melepaskan ciumannya dari bibirku, aku hanya tersenyum.
"Pulang yu," Dia menatapku nakal.
"Selesaikan dulu masalahnya, paling tidak kamu minta penjelasan. Menanyakan pada bendahara setiap sektornya minta penjelasan mereka terlebih dahulu, Karena jika bertanyaan pada Om Hendro mungkin kamu akan mendapat jawaban yang kurang memuaskan," aku menatap Bryan dan mengusap wajahnya dengan lembut lalu mencium kedua mata, hidung dan bibirnya.
"Sepertinya kita sepemikiran, bisa tolong hubungi mereka sayang," pinta nya sambil membelai kepalaku. Aku menganggukan kepala lalu berdiri dari pangkuannya, namun Bryan memegang pergelangan tanganku.
"Tapi setelah ini pulang ya," pintanya sedikit merengek, aku sudah tau jika dia sudah mulai seperti ini dan biasanya aku hanya menuruti kemauannya.
"Iya nanti aku kasih bonus," jawabku menggodanya, lalu beranjak menuju mejaku dan mulai menelepon salah satu dari mereka aku sengaja akan melakukan secara acak agar Om Hendra tidak merasa dilangkahi.
Ternyata dugaan aku ada orang yang dengan sengaja mengendalikan sektor keuangan dan mengambil keuntungan secara pribadi dan dengan mengecoh laporan pada setiap sektor secara bergantian ada dua di bagian keuangan yang memiliki tanggung jawab penuh Om Hendro dan Yosep namun Bryan tidak bisa mengecek secata langsung, dia kemudian menelepon Papah Hermawan dan sepertinya dia sudah mendapatkan jawaban yang tepat untuk masalah ini.
"Aku akan menggunakan auditor untuk mengecek ini," Bryan menelepon seseorang tak lama Danu dan Adi masuk keruangan.
"Aku sudah membaca laporan keuangan nya mas," Danu kemudian memandang Bryan setelah duduk di sofa depan Bryan.
"Sepertinya sengajak diacak di setiap sektornya, tadinya dia berharap mungkin Mas Bryan akan tidak terlalu memperhatikan tapinya sepertinya si pembuat laporan tetap menggabungkan laporan menjadi satu," Danu menjelaskan pandangannya dan di setujui oleh Adi.
"Jadi sebaiknya langkah selanjut ya seperti apa?" tanya Bryan penasaran.
"Saya akan coba mengaudit satu persatu disetiap devisi dan saya melakukan secepatnya dan saya harap surat perintah segera dibuat, agar saya bisa melakukan audit secara berbarengan nanti, sebaiinyq surat pemeriksaannya di keluarkan kedevisi lain ketika kami sudah ada disana agar tidak ada kebocoran data," Danu memberikan penjelasan tentang rencananya dan Bryan menyetujuinya. aku mendekati Bryan dan memberikan surat perintah pada Bryan untuk segera ditanda tangani.
"Aku sengaja membuat sendiri agar tidak bocor rencana ini jadi yang tau rencana ini hanya kita berempat plus Pa Hermawan," jelasku. Bryan tersenyum dia tau sekali kinerjaku, aku akan melakukan pekerjaan yang aku anggap penting dan begitu diperintah hitungan detik Bryan sudah menerima surat yang dia butuhkan.
"Terima kasih sayang," Bryan tersenyum kearahku.
"Wih pantas saja tidak ada keinginan mu untuk mengganti Sekretaris dengan siapapun, perintah cukup lewat telepati" Adi menggodaku sambil mengacungkan jempol.
aku hanya tersenyum saja tanpa berkata apa-apa.
"Makanya aku gak butuh pengganti Nita, kebayangkan yang biasanya aku terima bersih harus mengajarkan orang dari nol, seperti buang-buang energi," Bryan memandang memandangku sambil tersenyum.
"Tapi gaji tetapkan, jangan mau Nit kalau gratisan" Adi tertawa meledek Bryan.
"Yang pasti kamu gak akan bisa membayar honornya jika dia menjadi Sekretarismu," Bryan membalas ledekan Adi.
"Pasti lah bayarnya dunia dan akhirat," Adi kembali membalas jawaban Bryan sementara Danu hanya tertawa mendengar candaan Bryan dan Adi.
"Ya sudah ini sudah aku tanda tangani, dan akan aku minta Arni untuk menginfokan semua Devisi begitu kamu dan team sudah berada dilokasi," Bryan memberikan surat perintah yang sudah dia tanda tangani yang aku masukan kedalam map.
"Okey aku permisi dulu, semoga semuanya berjalan dengan lancar kita bisa mengetahui titik terangnya," Danu berdiri dari tempat duduknya dan kemudian berpamitan untuk segera membuat team kerja audit secepatnya, tak lama setelah berbicara sebentar Adi pun pamit meninggalkan ruangan Bryan.
***