Chereads / stuck with yours love / Chapter 14 - part 14. Tamunya belum datang

Chapter 14 - part 14. Tamunya belum datang

pagi-pagi aku terbangun setelah tadi habis sholat subuh aku memilih masuk kedalam pelukan Bryan kembali selain hari ini weekend cuaca diluar juga sepertinya sedang hujan deras namun ketika aku terbangun Bryan sudah tidak ada ditempat tidur padahal aku paling suka ketika terbangun melihatnya masih tertidur pulas dengan surai coklat menutup keningnya, dia tidak pernah menggunakan hairfoam jika sudah dirumah dan aku amat menyukainya karena wajahnya akan terlihat imut walaupun usianya sudah menginjak kepala 3.

kulirik jam di didnding ternyata sudah jam 9 aku sepertinya tertidur pulas mengiangat cuaca yang dingin dipagi hari.

aku melihat Bryan masuk kedalam kamar dan tersenyum kearahku.

"Sudah bangun sayang?" iya naik kembali keatas tempat tidur dan menarik ku kembali kedalam pelukannya.

"Aku pengen pipis" ketika Biar memasukanku kedalam dadanya tubuh Bryan itu tidak besar namun berisi dan jika menggunakan jas memang tidak terlalu kelihatan karena dia tidak pernh menggunakan jas yang terlalu sliming fit ditubuhnya bentuk tubuhnya akan terlihat jelas jika jas yang digunakan di buka. aku saja baru tau kalau bentuk tubuhnya berotot dan perutmya lumayam terbentuk ketika kami sudah menikah aku malah sempat sempat bengong dan malu ketika memandangi tubuhnya dan Bryan bilang, "Awas iler kamu jatuh." Dan aku cuma tersenyum kecut karena kepergok memandangi badannya.

"Sayang ini tanggal betapa ya?" aku bertanya setelah aku keluar dari kamar mandi dikamar kami.

"Tanggal 12 emang kenapa," Bryan bertanya padaku sambil membuka selimut yang menyelimutinya. aku berlari keluar untuk melihat kalender di meja kerja Bryan. aku membelalakan mata hampir dua minggu aku belum kedatangan tamu bulanan.

"Kenapa sayang?" Bryan sudah berdiri dibelakangku. aku terkejut karena tiba-tiba dia sudah berada dibelakangku.

"aku sudah telat 2 minggu?" sambil mendekap kalender yang tadi aku ambil di meja kerja Bryan.

"Serius?" aku melihat perubahan wajah bryan yang tampak senang.

"Kalau gitu kita kerumah sakit ya buat cek," Pinta Bryan dengan nada yang antusias tapi jujur saja aku takut apalagi tanda-tanda orang hamil tidak ada padaku seperti mual kemudian pusing ditambah lagi payudaraku seperti tidak berubah alisa biasa saja karena memang sudah besar dari sananya.

"Eemhhh kalau beli tespek dulu baru kedokter gimana siapa tau aku cuma telat aja?" aku menatap Bryan, aku melihat dia tersenyum lalu menarikku kedalam pelukannya dan mengecup ujung kepalaku sudah berjalan 5 bulan pernikahan kami dan baru kali aku telat datang bulan.

"Ya sudah nanti aku keapotik bawah beli, ngomong-ngomong kamu gak lapar aku kok lapar ya?" Bryan masih memelukkan sambil menatapku, jujur saja walaupun kami sudah menikah tapi pipiku akan tetap bersemu merah jika menatapnya dan aku hanya bisa memainkan surai rambutnya untuk menghilangkan kegugupanku.

"Nanti kamu sekalian aja beli bubur kebawah tapi aku ingin roti bakar kacangnya," pintaku Bryan tersenyum dia aku mengecup bibirku sebentar dan melepaskan pelukannya.

"Ya sudah aku turun dulu," Bryan menyambar ponsel dan mengambil dompetnya yang ada di atas meja kerjanya kemudian menghilang dibalik pintu kamar apartemen kami.

***

"Roti bakarnya satu dua" Bryan menelponku rupanya dia sudah sampai dibawah.

"kamu memang mau juga?" tanyaku balik.

"gak aku mau beli batogor aja," Bryan menjawab pertanyaanku. mendengar kata batagor aku malah jadi terbayang-bayang, tapi roti juga aku mau.

"ih gembul amat aku," pikirku dalam hati.

"Eemmh dua boleh deh tapi yang satu coklat keju ya, nanti batagornya aku minta," akhirnya aku hanya memesan roti khawatir mubazir jika membeli batagor untuk ku sendiri. Bryan hanya tertawa aku baru sadar sudah beberapa hari ini aku memang makan dengan porsi yang lebih banyak walaupun dengan nasi yang hanya 2-3 sedok makan.

setelah menunggu 30 menit Bryan sudah kembali dengan membawa beberapa tengtengan kantong kertas.

"Ehhmm wangi batagornya yank," aku bergegas mengambil piring dan menaruh makanan dipiring masing-masih.

"kamu beli bubur ketan hitam juga ya?" tanyaku Bryan menganggukan kepalanya. Bryan mengambil dua buah cangkir dan gelas dia membuat teh hangat untuk kami.

"Itu tespeknya sana gih di cek dulu," Bryan memberikan bukusan putih padaku.

"Kok banyak sih yank," aku melihat ada 5 tespek dengan beberapa merk didalam plastik putih.

"Biar gak penasaran," Bryan menarik kursi makan untuknya kemudian duduk dan menikmati batagornya.

"Sayang jangan diabisin, aku minta yah," Bryan menghentikan suapanya dan malah mengarahkan sedok kemulutku, tanpa disuruh dua kali aku membuka mulutku dan melahapnya, aku tersenyum lalu berlari karena ingin pipis, tadi ketika selesai gosok gigi aku belum sempat buang air kecil karena keburu melihat bungkusan pembalutku yang masih utuh.

Dengan was was aku menaruh tespek diujung kloset agak terkena air urinku setelah meninggu beberapa menit aku milihat dua tanda strip disana aku terkejut sambil menutup mulut ku, Senang pastinya. Aku menaruh pelan-pelan tespek tersebut lalu segera membersihkan diri dan bergegas keruang makan untuk menemui Bryan.

Aku memeluk Bryan yang sedang menikmati bubur ketan hitam diam menoleh kearahku aku menunjukan hasil tespek Bryan lalu menarikku dan terduduk dipangkuannya lalu menciumiku wajah tiada henti sampai aku menaruh tanganku di bibirny.

"kamu ih, geli tau," aku berusaha berdiri dari pangkuannya namun pelukannya ya kuat tidak bisa membuatku berdiri.

"Kita kedokter ya sayang biar lebih tahu sudah berapa bulan usia kandungan kamu?" pintanya sambil mengelur-elus wajahku dengan jari tangannya. aku menganggukan kepalaku sambil tersenyum kearahnya, Bryan itu tidak terlalu besar tingginya hanya 174 beratnya hanya 65 kg cuma karena aku memiliki tinggi 163 dan bobotku hanya 45 kg itu yang membuat Bryan suka sekali menggendongku dan menganggapku anak kecil yang bisa didusel-dusel olehnya.

***

aku masuh memandangi hasil lab hasil pemeriksaan kandunganku seperti tidak tidak percaya setelah 5 bulan menikah dan setiap bulannya aku kecewa karena selalu datang saja sang tamu.

"Jadi kalau sudah 6 minggu berarti kandungan kamu sudah masuk 1 bulan 1/2 donk, inget pesan dokter ya jangan terlalu lelah sama banyak pikiran," Bryan menghentikan langkahnya karena sepertinya dia kesal karena aku tidak memperhatikan omongannya. aku membalikan tubuhnya menatapnya karena dia sepertinya kesal akhirnya aku berjalan kembali kearahnya.

"Aku dengar kok sayang, hanya aku terlalu senang dengan hasil lab ini, pulang yu kamu gak mau nengokin dedenya bayi," kataku menggoda sambil tersenyum menatap matanya. sebenarnya hal seperti ini biasanya yang dilakukan Bryan jika aku merajuk karena menurutnya dari pada buang-buang energi untuk hal yang tidak berguna, lebih baik diselesaikan diatas kasur. Tadinya aku sempat sebal tapi dipikir-pikir benar juga buktinya sekarang menghasilkan dede bayi dalam perutku.