Chereads / stuck with yours love / Chapter 20 - Part 20. Mistery yang mulai terkuak.

Chapter 20 - Part 20. Mistery yang mulai terkuak.

Aku menatap dokumen laporan kekuangan yang harus ku periksa, dengan sabar Indri membantuku memeriksa satu persatu ditambah dengan Erik yang memang seorang akuntan yang dipercaya suamiku. Setelah dia menemukan kejanggalan-kejangalan laporan keuangan dulu, Bryan tidak akan memilih orang untuk dipercaya membantu pekerjaan penting pada perusahaan dia akan menyelidiki latar belakang keluarganya dulu baru dia bisa menempatkan diposisi mana orang tersebut bisa ditempatkan. sejak kejadia penggelapan dana terdahulu serta pemalsuan dokumen membuat Bryan jaih lebih hati-hati.

"Dri nanti dipisah ya laporan yang pengeluaran sama pemasukkan tahun kemaren jangan sampai tercampur dengan yang sekarang,"Indri menganggukan kepalanya sementara jempolnya dia acungkan kepadaku.

pintu ruanganku diketuk dari luar tak lama kulihat kepala Bryan muncul disana.

"kau sibuk?" tanyanya sambil melihat ruanganku yang dipenuhi oleh dokumen yang berserakkan.

"Lumayan," aku menjawabnya sambil tersenyum.

"Wih aku pikir ada gempa bumi sampai berantakan gini, seperti kapal pecah,"Bryan meledekku.

"kalau kapal dilaut kalau gempa bumi didaratan ,"kataku membalas ledekannya.

"Ada apa emang pak bos sampe nyamperin kesini, pak bos lagi cari temen ngerumpi ya,"godaku sambil tertawa kulihat Indri tersenyum sementara Erik bingung dengan lawakan recehku.

"Gak, mau ajak kamu main coklak," jawabnya kesal.

"Ih ngambekan kaya pembantu," godaku sementara Indri nyaris tertawa namun dia mendekap mulutnya dengan tangannya.

"Sembarangan bilang aku pembantu, jongos lagi," Bryan menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena kesal dengan jawabanku.

"Ada apa memang bos cari aku?" tanyaku mulai serius.

"Idih mukanya serius amat kaya lagi ngejain soal ujian,"Bryan berkata asal yang membuatku melemparnya dengan kertas bekas yang aku gulung seperti bola.

"Randy punya info baru, mau kesana gak, ya udah kalau gak mau,"Bryan membalikkan tubuhnya siap pergi meninggalkan ku.

" Tunggu, belom juga dijawab udah main pergi aja,"aku berjalan kearah pintu dimana Bryan berdiri.

"Ihhhh aku kan kepo juga.....," aku berlari menyusul kearah Bryan yang siap-siap meninggalkanku. aku saat ini lebih sering menjawab obrolan dengan Bryan dengan candaan, aku berharap Bryan bisa kembali seperti dulu, yang menurut orang-orang dekat dengan Bryan itu bahwa Bryan adalah orang yang ceria dan menyenangkan tidak seperti sekarang jika dengan orang yang tidak begitu kenal ataupun pegawai lainnya iya cenderung dingin dan tidak perduli.

aku berjalan mengikuti Bryan menuju ruangan Randy.

"Sayang tumben kenapa Randy tidak disuruh keruangan kamu saja?" aku agak bingung karena biasanya jika ada permasalahan atau pun hal yang harus dilaporkan biasanya Bryan lebih suka menunggu diruangannya.

"kamu akan lihat sendiri kenapa kita yang harus keruangannya," Bryan lalu merangkul pundakku untuk masuk kedalam lift dan turun kelantai 3, beberapa orang yang berpapasan dengan kami hanya tersenyum dan menuduk hormat melihat kami, Bryan memang tidak pernah sungkan menunjukan rasa sayangnya padaku pada orang-orang, baik ditempat kerja maupun di depan umum lainnya dia lebih terkesan posesif apalagi ditambah aku yang sedang hamil. Tidak lama pintu lift terbuka Bryan, membawaku keruangan yang yang sebelumnya merupakan gudang tempat penyimpanan proferti yang tidak terpakai dan aku baru melihat ruangan ini menjadi lebih nyaman dan rapi.

memasuki ruanganan dengan memiliki akses kusus berarti ruang ini adalah salah satu ruangan penting sama halnya dengan ruangan Bryan dan serta jajaran manager lainnya.

"Wahhhh," itu kata-kata yang aku keluarkan dari mulutku ketika kuliahat banyak layar LED yang lumayan besar serta peralatan komputer lainnya.

"Ruangan apa ini?" Aku berkata dengan kagum sementara kulihat ada beberapa orang berpakaian rapi sedang sibuk didepan komputernya masing-masing serta Randy yang sedang duduk dikursi kebesarannya didepan layar komputer dihadapannya.

"Hai ka," Randy berdiri dari kursi kerajaannya.

"Wihhh aku baru liat ruangan seperti ini secara langsung, aku pikir ruangan seperti ini hanya ada di film-film," kataku sambil melihat sekelilingnya

"Yap semua control dan mobilitas karyawan ada disini termasuk ponsel yang dipakai," Randy nyengir kearahku sambil mengangkat-angkat alis matanya yang membuatku sebal.

"Ich apaan sih lu biasa ajah deh mukanya," aku menoyor kepala Randy dengan kesal. Bryan hanya tertawal melihat kelakuan kami seperti kucing dan anjing jika bertemu.

"Jadi apa yang mau kamu sampaikan Ran," aura pemimpun Bryan keluar, aku hanya mengurut-urut keningku dengan telunjuk sambil menunduk melihat gaya Bryan jika sedang berhadapan dengan bawahnya. Randy berjalan keruangannya kemeja kerjanya.

"Ini," Randy memperlihatkan gambar pada layar monitor komputer pada kami.

"Sinyal Telepon yang private number lokasinya sama dengan orang yang mensabotase CCTV dilantai ka Bryan, mereka mesabotase melalu sinyal Telepon Ka Bryan dan Ka Nita, pintar memang tapi gak usah khawatir dia hanya menggunakan sinyal kakak sebagai penghubung kejaringan komputer yang ada dan sekarang semua sudah saya Proreksi jadi dia mau telepon berkali-kalipun tidak bisa mensabotase lagi," jelas Randy.

"Apakah semua komputer di kantorpun sudah terproteksi dengan aman?" tanya Bryan Penasaran.

"Pastinya, jika ada yang berusaha masuk maka kita alarm akan memberitahukan dan saat itu juga kita akan tau dari mana orang yang berusaha menerobas sistem keamanan jaringan komputer disini," Bryan tampaknya cukup puas dengan informasi yang diberikan oleh Randy.

"Jadi siapa orang yang telah mensabotase CCTV dikantor itu Ran?" tanyaku penasaran.

"Indra dan teman-teman sedang berkunjung kesana sebentar lagi mereka akan menghadap kok?" Randy tersenyum licik, senyum yang selalu dilakukan jika dia berhasil menjatuhkan lawannya.

Tak lama panggilan telepon masuk keponsel Randy.

"ya,"

"..."

"sebentar aku tanyakan,"

"Kak, orang ini mau diintrograsi dimana?" Randy bertanya pada Bryan sambil tidak mematikan teleponnya.

"Ruang sebelah saja aku sudah suruh Adi yang mengurusnya,"

Bryan lalu duduk dikursi yang berada didekat meja Randy dan tersenyum seperti mendapatkan mainan baru. Aku hanya memandai mereka.

"Permainan apa sebenarnya yang ada diotak mereka," pikirku dalam hati. lamunanku terhenti ketika ponsel Bryan berbunyi.

"Kelantai 4, di samping ruang Randy, aku ada disini," Tak lama Bryan menutup panggilan masuk ke ponselnya.

"Kamu mau disini atau kembali keruang kamu, kalau mau kembali aku antar," Bryan menatapku.

"Aku mau akan disini sampai bisa melihat wajahnya baru nanti kembali keruanganku," aku duduk disamping Bryan dia tersenyum lalu membelai Rambutku.

"kamu nanti lihat saja dimonitor tidak usah masuk keruangan sebelah ya," aku hanya menganggukan kepalaku, rasa penasaran yang membuatku masih berada di lantai 4.

Tidak butuh waktu lama Adi sudah ada di lantai 4, seperti yang pernah aku bilang Adi itu sangat ramah dan menyenangkan kalau kita tidak mencari gara-gara dengannya dan Adi akan berubah menjadi singa yang ganas jika menghadapi orang-orang yang mengusik dirinya, Adi adalah sahabat Bryan sejak kecil namun ayahnya yang seorang diplomat membuat dirinya harus berpindah-pindah dari negara satu kenegara yang lain mengikuti tugas ayahnya namun ketika SMA mereka bertemu kembali dan kuliah di negara yang sama dengan Bryan. mereka seperti saudara yang selalu saling mendukung dan melindungi satu dengan yang lainnya.

"Mereka belum sampai ?" tanyanya pada Bryan.

" Belum tapi sudah dijalan," lalu Adi menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan tempat intrograsi nanti.

"Data mereka mana Ran?" Randy memberikan berkas yang sudah dia print kepada Adi.

"let's play," Adi tersenyum seperti menantikan mendapatkan hadiah besar untuk dirinya, Sementara aku hanya duduk dikursi menantikan permainan yang akan mereka lakukan.

***