Adi duduk di sofa depan meja kerja Bryan sementara aku hanya memandangi Bryan yang belum selesai memeriksa laporan.
"Jadi sampai kapan aku harus melihat bos besar sedang menatap laptopnya" Adi sepertinya mulai kesal karena hampir 30 menit dia memperhatikan Bryan yang tidak selesai-selesai memeriksa laporan yang di berikan oleh setiap departemen, walaupun untuk menunggu Bryan selesai dengan pekerjaannya aku ngobrol dengan Adi tapi menunggu orang yang bekerja tentulah membuat lama-lama aku dan Adi bosan, belum lagi sebenarnya pekerjaan kami juga banyak.
" Sory nanggung dy," tanpa dosa ia masih melihat laptopnya, akhirnya aku berdiri.
"Kalau kamu masih lama lebih baik kami keluar saja masih banyak pekerjaan yang musti kami kerjakan juga," aku memandangnya kesal entah mengapa sejak dinyatakan hamil dan kandunganku sudah masuk minggu kelima membuatku jadi lebih sensitif. Bryan langsung menghentikan kegiatan dia menatap Adi, sementara Adi hanya mengangkat bahunya.
"Maaf sayang aku cuma butuh waktu 10 menit kok buat menyelesaikan pekerjaan ini," Bryan berusaha menahanku.
"10 menit kata kamu, kamu tau gak sih kita nunggu kamu berapa lama?, hampir 1 jam Bryan. okey kamu bos nya tapi bukan berarti kami ini kacung yang cuma planga plongo nungguin beresin kerjaan kamu, kita juga punya tanggung jawab," aku menatapnya kesal karena aku tidak tau apa sebenarnya apa yang ingin dia bicarakan? sebenarnya dulu juga Bryan sering seperti ini memanggil karyawannya untuk membicarakan hal penting tapi dia sendiri belum selesai menyelesaikan pekerjaannya namun ketika aku sudah menjadi sekertarisnya aku lebih bisa mengatur mana perkerjaan yang harus dia prioritaskan dan mana yang masih bisa dinantikan, apalagi sejak menikah tidak ada kata kekantor sampai lebih dari jam 9, aku akan menyeretnya, kebiasaan Bryan yang senang menunda pekerjaanpun sudah tidak pernah ada lagi.
"Kok kamu ngomongnya gitu sih aku gak ada niatan membuat kalian nunggu lama kok," Bryan memandangku dengan wajah sedih, akhirnya aku berjalan ke meja kerjanya mengecek apa sebenarnya dia sedang kerjakan.
"Ini ngapain kamu kerjain?" aku menunjuk kearah laptop yang ada didepan.
"Itu kan proyek yang gak jadi kita ambil, emang ada perubahan untuk ngambil proyek itu ?" tanyaku, dia menatapku bingung.
"Maksud Kamu?" Bryan seperti benar-benar tidak paham dengan apa yang aku maksud.
"Ya ampun Bryan," aku menepuk jidatku. "Ini proyek pembangunan dilahan sengketa yang kata si pemilik tanah ini tidak pernah dialihkan pada siapapun karena masih menjadi sengketa antara dia dan keluargannya, ya...walaupun teman kamu si Endro bilang masalahnya udah selesai dan dia udah beli, ternyata apa buktinya setelah di cek ke BPPN tanah itu belum dialihkan ke pemilik baru, dan kamu bilang dari pada urusan panjang mendingan gak usah diambil, Kok sekarang malah kamu periksa dan udah jadi laporan ," aku menatap Adi dan Bryan bergantian. Merasa penasaran Adi meihat berkas Map kuning yang ada diatas meja Bryan.
"Bukannya semua Proyek bisa Lolos kalau aku cek ulang dulu ya, Kok bisa ada di Meja kamu?" Adi menatap isi map dan disana ada surat perintah pengerjaan pembangunan yang sudah dia tanda tangani olehnya.
"Kapan gue tanda tangani berkas ini dan shitttt!" adi berteriak sambil membelalakan mata, semetara aku dan Bryan saling menatap Adi.
"Maksudnya gimana?" Bryan menatap kearah Adi dan menarik kertas ditangan Adi.
"Itu tanda tangan gue di scan bukan tanda tangan basah lagi, lalu kenapa bentuk stampel Lolosnya berbeda dengan yang kita punya?" Adi membuka map lain yang ada di meja Bryan.
"Kamu lihat ini dengan proyek Hotel ini, stampel Lolos nya berbeda huruf karena memang ini huruf yang orang desain kita buat sendiri," Adi memperlihatkan contoh stempel pada dua kertas yang berbeda. Kami saling memandang tak lama Adi mencabut USB yang menenpel di Laptop Bryan.
"Flasdisk ini kamu dapat dari mana?"Adi kembali bertanya pada Bryan.
"Dari map kuning itu , aku mengerjakan untuk diperiksa karena sudah ada surat perintah pengerjaan makanya aku mengecek ulang dan setelah iu berniat menanda tangani untuk persetujuan proyek tersebut.
"Gila...."Aku menggeram dan memandang Adi serta Bryan.
"Siapa yang sudah berani memalsukan berkas in?" Bryan memandangku dan Adi sepertinya dia sudah mulai gerah.
"Indri, Taufan," aku berteriak memanggil 2 sekertarisnya, kesal karena berkas tidak penting mengapa harus ada di meja Bryan. serempak Indri dan Taufan berlari masuk dan menatapku.
"Ini kenapa ada di meja Pa Bryan?" aku melempar map kuning kearah Indri dan Taufan.
"Saya tidak menaruh dokumen itu di meja bapak," Indri memandang Taufan.
"saya juga sama, saya hanya memberi Flasdisk biru yang ditaruh di Map coklat," Taufan seperti bingung juga.
"Lalu kenapa ada data untuk proyek ini di mejaku?" Bryan menunjuk kearah Map kuning di mejanya.
"Cek CCTV minta kebagian keamanan siapa yang sudah masuk keruangan ini mulai kemarin sore sampai tadi pagi," Perintahku Taufan langsung keluar menuju ruang operator keamanan gedung dan diikuti oleh Indri , mereka sudah paham tidak harus menunggu perintah. Bryan duduk disofa sambil mengurut keningnya, dia merasa pening dengan apa yang terjadi kantornya akhir-akhir ini. tak lama Indri dan Taufan sudah kembali keruangan Bryan.
"Bagaimana ?" Bryan sepertinya penasaran.
"Dari hasil yang kami lihat tidak ada pergerakan yang mencurigakan di ruang bapak, mulai jam bapak keluar kantor dan begitu juga malam tidak ada yang masuk keluar ruangan Bapak," Taufan mencolokan copy data dari USB yang dia bawa.
"Tunggu, sekurity yang bertugas dijam itu siapa dilantai ini?" aku bertanya karena tidak ada pergerakan sama sekali mulai jam 6 sore hingga pagi baru ada pergerakan setelah jam 7.30 pagi.
"Tolong di cek siapa yang bertugas?" aku memerintahkan Indri melihat jadwal tugas keamanan gedung yang bertugas waktu sore hingga pagi.
"Kalau jam 2 siang sampai jam 9 Sobri dan Iwan mulai jam 9 sampai jam 5 pagi Syarif dan Mustofa jam 5 sampai jam 2 Didi dan Faizal" Indri menjelaskan.
"Panggil mereka semua jika tidak ada telepon ke ponselnya aku ingin mendengarkan penuturan mereka, mengapa mereka tidak Patroli jam segitu harusnya mereka patroli terutama ketika sudah tidak ada orang dikantor," Bryan memandangku lalu dia setuju dengan pemikiranku tak lama Taufan menghubungi perugas jaga pada hari itu dilantai 8 dimana ruangan Bryan berada. Tak lama komanda keamanan datang ke lantai delapan setelah aku perintahkan Indri menyuruhnya naik kelantai delapan.
"Harusnya mereka berkeliling Bu, itu sudah jadi SOP penugasan tidak hanya diruang ini saja setiap lantai juga sama, dan saya yakin mereka melakukan karena setelah Patroli dan dinyataka aman mereka akan menginfotmasikan ke pada Komandan tugas bahwa mereka sudah patroli dan waktu itu saya yang bertugas menjadi komandan regu pada hari itu," Indro yang merupakan Komandan Keamanan menjelaskan step tugas dari semua sekuriti yang ada.
"Okey kalau begitu kita tunggu mereka datang." tak lama Didi dan Faisal mengetuk ruangan Bryan lalu dia menjelaskan bawa setelah alih tugas dia bolak balik keruangan pantri untuk membuat kopi dilantai 8 karena kalau bertugas pagi dia belum sarapan dari rumah oleh karenanya dia akan keruangan Pantry untuk membuat kopi , dan yang seharusnya pergerakan itu ada dan tertangkap CCTV. Aku hanya diam sambil berfikir tak lama Adi meminta pada anak buahnya tentang kejanggalan CCTV yang ada dilantai 8.
"Sepertinya ada yang mematikan CCTV Dilantai ini sekitar jam 6 sore sampai jam 7.30," Indra yang merupakan anak buah Adi mengimpormasikan dan setelah dia mengecek pengoperasian CCTV diruang Operator.
"Tapi siapa yang mematikan mas karena saya dan bebarapa yang bertugas tidak ada yang memantikan CCTV untuk lantai 8?" Indro memastikan.
"Tidak langsung dari komputer diruang CCTV, Karena kalau dari sana waktu akan berhenti juga namun di monitor komputer CCTV waktu terus berjalan," Indra kembali menjelaskan.
"Berarti ada yang sabotase?" Adi bertanya pada Indra untuk meyakinkan.
"Betul sekali," Indra menjawab hasil diinvestigasi ruang Komputer CCTV.
Aku memandangi Bryan yang sepertinya semangkin pusing, aku tau pasti pesaing bisnis kami memang banyak namun kami tidak menyangka bahwa cara licik seperti ini juga dilakukan untuk menjatuhkan lawan.
"Padahal kita sudah menggunakan sistem keamanan komputer tercanggih tapi gila masih saja bisa kebobolan," Adi sepertinya juga mulai pusing.
"Hacker saat ini sepertinya semangkin canggih," Aku memandang Bryan lalu mengambil ponselku yang berada diatas meja Bryan.
"Kamu dimana?" tanyaku setelah telepon yang kutuju diangkat. setelah dia menjawab aku kemudian memerintahkannya untuk datang kekantor Bryan tanpa menunggu perintah untuk kedua kalinya dia mengiyakan lalu mematikan teleponnya.
"Kamu telepon siap?" Bryan menatapku.
"Nanti juga kamu tau," lalu aku menyuruh para sekuriti untuk meninggalkan ruangan dan mengingatkan mereka kemungkinan hari itu ada yang orang yang mungkin saja mencurigakan gerak-geriknya, setelah mereka keluar aku meminta Indri untuk membuatkan teh manis hangat dengan gula batu, sepertinya otakku sudah mulai pening