"Kamu sudah menanda tangani SK penambahan Staff Nita?" Papah Hermawan bertanya pada Bryan ketika dia mendatangi ruangan Bryan.
"Kalau begitu katakan saja Papah yang tidak setuju dengan perombakan itu, dan kalau mau dirombak harus Nita yang melakukan Karena semua akan berada dibawah tanggung jawabnya, HRD bisa saja mengusulkan, tapi putusan terakhir ada di Arnita," Papah Hermawan saat ini memang sudah tidak terjun langsung mencampuri urusan perusahaan dan saat ini dia menjabat komisaris namun beliau tetap mengawasi dan akan turun tangan jika ada masalah yang sekiranya sangat krusial barulah dia terpaksa turun tangan.
"Baik pah kalau gitu aku akan menjelaskan dirapat siang ini," baru saja Bryan selesai berbicara tiba-tiba pintu diketuk biasanya kalau sedang ada Papah Hermawan didalam Ruangan ini, aku tidak akan mengizinkan siapapun masuk. Selain itu biasanya Indri atau Taufan akan mengabari akan ada yang datang keruangan Bryan. Aku memandang Bryan lalu berdiri melihat siapa yang mengetuk pintu.
"Ada perlu apa?" aku melihat Dini berdiri didepan pintu.
"Saya mau menyerahkan ini mba," dia menunjukan map yang dibawanya. aku keluar lalu menutup pintu ruangan Bryan.
"Apa ini? " aku bertanya karena tidak merasa memerintahkan apapun pada Dini atau staff yang lainnya,
"SK mba dan saya disuruh menyerahkan langsung kepada Pak Bryan," Dia memegang map yang dikatakan SK tadi, aku mengerutkan keningku bingung
"Siapa yang memerintah, tidak ada surat yang masuk untuk Pak Bryan yang tidak melewati saya," aku menarik map ditangan Dini dan membaca isi surat tersebut dan disana tertulis nama Dini sebagai sekretaris utama dan sudah ditanda tangani Yudi juga beberapa staff lainnya dan ada dua nama yang tidak aku kenal sama sekali. Karena aku pernah bertugas dibagian HRD tentu saja akan tau siapa saja orang-orang disana yang kompeten dan loyal pada perusahaan. Aku memandangnya.
"Atas perintah siapa surat ini dibuat, tidak ada pengalihan tugas seperti ini dan saya tau suami saya belum menyetujui apa-apa tentang posisi ini dan siapa yang bilang kamu akan menggantikan saya?" aku sengaja menekankan kata-kata Suami dengan jelas agar tidak membuatnya ambigu, aku tidak mau perusahaan yang sudah dibangun oleh Papa Hermawan akan jatuh karena orang-orang yang tidak jelas.
"Sudah kamu kembali sana dan saya ingatkan kalau didalam ada Pak Hermawan, tidak seorangpun boleh masuk kesana kalau tidak ada perintah saya, Paham!" aku berkata agak sedikit keras, sepertinya aku harus mulai waspada agar orang yang ingin mengambil keuntungan dengan tidak adil bisa dicegah dan aku yang terbiasa menganalisa masalah, baru memutuskan adalah hal yang sangat penting buat aku diposisi sekarang aku tidak perduli orang mau bicara apa yang penting perusahaan ini akan aku jaga sampai kapanpun. Lalu aku masuk kembali dan meninggalkan Dini didepan pintu.
"Ada apa sayang?" Bryan bertanya ketika melihat wajahku cemberut dan Papah hanya melirikku tersenyum.
"Ini siapa yang memerintahkan Dini untuk menggantikanku?" aku memberikan map kepada Bryan, dia sedikit terkejut tak lama Bryan langsung menelepon Yudi dan menyuruhnya keruangannya. aku hanya duduk disofa depan Papah Hermawan. Tidak perlu waktu lama Yudi datang dia agak terkejut ketika diruang Bryan ada aku dan Papah. Sebenarnya dulu manager HRD itu om Indro tapi karena beliau meminta pensiun mengingat usianya sudah 62 tahun dan Bryan menggantikan dengan Yudi yang dianggapnya paling senior di HRD, walaupun disana banyak yang lebih handal alasan Bryan waktu itu karena Yudi paling senior dan berpengalaman.
"Duduk Yud," Yudi duduk dikursi depan meja kerja Bryan.
"ini apa ya? perasaan tidak ada yang memerintahkan kamu untuk menggantikan Arnita sebagai sekertaris," Bryan memberikan map yang tadi dibawa oleh Dini.
"Maksudnya bagaimana Pak?" tanya Yudi ada raut bingung disana.
"Itu kan berkas yang kamu tanda tangani masa gak ngerti?" Bryan menatap Yudi dengan dingin. Yudi membaca berkas yang dibawa Dini tadi. dan dia terdiam ketika membaca berkas terakhir lalu memandang Bryan sebentar.
"Betul pa tapi saya hanya membuat surat keterangan pemindahan mereka dibawah kesekretariatan, karena saya juga harus secepatnya mencari pengganti mereka, agar tidak keteter soal pekerjaan tapi surat yang terakhir ini tidak ada perintah saya Pak, semua lima-limanya isinya sama dan saya memang yang menyuruh dini untuk mengerjakan," Yudi menjelaskan tentang isi surat nya.
"Jadi maksud kamu?" Bryan mengerutkan keningnya dia merasa perlu penjelasan lebih lanjut.
"Kemarin Bapak meminta tambahan 3 orang untuk membantu Mba Arnita diluar Mas Taufan dan Mba Indri, oleh karenanya saya menambahakan Ira, Dini dan Andika kemudian Bapak juga bilang kalau nanti mereka akan dibawah kesekretariatan tidak dibawah HRD lagi oleh karena itu saya buatkan SK pemindahan dan isinya adalah pemindahkan dari Departemen HRD kesekertariatan," kembali Taufan menjelaskan isi Sk yang dia buat dan Bryan sepertinya paham.
"Lalu yang itu yang Dini kenapa isinya seperti itu dan disitu jelas-jelas ada tanda tangan kamu?" Bryan terus mencecar Yudi, aku dan Papah Hermawan hanya mendengarkan.
"Ini sepertinya salah saya juga Pak, karena setelah memerintahkan surat itu dibuat saya hanya membaca kertad lembar pertama tidak membaca belakangnya karena saya berfikir isinya sama hanya perubahan nama, nomer induk dan nomer SKnya saja, tapi tidak ada perintah ini Pak," Yudi mengeluarkan lembaran SK yang untuk Dini.
"Okey kalau begitu ini yang empat nanti akan diperiksa dulu oleh Arnita dan masukkan juga CV dari Andika dan Ira, untuk masalah Dini bisa anda panggil keruangan saya sekarang?" Bryan memisahkan map yang berisi SK pemindahan kecuali yang atas nama Dini.
"Baik Pa saya akan memanggilnya," Yudi kemudian menelepon sekretarisnya untuk memerintahkan Dini keruangan Bryan. Aku mendekati meja Bryan lalu mengambil 4 map yang sudah dipisahkan oleh Bryan dan kembali duduk di sofa depan Papah Hermawan. Tak lama pintu ruangan di ketuk.
"Masuk!" kali ini suara Bryan terdengar agak kencang. Dini tersenyum seperti senang namun senyumnya terhenti ketika dilihat Diruang itu tidak hanya ada Bryan.
"Maaf Pak, ada yang bisa saya bantu," aku sempet terkejut dengan perkataan yang seolah-olah dia sudah menjadi Sekretarisnya.
"Tidak, saya tidak butuh bantuanmu, saya cuma ingin penjelesan ini," Bryan melemparkan Map kehadapan Dini ketika dia sudah berdiri depan meja Bryan. Dini mengambil berkas yang dilempar Bryan lalu membacanya seolah dia tidak tau apa isinya.
"Apa penjelasan mu karena menurut Yudi dia hanya memerintahkan kamu untuk membuat SK pemindahan bukan SK penggantian kedudukan," aku hafal benar dengan sifat Bryan, namum sepertinya saat ini Bryan mulai bisa lebih mengendalikan Emosi. Biasanya jika ada anak buahnya yang tidak beres dia tidak pernah memberikan kesempatan orang tersebut untuk membela diri,tapi langsung mengomeli nya dengan bukti-bukti dan tidak jarang kata-kata Bryan membuat orang tersudut .
"Maaf Pa sepertinya saya mengambil yang salah karena pertama saya print ini semua tapi setelah saya baca yang punya saya salah, lalu saya buat yang satunya tapi yang terbawa ya salah," Dini memberi alasan yang menurutku tidak masuk akal. Bryan menatap Dini seperti orang kesal dengar alasan bodohnya.
"Padahal tadinya saya mau jadikan kamu sekretaris saya, tapi berhubung kamu cerobah sepertinya saya batal," Bryan merobek SK Dini.
"Bisa hancur perusahaan saya kalau punya Sekretaris seperti kamu," Bryan menatap tajam pada Dini.
"Tapi saya bisa memperbaikinya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi Pa," Dini malah menjawab yang justru membuatku semakin mual. Aku lihat Bryan hanya tersenyum sinis senyum yang sangat aku hapal kalau dia tidak menyukai sesuatu.
"Yudi, kamu bawa Dini keluar dan terserah kamu mau diapakan yang pasti saya tidak ingin lihat dia lagi masuk keruangan saya," nada Bryan tegas dan Yudi sepertinya sudah sangat tahu dengan sifat Bryan.
"Dan satu hal lagi, ini peringatan keras buat kamu karena tidak teliti dalam menanda tangani surat penting seperti ini," Bryan memandang Yudi dan Yudi hanya menganggukan kepala.
"Terima kasih Pak dan maaf atas keteledoran saya, saya berjanji akan lebih teliti dan hati-hati lagi, saya permisi dulu Pak," Yudi berdiri lalu tersenyum ke arah aku dan Papah Hermawan dab menganggukan kepala kemudian keluar dengan mendorong Dini.
"Aku penasaran dengan CV Dini," aku memandang kearah Bryan. Bryan menatapku heran namun dia tau jika instingku sedang bermain.
"Apa rencanamu?" Bryan menatapku.
"Nanti kamu akan tau" Jawabku sambil mengedipkan mataku sebelah, yang membuatnya tertawa dan berdiri dari kursinya, Papah yang melihat gelagat gemas Bryan ikut berdiri.
"Mau kemana Pah?" tanyaku melihat beliau berdiri dan hendak keluar.
"Ngapain Papah, disini ngiliat kalian bermesraan" Papah tertawa lalu berjala kearah Pintu.
"oh iya hasil penyelidikanmu nanti infokan pada Papah, Papah ingin tau orang dibalik tindakan konyol Dini," sepertinya pemikiranku dengan Papah sejalan. Sementara Bryan masih menatapku bingung.
"Maksud Papah apa sih sayang?" Dia duduk disofa sebelahku.
"Ada deh nanti kamu tau sendiri," aku menatapnya manja. Bryan langsumg mengambil pipiku oleh kedua tangannya.
" Oooh jadi sudah main rahasia nih?" Bryan penasaran. aku tersenyum namun tertahan oleh kedua tangan Bryan yang ada dipipiku yang membuatku bibirku menjadi manyun dan Bryan malah menciumku, tangannya berpindah kepinggangku dan menarikku lebih dekat lagi padanya, aku meletakan tanganku di lehernya dan membalas ciumnya.
***