Chereads / Daisy Chain / Chapter 8 - Viral

Chapter 8 - Viral

Daisy sedang berjalan di Koridor sekolah menuju kelasnya. Banyak sekali pasang mata yang menatap Daisy dengan tatapan sinis sambil berbisik tapi Daisy tidak menyadarinya. Karena Daisy sedang menyumpal telinganya dengan earphone sambil bersenandung kecil menyanyikan lagu Passcode-Jannine Weigel.

What's your passcode?

How do you treat your mama?

Does your ex give you drama?

Thing that I've gotta know

How many past hoes?

Do you believe in karma?

What color is your aura?

Things that I gotta know

Did you lie? If you say no, you're liar

You could go, I need honesty, transparency

No sugar coats

I won't be judgmental, maybe Sentimental

All I want is to be with you

'Cause I like you, boy, I really like you

But I been through the fire too many times

So I gotta know, gotta know

Ella yang melihat Daisy langsung menarik tangan Daisy hingga Daisy yang sedang bersenandung terhenti akibat ulah Ella. Ella menyeret Daisy ke samping tangga agar Ella bisa ngomong ke Daisy dengan tenang tanpa gangguan dari siapapun.

"Aduh! Ella ngapain sih lo tarik-tarik tangan gue?" Daisy menarik paksa tangan nya dari genggaman Ella.

"Sakit tau." Daisy mengelus pergelangan tangan nya yang terasa sakit karena di cengkram kuat oleh Ella.

"Heh! Gue tuh narik-narik tangan lo ada alesan nya!" Ella.

"Hah? Lo, lo ngomong apa sih? Gak kedengeran sumpah di telinga gue." ucap Daisy dengan wajah o2n nya.

Ella memutarkan bola matanya malas dan langsung mencabut earphone dari telinga Daisy dengan kasar hingga membuat Daisy kaget.

"Sekarang lo jawab pertanyaan gue." Ella memegang bahu Daisy.

"Lo kemarin pulang sekolah kemana?" sambung Ella.

"Ke rumah lah." jawab Daisy.

"Maksud gue sebelum pulang ke rumah, lo kemana?" tanya Ella gereget.

"Ke pasar malam." jawab Daisy dengan wajah polosnya.

"Sama Rian?" tebak Ella.

"Kok lo bisa tau?" tanya Daisy bingung.

"Sekarang bukan gue doang yang tau tapi semua murid yang ada di sekolah ini tau kalo lo tadi malem pergi sama Rian ke pasar malam." jelas Ella.

"Kok bisa sih?" gumam Daisy yang di dengar oleh Ella.

"Ya bisa lah, masa gak bisa." Ella yang melipat tangan nya di depan dada.

"Mending sekarang lo buka grup kelas. Soalnya di situ ada foto lo sama Rian dan pastinya mereka lagi pada gosipin lo sama Rian." Daisy langsung mengambil ponselnya yang ada di dalam tasnya.

Daisy langsung membuka grup kelas nya dan benar apa yang di katakan Ella. Ada foto dirinya bersama Rian saat dirinya ingin mengambil permen kapas dan hampir jatuh di bangku taman yang ada di pasar malam itu dan untungnya di tolongin oleh Rian.

Bukan hanya ada foto tetapi semua member yang ada di grup itu sedang menggosipin dirinya dengan Rian.

"Ella." panggil Daisy sambil memasukan ponselnya ke dalam tas warna hitam milik nya.

"Emmm..." Ella yang sedang fokus melihat kuku nya yang baru di cat.

"Irene siapa?" tanya Daisy. Tadi saat Daisy membaca gosip tentang dirinya di grup kelas. Ada salah satu dari mereka menyebutkan nama Irene. Mangkannya Daisy bertanya kepada Ella.

"Lo belum tau siapa itu sih Nenek lampir?" Ella bukan nya menjawab malah balik tanya ke pada Daisy.

"Nenek lampir?" tanya Daisy dengan ekspresi bingungnya.

"Kak Irene itu kalo di panggil sama murid yang ada di sini ya Nenek lampir." jelas Ella dengan sedikit emosi.

"Kenapa di panggilnya Nenek lampir?" Daisy yang masih bingung.

"Ya karena sifat nya yang udah kaya Nenek lampir."

"Kok gue baru tau ya." Daisy yang bingung kenapa dirinya baru mengetahui ini semua. Padahal ia sekolah di sini udah seminggu.

"Gue juga sih sebenernya baru tau tadi pas mau ke kelas. Kan lo tau kalo gue tuh sebelum ke kelas ngerumpi dulu di Koridor sama temen-temen yang lain dan kebetulan mereka pada ngomongin sih Nenek lampir itu." jelas Ella.

"Katanya hari ini dia udah masuk sekolah gara-gara liat foto lo sama Rian." sambung Ella.

"Dan sekarang kita harus menyelamatkan diri dari Nenek lampir itu. Mumpung belum bunyi bel masuk lebih baik kita ke belakang sekolahan terus kita panjat tembok belakang sekolah." Ella yang memberi saran.

"Kemarin-kemarin lo gue ajak bolos gak mau. Sekarang aja giliran gue males bolos lo ngajakin gue bolos." kesal Daisy.

"Ini bukan bolos Daisy Aurellia. Ini itu untuk menyelamatkan diri dari Nenek Lampir." geram Ella sambil mengepal tangan nya kuat di depan Daisy.

"Terutama menyelamatkan diri lo Daisy. Kalo lo gak menyelamatkan diri yang ada Nenek lampir itu bisa mencaci maki lo bahkan bukan hanya itu lo bisa mendapatkan kekerasan fisik." jelas Ella kepada Daisy.

"Gue gak takut." ucap Daisy dengan santainya lalu pergi dari hadapan Ella.

Daisy memang bisa di bilang pemberani. Daisy tidak takut dengan apapun setelah ia Amnesia. Mungkin Daisy harus berterimakasih kepada Amnesia nya karena berkat Amnesia dirinya menjadi pemberani tidak seperti Daisy yang dulu.

* * * *

Tiga orang perempuan dengan perawakan tinggi, berkulit putih, satu berambut rambut pendek sebahu dan dua orang berambut panjang sepundak. Salah satu dari mereka langsung mendobrak meja dengan sangat keras saat ia memasuki kelas 10-A. Hingga membuat seisi ruangan tersentak kaget dan ketakutan.

"MANA YANG NAMA NYA DAISY!" ucap orang tersebut dengan suara yang menggema di seluruh sudut kelas hingga membuat seisi kelas ketakutan dengan orang tersebut.

"Irene kaya nya Daisy gak ada di sini deh." yap benar yang mendobrak meja adalah Irene kakak kelas yang sangat di takuti oleh murid yang ada di sini.

"Gak. Gue yakin pasti Daisy di sini tapi dia gak berani menunjukkan batang hidungnya karena takut sama gue." ucap Irene dengan emosinya.

"DAISY KELUAR LO!"

"Kaya nya bener deh apa yang di bilang sama Maudi kalo Daisy itu gak ada di sini." Stella yang membenarkan ucapan Maudi.

Irene melihat ke samping. Di sebelah nya ada murid murid yang duduk di barisan paling depan. Irene langsung menatap murid itu dengan tatapan tajam lalu memegang dagu murid itu dengan sangat kencang. Sampai murid itu ketakutan. Bahkan murid itu menjatuhkan air matanya karena takut.

"Di mana Daisy?" tanya Irene yang setiap katanya ada penekanan sambil mencengkram kuat dagu murid itu.

"Sa, sa, sakit Kak." keluh murid itu karena dagunya di cengkram kuat oleh Irene. Namun Irene sama sekali tidak perduli.