Hari ini semua murid kelas 10 di suruh kumpul di auditorium untuk menampilkan bakat yang mereka miliki dari masing-masing kelas.
Daisy dan Ella menjadi perwakilan Kelas 10-A dalam acara pensi tahun ini. Sebenarnya yang di pilih menjadi perwakilan kelas 10-A adalah Ella tapi Ella malah ikut menyertakan nama Daisy dan berakhir lah Daisy ikut bersama Ella untuk menampilkan bakat yang mereka punya. Untung saja Ella dan Daisy memiliki bakat yang sama.
"Lo ngapain bawa-bawa nama gue?" tanya Daisy dalam perjalanan menuju auditorium.
"Karena gue gak mau tampil sendirian di atas panggung. Jadi lo harus temenin gue." jawab Ella.
"Kenapa?" tanya Daisy.
"Malu gue tampil sendirian di atas panggung," jawab Ella.
"Biasanya kan lo yang malu-maluin." canda Daisy yang diseratai tawa.
"Daisy!" geram Ella. Karena Daisy kabur setelah meledek dirinya.
"Awas lo ya." Ella yang mengejar Daisy.
Daisy berlari sembari sesekali melihat ke belakang apakah Ella semakin mendekat atau semakin menjauh. Karena Daisy terlalu sering melihat kebelakang sampai lupa untuk melihat ke depan. Daisy akhirnya menabrak dada bidang Rian dan dengan berbaik hati Rian memeluk Daisy agar nanti Daisy tidak terpental dan jatuh.
Ella memberhentikan langkahnya saat melihat Daisy sedang di peluk oleh Rian.
"Ekhemm." Ella berdehem lalu menepuk kan tangan nya seolah-olah ia sedang menepuk nyamuk.
"Aduh! Nyamuk nya banyak banget." lalu menginjak nyamuk nya dengan hentakan kaki yang kencang hingga Daisy dan Rian melepaskan peluk kan nya.
"Eum, maaf gue gak sengaja nabrak lo tadi," ucap Daisy dengan gugup.
"Lain kali hati-hati." ucap Rian yang di anggukan oleh Daisy. Karena Daisy sudah tidak tahan lagi berada di dekat Rian akhirnya Daisy memutuskan untuk pergi dari hadapan Rian dan meninggalkan Ella begitu saja. Rian yang melihat tingkah laku Daisy hanya tersenyum manis lalu berkata "Lucu."
Selama perjalanan menuju auditorium Daisy tak henti-hentinya mengoceh ke pada dirinya sendiri dengan suara yang agak kecil.
"Aduh..! Daisy jantung lo kenapa jadi kaya gini sih kalo deket-deket sama Rian," Daisy memegang dadanya yang sudah berdegup kencang.
"Perasaan kemarin-kemarin biasa aja deh tapi kenapa sekarang jadi kaya gini..." ucap Daisy dengan langkah yang sedikit di percepat.
"Itu tandanya benih-benih cinta Rian sudah tumbuh di hati lo Daisy," Bobby yang tiba-tiba dateng. Sebenar nya Bobby tadi baru saja keluar dari salah satu kelas yang di lewati Daisy dan tak sengaja juga Bobby mendengar ucapan Daisy.
"Astaga! Kak Bobby!" kaget Daisy.
"Sorry, sorry gue udah buat lo kaget." ucap Bobby yang disertai tawa.
"Bay the way kalo lo ada rasa sama Rian bilang aja sama gue entar gue kasih tau ke Rian." Bobby menawarkan bantuan.
"Apa sih Kak Bobby, orang Daisy gak suka kok sama Rian." elak Daisy sambil menunduk kan kepalanya karena pipi nya yang sudah memerah seperti kepiting rebus.
"Lain di mulut, lain juga di hati." Bobby yang mempercepat langkah nya dan meninggalkan Daisy.
Daisy memberhentikan langkah kakinya "Apa iya gue suka sama Rian?" tanya Daisy dalam hati.
"Daisy, di mana kak Bobby? Perasaan tadi gue liat ada kak Bobby di samping lo deh." Ella yang menghampiri Daisy.
Lalu Daisy menggelengkan kepalanya dan melanjutkan perjalanan nya menuju auditorium dan di susul oleh Ella.
"Daisy! Wait me..."
* * * *
Saat Daisy sudah sampai di auditorium. Daisy melihat banyak sekali bangku untuk murid yang menonton penampilan bakat dari perwakilan Kelas mereka masing-masing.
Karena kelas Daisy dan Ella adalah kelas pertama jadi Daisy dan Ella akan tampil pertama untuk perwakilan dari Kelas 10-A.
"Aduh! Aduh! Daisy perut gue mules banget nih... Aduh! kayanya akibat gue deg-degan deh," ucap Ella sambil memegang perutnya.
"Tapi kan kita mau tam__"
"Aduh! Gue cabut ke toilet dulu ya... Gue udah gak tahan!" izin Ella lalu pergi sambil memegang perutnya yang mules.
Daisy yang melihat kepergian Ella hanya melongo dan pasrah. Karena nanti dirinya pasti akan tampil di atas panggung sendirian.
"Oke. Sekarang kita akan saksikan penampilan bakat dari perwakilan Kelas 10-A!" ucap MC tersebut dengan lantang.
Daisy langsung menaiki anak tangga untuk sampai ke atas panggungnya dan Daisy melihat ada sebuah piano berwarna putih tepat di depan matanya dan entah kenapa Daisy melangkahkan kakinya mendekat ke arah piano dan duduk di bangkunya.
Jemari-jemari tangan Daisy memegang tuts piano. Dengan posisi badan yang sudah siap Daisy mulai menggerakkan jemari-jemari nya di tuts piano dan menutup matanya agar dirinya bisa menghayati musik yang sedang ia mainkan.
Daisy memainkan musik Canon dengan begitu indah hingga semua yang ada di auditorium terhipnotis dengan lantunan musik Canon yang dimainkan oleh Daisy.
Saat Daisy sedang menikmati lantunan musik Canon yang ia mainkan sambil memejamkan mata. Di balik matanya yang terpejam. Daisy melihat kilasan ada sebuah Piano putih di dalam ruangan kosong dan tak lama kemudian Daisy melihat ada dua orang yang satu terlihat dari postur tubuhnya yang agak lebih tinggi dan satunya lagi terlihat seperti anak kecil yang usianya sekitar 5 tahun. Namun Daisy tidak bisa melihat wajah dari kedua orang tersebut.
#Kilasan Daisy
"Kak Aldo, liat ada piano," ucap anak kecil itu yang Daisy lihat di kilasan nya.
"Lia mau Kak Aldo ajarin main piano?" ucap orang tersebut yang berjongkok agar bisa menyetarakan tinggi nya dengan gadis kecil itu yang di panggil Lia.
"Emangnya kak Aldo ngelti cala belmain piano?" ucap gadis kecil itu dengan khas cadel nya.
"Ngerti dong!" seru Aldo.
"Sini biar kak Aldo ajarin kamu main Piano." Aldo yang menggendong Lia. Lalu Aldo duduk di atas bangku piano dan Lia yang duduk di atas pangkuan Aldo.
Dari suaranya kedua orang tersebut terdengar sangat senang dan bahagia. Apa lagi saat anak kecil itu yang di panggil Lia bisa memencet tuts piano dengan lancar walau sesekali salah.
"Wow! Lia, Kamu emang adik kak Aldo yang pintar!" Aldo yang mencubit pipi Lia saat Lia berhasil memainkan penggalan musik Canon.
"Iya dong! Lia kan memang anak pintal." ucap Lia.
Saat Daisy melihat kilasan itu Daisy merasakan sakit kepala yang luar biasa dan entah kenapa Daisy tidak bisa membuka matanya bahkan Daisy masih memainkan piano nya di atas panggung dengan kondisi kepalanya yang pusing dan berkeringat.
Daisy sampai mempercepat gerakan tangan nya di tuts piano hingga suara piano terdengar aneh dan membuat semua orang yang ada di auditorium bingung dengan Daisy.