Daisy menekan salah satu tuts piano dengan waktu lama saat dirinya berhasil membuka matanya dengan nafas tersengal-sengal, meneteskan air matanya dan berkeringat.
Semua yang berada di auditorium menatap khawatir dengan kondisi Daisy yang seperti itu. Bahkan Rian yang melihat Daisy dalam kondisi berkeringat dan nafas tersengal-sengal langsung berlari ke atas panggung untuk menghampiri Daisy.
"Daisy, lo gak kenapa-napa kan?" Rian memegang pundak Daisy dan melepaskan jari Daisy yang masih membunyikan tuts piano. Namun Daisy tidak merespon ucapan Rian. Karena Daisy masih terdiam akibat syok dengan apa yang tadi ia lihat di kilasan nya tadi.
"Lia?" Rian menepuk-nepuk pundak Daisy tiga kali namun hasilnya tetap sama Daisy tidak merespon Rian sedikitpun.
"Daisy Chain?" entah kenapa saat Rian memanggil Daisy seperti itu. Daisy langsung tersadar dari lamunan nya dan itu sesuai dugaan Rian.
"Rian," Daisy yang langsung memeluk Rian dan menumpahkan air matanya di dalam pelukan Rian.
"Ayok kita turun dari panggung," ajak Rian.
Setelah Rian membawa Daisy pergi dari auditorium. Sekolah masih melanjutkan acara pensinya.
* * * *
Rian membawa pergi Daisy ke atas rooftop. Dalam perjalanan dari auditorium hingga ke rooftop Daisy tidak berhenti menangis. Daisy terus menangis bahkan suara tangisan nya bertambah kencang.
"Hey, lo kenapa jadi nangis kaya gini?" tanya Rian yang heran kenapa Daisy bisa nangis. Padahal kan tadi dia sedang bermain piano.
"Gue juga gak tau," jawab Daisy yang masih dalam kondisi menangis di pelukan Rian. Sedangkan Rian di buat bingung oleh Daisy.
"Tapi tadi pas gue tutup mata," Daisy melepaskan pelukan nya pada Rian dan Rian menghapus sisa air mata di pipi Daisy saat Daisy sedang berbicara.
"Gue liat ada kilasan gitu. Di situ ada dua orang yang satu cowok seumuran lo dan yang satunya lagi anak kecil sekitar umur lima tahun," Rian yang masih mendengarkan ucapan Daisy.
"Anak cowok itu namanya Aldo dan anak kecil itu namanya Lia tapi gue gak tau anak kecil itu gue atau bukan soalnya wajah mereka berdua gak keliatan kaya di sensor gitu." Rian yang tersenyum lucu kepada Daisy saat mendengar dua kata terakhir yg diucapkan oleh Daisy.
"Tapi aneh nya gue malah sedih saat anak kecil itu manggil anak cowok itu dengan panggilan 'Kak Aldo', gue ngerasa sedih banget Rian," Daisy yang mulai menangis lagi.
"Udah cup, cup, cup jangan nangis lagi ya," Rian yang menenangkan Daisy tapi malah membuat Daisy kesal.
"Ihk lo pikir gue anak bayi apa di tenangin nya kaya gitu!" kesal Daisy.
"Harusnya lo kasih gue berlian, perhiasan, tas branded, atau... traktir gue shopping selama dua tahun. Itu cara buat tenangin gue supaya gue gak nangis lagi," ucap Daisy.
"Pemerasan," Rian pergi meninggalkan Daisy.
"RIAN! Gue nangis lagi nih!" Daisy yang berusaha agar dirinya bisa mendapatkan salah satu yang ia sebutkan tadi tapi Rian malah acuh kepada Daisy.
"Aish! Gagal dah gue buat morotin Rian," gumam Daisy.
"Rian tungguin gue!" Daisy yang menyusul Rian.
* * * *
"Daisy lo kemana aja? Lo baik-baik aja kan? Gue khawatir banget sama lo." Ella langsung menghampiri Daisy saat Daisy ingin masuk ke dalam kelas.
Ella tadi setelah balik dari kamar mandi ia mendengar kalo Daisy menangis saat bermain piano dan di bawa oleh Rian. Karena Ella tidak tau Rian membawa Daisy kemana jadi Ella memutuskan menunggu Daisy di depan kelas. Ella mengkhawatirkan Daisy.
Daisy mengangguk kan kepalanya. "Gue abis dari rooftop sama Rian."
"Oh iya tadi kata OSIS kita boleh pulang. Soalnya KBM lagi gak diadain dulu," jelas Ella.
"Kenapa?" Daisy masuk ke dalam kelas untuk memasukkan buku-buku miliknya yang berantakan di atas meja ke dalam tas.
"Kan lagi pensi." Ella yang mengikuti Daisy dan memasukkan bukunya yang ada di dalam kolong meja ke tasnya.
"Bey the way gue boleh main ke rumah lo gak?" tanya Ella.
"Lo mau main ke rumah gue?" tanya Daisy tak percaya yang di jawab anggukan oleh Ella.
"let's go!" seru Daisy yang langsung keluar kelas bersama Ella dengan raut wajah bahagia.
Di sepanjang koridor Daisy dan Ella saling bertukar cerita entah apa yang mereka berdua bicarakan tapi ada beberapa cerita yang membuat Daisy dan Ella tertawa geli. Bahkan mereka berdua sampai mengeluarkan air matanya.
"Aduh, Daisy udah dong perut gue sakit banget," mohon Ella.
"Heh! Ini kan gara-gara cerita lo yang konyol itu," ucap Daisy yang masih tertawa. Mereka berdua itu tertawa karena cerita Ella yang sangat menggelitik.
"Liat nih gue sampe ngeluarin air mata," Daisy menghapus air matanya.
Saat Daisy dan Ella sedang sibuk tertawa dengan cerita lucu dari Ella tiba-tiba Daisy tersandung untungnya Ella memegang pundak Daisy jadi Daisy bisa menyeimbangkan dirinya agar ia tidak jatuh.
"Astaga!" sontak Daisy saat dirinya tersandung.
"Daisy!" Ella yang langsung memegang pundak Daisy agar Daisy tidak terjatuh.
"Itulah akibatnya kalo orang yang suka deket-deket sama Rian," ucap Irene santai sambil melihat kuku-kukunya.
"Eh Nenek lampir! Daisy gak pernah deketin Rian sedikitpun tapi Rian yang deketin Daisy," jelas Ella yang tak terima karena sahabatnya di perlakukan seperti ini dengan Irene.
"Rian gak akan deketin temen lo itu kalo dia gak kecentilan dan gue yakin pasti Rian deketin lo karena ada maksud terselubung," ucap Irene dengan menatap Daisy dengan tajam.
"Udahlah Nenek lampir, terima aja kenyataannya kalo lo itu emang gak pernah dilirik sedikitpun sama Rian. Buktinya Rian malah memilih deket sama Daisy di banding nenek lampir kaya lo," ucap Ella dengan santai.
"Maksud lo panggil gue Nenek lampir dari tadi itu apa huh? Gue tuh gak ada urusan sama lo ya," ucap Irene yang tidak terima jika dirinya di panggil nenek lampir.
Irene menunjuk pundak Ella dan mendorong Ella dengan jari telunjuknya. "Jadi lo gak usah ikut campur."
"Gue manggil lo dengan sebutan nenek lampir ya karena sifa lo yang sebelas dua belas sama nenek lampir!" Ella melipat tangan nya di depan dada.
"Dan gue berhak ikut campur karena Daisy adalah sahabat gue." sambung Ella.
Daisy yang sedari tadi melihat perdebatan antara Ella dan Irene akhirnya jengah dan membuat kepalanya jadi pening apa lagi Ella dan Irene sama-sama memiliki suara yang cukup lantang dari dirinya.
"Udah-udah cukup! Ella ayok kita pulang," ucap Daisy sambil memegang pergelangan tangan Ella.
"Tap__" ucapan Ella terpotong karena Ella mendapatkan tatapan tajam dari mata Daisy.