"Kiara," Rendy berteriak dari bawah ruang makan, tapi tidak ada jawaban dari dalam kamar Kiara
"Kemana dia?" tanya Randy pada Faisal, Faisal mengangkat bahu nya.
"Bi," Randy memanggil asisten rumah tangganya.
"Ya Den, ada apa?" tanya Bi Ika menghampiri Randy.
"Panggilkan Kiara dikamarnya, mungkin dia masih tidur," Perintah Randy pada Bi Ika
"Non Kiara tadi pagi sudah keluar Den" Bi Ika menjelaskan
"Kemana? Kok gak kasih tahu saya, kalau dia keluar rumah?" tanya Rendy pada Bi Ika
"Tadi dia bilang mau lari pagi Den" Pake Baju Olah raga sepatu kets sama pasang headset di telinganya," Bi Ika menjelaskan, Randy lalu mengambil telepon genggamnya
"Sudah aku masukan gps di telepon genggamnya jadi gak bisa kabur kemana-mana dia," Faisal menunjukan pada Randy gambar di telepon genggamnya, di map terlihat bahwa Kiara sedang ditaman kota dekat rumahnya.
"Aku susul," Faisal berdiri dari kursi nya lalu keluar rumah untuk menyusul Kiara
***
"Enak juga ternyata lari pagi," Faisal duduk disamping Kiara yang sedang mendengarkan musik, Kiara terkejut dan memalingkan wajahnya kearah Faisal.
"Sejak kapan kakak suka lari pagi?" Kiara bertanya pada Faisal karena heran, kakaknya tiba-tiba sudah disampingnya.
"Sejak sekarang," Faisal tertawa.
"Kiara," Kiara memalingkan wajahnya kearah suara yang memanggilnya, dilihatnya Ririn sudah memanggilnya, Ririn adalah teman sebangkunya walau sebangku Kiara jarang bertegur sapa kecuali Ririn yang menyapanya terlebih dahulu.
"Hai Rin," Kiara berkata sambil mengangkat tangan kanannya
"Ayo lari lagi," Pinta Ririn pada Kiara, Kiara kemudian berdiri diikuti Faisal mereka kembali berlari mengitari taman Kota.
"Aku pulang duluan ya, jangan lupa besok ada Tugas kelompok buat pelajaran Bahasa Indonesia," Ririn berkata sambil melambaikan tangannya.
"Temanmu cantik," Faisal berkata sambil berjalan disamping Kiara.
"Kalau cantik kenapa gak kenalan?" tanya Kiara.
"Orang gak dikenalin. Masa mau nyosor, mak comblangnya aja cuek aja," Faisal menggoda Kiara.
"Idih,sejak kapan aku jadi mak comblang kakak, gak ada lah dikamusku nyomblangin orang kenalan aja sendiri, cowok ko penakut," Kiara berlari meninggalkan Kakaknya .
***
"Pagi Om," Darren berdiri didepan meja makan didepan Indra, dia menggunakan kemeja putih garis-garis biru dengan celana kain biru bentuk tubuhnya yang bagus terlihat rapi dengan setelan kemeja dan celana kain.
"Pagi juga Darren," Indra membalas sapaan, Darren kemudian tersenyum dan mempersilahkan Darren untuk duduk.
"Kamu sudah sarapan?" Tanya Indra
"Sudah Om tadi sebelum berangkat kemari," jawab Daren Menjelaskan
"Maaf ya Om merepotkan kamu, 6 bulan lagi Kiara selesai sekolahnya, om percayakan dia sama kamu, bantu dia belajar setelah dia lulus kamu baru bisa full mulai belajar kerja dengan Om," Indra menepuk bahu Darren sambil tersenyum.
"Tapi jangan Lupa pekerjaan management yang dikirim lewat email tolong diselesaikan, kalau ada yang tidak mengerti kamu tanyakan pada Faisal," Indra berkata lagi pada Darren.
"Baik Om jangan Khawatir saya akan berusaha menjalankan dengan baik," Darren tersenyum.
"Hai Darren, Sarapan?" Faisal Duduk dikursi meja makan berhadapan dengan Daren
"Sudah Mas tadi sebelum kemari," jawab Darren pada Faisal.
"Bangun jam berapa? jam segini sudah sampai, sudah sarapan pula?" Tanya Faisal lagi sedikit terkejut.
"Jam 4 subuh selesai sholat subuh sarapan lalu berangkat kemari, kalau masih dibawah jam 6 jalanan belum terlalu macet Mas," Darren menjawab pertanyaan Faisal.
"Iya sih, Kiara mana Pah?" Tanya Faisal pada ayahnya
"Tadi sudah turun, tapi naik keatas lagi. Kamu sudah kasih Darren jadwal pelajaran dan kegiatan Kiara kan?" Tanya Indra pada Faisal.
"Sudah Om kemarin malam," Darren menjawab pertanyaan Indra pada Faisal, Faisal tersenyum.
"Calon Papah memang hebat," Faisal menggoda Darren
"Kiara cepat nanti kamu kesiang," teriak Faisal dari bawah
Iya sebentar," Jawabnya sambil masih mencari sabuk karatenya
"Lagi ngapain sih dia?" Tanya Faisal pada Ayahnya
"Baju karatenya ketinggalan tadi," Jelas Indra pada Faisal, Faisal naik keatas dan membuka Pintu kamar.
"Lama bener ngambil baju Karatenya?" Tanya Faisal dari depan pintu kamar
"Aku cari sabuk karate punyaku, kok gak ada?" jawab Kiara sambil bertanya pada dirinya sendiri
"Kecuci kali," Faisal berkata masih berdiri didepan pintu kamar Kiara
"Sudah turun sana, nanti beli aja di toko olahraga sabuknya," Faisal menarik Kiara untuk keluar dari kamarnya.
"Sudah siang Kiara berangkat sana," perintah ayahnya
"Nih susu sama rotinya bawa, nanti kelaparan lagi kamu," Faisal menyodorkan kepada Kiara.
"Cepat sana kasihan Pak Mahmudi sudah nugguin kamu," Perintah ayahnya, Kiara berlari menuju mobil hitam yang dikendarai Pak Mahmudi, langkahnya terhenti ketika didalam mobil sudah duduk Darren didalamnya, Kiara membuka pintu belakang lalu duduk sambil memakan roti yang tadi diberikan Faisal padanya. Sepanjang jalan Kiara hanya memandang keluar dan terdiam.
"Saya Tunggu diparkiran ya Non" Mahmudi membukakan pintu mobilnya, sementara Darren keluar dari mobil juga lalu mengikuti Kiara masuk kedalam sekolahnya. Beberapa pasang mata memperhatikannya, karena mulai sekarang Kiara akan selalu dikawal. Sekolah mengizinkan Darren mengawal Kiara dilingkungan sekolah kecuali diruang belajar, jadi Darren akan Duduk didekat kelasnya sambil mengerjakan tugas dari kantor ayahnya Kiara.
Kiara berjalan menuju kantinnya sementara Daren mengikutinya dari belakang.
"Wahh bodyguard lu boleh juga Kiara," Doni duduk disebelah Kiara.
"Anda Tolong pindah dari sana," Darren membuka Suaranya
"Ini tempat umum Bung!" Doni naik pitam.
"Terserah, bukankah anda sudah menandatangani perjanjian dengan sekolah untuk menjauh dari Kiara," Darren mengeluarkan kertas dari tas ranselnya lalu memperlihatkan penjanjian yang dibuat oleh Doni dan pihak sekolah.
"Dan ini berlaku selama dia dalam pengawasan saya," Darren memasukan kembali kertas kedalam tas ranselnya, lalu dia mengeluarkan Laptopnya sambil meneruskan pekerjaannya.
"Doni itu satu-satunya teman disekolah," Kiara kesal dengan apa yang dilakukan oleh Darren.
"Itu menurut kamu yang gak bisa memilah teman yang baik dan tidak," Darren berkata sambil mengerjakan pekerjaannya. Kiara terdiam percuma juga berdebat dengan mahluk seperti Darren. "Dia sama saja dengan Ayahnya,' pikir Kiara dalam Hati.
Kiara menghabiskan mie baso dimangkoknya, dia mencari air mineral di meja, dia melihat keatas lemari pendingin, ternyata botol air mineralnya yang tadi dia ambil tertinggal diatas sana. Darren berdiri dari bangkunya lalu mengambil botol mineral dan membayarnya.
"Nih, belum tua udah pelupa," dia kembali duduk dan meneruskan mengerjakan pekerjaanya.
"Terima kasih," Kiara membuka minuman botol lalu menenggaknya. Darren yang melihat hanya menggelengkan kepala, bagaimana tidak gadis cantik yang lebih cocok bertingkah manis ini menenggak hampir setengah botol air mineralnya.
"Pelan-pelan nanti keselek lagi," Darren berkata tanpa mengalihkan pandangannya kedepan laptopnya. Kiara hanya nyengir dan hendak menenggak lagi air minumnya lagi , namun ditahan Darren.
"Aku bilang pelan-pelan minumnya, itu ada sedotan juga." Darren memberikan sedotan yang dia ambil dari tempat sendok di meja kepada Kiara. Dengan ragu Kiara menerimanya lalu memasukan kedalam botolnya dan menggunakannya lalu meminum air mineral dari dalam botol, Darren tersenyum melihatnya
"Aku mau balik kekelas," Kiara berdiri dia bermaksud meninggalkan Darren tapi ternyata salah, Darren sudah lebih dulu berdiri.
"Kapan nih orang masukin laptop ke tasnya" Pikir Kiara dalam hati.
****