"Kita mampir ke Jl. Duri ya Pa, saya ingin beli sop buntut disana," pinta Darren pada Mahmudi.
"Baik Den," Mahmudi menjalankan kendaraan mengikut perintah Daren.
"Turun pa, Kita makan siang bersama," Darren meminta Mahmudi turun dari mobil ketika mereka sudah sampai didepan restoran yang dituju, lalu mereka masuk kedalam bersama.
"Gimana pa rasa soto dan satenya, enakkan?" Darren melihat Mahmudi memakan sotonya dengan lahap.
"Enak Den," kemudian dia meneruskan makanannya.
"Kamu gak nyobain satenya?" Tanya Darren melihat Kiara hanya memakan soto dan nasi saja.
"Aku gak doyan daging kambing," Kiara masih asyik menikmati Sotonya, Darren tersenyum melihatnya, diambilnya satu tusuk sate lalu ditaruh diatas piring Kiara, ia mengambil sendok yang dipegang Kiara untuk melepaskan daging dari tusukannya, Kiara hanya terbengong melihat yang dilakukan Darren.
"Aku kan.." belum sempat Kiara menyelesaikan kalimatnya Darren sudah memasukan sedok berisi daging dan nasi kemulut Kiara.
"Jangan protes coba dulu, lagian itu daging sapi bukan daging kambing," dilihatnya Kiara mengunyah makanan didalam mulutnya, ternyata benar apa yang dikatakan Darren selain enak dagingnya terasa empuk dan lembut dimulut.
"Gimana? Enak?" Daren masih memegang sedok Kiara.
"Sini aku mau makan lagi gak usah disuapin, bukan bocil," Kiara memasukan nasi dan satenya kembali kedalam mulut, Darren hanya tersenyum dengan tingkah Kiara,
"Bagus kalau gitu, berarti udah dewasa sekarang," Darren mengacak-acak rambut Kiara lalu tersenyum ketika Kiara hendak protes karena Rambut diacak-acak Darren.
"Sudah habiskan makanya jangan banyak protes, katanya bukan Bocil lagi," Kiara itu manja namun dia tidak pernah minta dilayani dia mandiri, selama ini Darren membantunya belajar dalam persiapan menghadapi ujian dia tidak banyak bertanya malah jika diberi soal olehnya jarang sekali yang salah , selain pintar Kiara memang sudah mandiri dari kecil dikarenakan dia sudah tidak memiliki mama sejak kecil.
"Den, saya keluar duluan ya, mau merokok dulu," Darren yang sedang memperhatikan Kiara makan, sedikit terkejut.
"ohhhh, iya Pa," Darren kembali menghabiskan makanannya. Sekali dia melirik kearah Kiara yang tampaknya suka dengan sate daging sapinya.
"Aku habiskan ya kak," Kiara mengambil sisa satu tusuk sate dipiring, Darren tersenyum lalu menganggukan kepalanya.
***
"Pah ini undangan untuk acara kelulusan besok," Papah memandang Kiara.
"Kira-kira bagus gak hasilnya?" tanya Papah sambil tersenyum.
"Insya Allah bagus Pah," Kiara duduk depan Indra.
"Kalau jelek kasihan yang ngajarinnya," Papah lalu berdiri sambil mengusap kepala Kiara.
"Kamu mau ambil Jurusan apa nanti?" Tanya Papahnya sambil mengambil buku dari rak buku besar.
"Ambil arsitek, boleh Pah?" tanya nya penuh harap.
"Boleh, kenapa gak, toh selama ini papah tidak pernah melarangmu melakukan sesuatu, selama itu baik," Papah memandang Kiara sambil tersenyum.
"Terima Kasih ya Pah" Kiara memeluk Papahnya sementara mata tua itu Nampak berkaca-kaca, gadis kecilnya sudah mulai dewasa sepertinya.
***
"Pah besok jadikan kesekolah Kiara?" Kiara bertanya ketika mereka sedang menikmati makan malam.
"Iya dong, karena kamu sudah balajar dengan keras, masa Papah gak ngehargai itu," Indra tersenyum menatap putri semata wayangnya.
"Terima kasih Pah," Kiara tersenyum senang karena biasanya kalau tidak Randy yang mengambil pasti Faisal kecuali waktu SMP dulu selalu Papahnya yang ambil.
"Besok mudah-mudahan nilaimu bagus, jangan sampai Papah yang ambil nilainya jelek," Randy mengomentari obrolan Kiara dan Papahnya.
"Gak donk aku kan udah belajar giat selama ini," Kiara membela diri.
"Nilai nya sih bagus, yahhh lumayan lah walaupun angka bolosnya bisa sebanyak 14 hari," Faisal ingat benar ketika menerima raport kiara Rengking 8 tapi bolosnya lebih dari 14 hari.
"Ih ka Faisal ngeselin," Kiara merajuk.
"Jangan buka rahasian dong sal, dia nanti malu sama Darren," Indra malah menggoda Kiara.
"Kamu tuh banyak utang jasa sama Darren, dia gak cuma jagain kamu tapi juga ngajarin kamu, jadi kelewatan kalau kamu selingkuh dari Darren," Faisal kembali menggoda Kiara sementara Kiara wajahnya menjadi merah karena terus digoda.
"Terus kalau sebaliknya gimana?" Kiara terlanjur kesal karena digoda terus.
"Gak mungkin lah Darren selingkuh dari kamu, iya gak Ren?" Randy kali ini yang ikut buka suara. Darren hanya tersenyum.
"Pilihan Papah gak pernah salah kok, iya gak Ren," Indra menepuk bahu Darren yang duduk dekat dengannya.
"Widih" Randy bertepuk tangan.
"Nunggu apalagi lu, Papah udah Kasih lampu hijau," Randy menambahkan.
"Nunggu Lulus kuliah, kasihan kalau kuliah sambil harus ngurusin aku," Darren memandang Kiara hanya menundukan kepala dengan menikmati makan malamnya, karena mukanya sudah seperti kepiting rebus digoda oleh Kakak-kakak dan ayahnya.
***
"Terima kasih untuk para orang tua yang sudah hadir untuk melepas Putra-putri kita tercinta, tanpa terasa 3 tahun sudah berlalu banyak kejadian yang menyenangkan, yang membahagiakan juga menyedihkan yang menyenangkan begitu banyak prestasi yang ditoreh oleh anak-anak kita bahagia karena karena 100 persen siswa kami lulus dan dengan nilai ujian akhir tertinggi pertama tingkat provinsi dan ke 4 untuk tingkat nasional, tapi juga menyedihkan karena kejadian yamg menimpa bekas salah satu murid kita Dony Wiryawan yang harus kembali kesisi Tuhan Yang Maha Esa, karena sesungguhnya semua yang kita lakukan baik maupun buruk akan memberikan dampak pada diri kita sendiri. Baiklah selanjutnya kami umumkan siswa yang mendapatkan dan diterima di Perguruan Tinggi negeri dengan jalur undangan dan untuk itu para siswa yang diterima melalu jalur undangan untuk maju kedepan," kemudian pembawa acara menyebutkan satu persatu nama siswa yang masuk lewat jalur undangan.
Kiara memandang kearah kelasnya, bagaimanapun juga dia punya kenangan semasa SMA dengan Dony, walaupun dia tidak menyangka Dony tega menukar dirinya agar bisa melunasi hutang-hutangnya. namun tetap ada rasa sedih ketika mendengar Dony meninggal dipenjara karena depresi.
"Kiara Arianty Saputra di Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Indonesia," namanya disebut membuat dia terbangun dari lamunannya.
"Ra, ayo cepet dipanggil," Ririn menarik tangannya.
"Ririn Safitri di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil," ternyata namanya juga dipanggil lalu mereka berpelukan dan berjalan menuju panggung. Indra yang melihatnya tersenyum bangga ada air mata disudut matanya.
"Selamat Om," Darren yang menemani Indra ikut tersenyum bahagia dan bangga.
"Terima kasih nak, prestasinya diperoleh karena usaha keras kamu menjaganya," Indra menepuk punggung Darren, Dia tidak salah memilih orang untuk menjaga dan membantu mendidik Kiara menjadi lebih baik.
"Selamat buat siswa berprestasi, untuk yang tidak mendapat jalur undangan masih ada kesempatan melalui jalur yang lain semoga kalian tetap semangat untuk menempuh jalur test, kepada para siswa bisa kembali ke bangku masing-masing kita lanjutkan untuk acara selanjut." Setelah hampir dua jam acara berlangsung akhirnya selesai juga, Kiara menghampiri Darren yang sedang berdiri sendiri karena Papahnya sedang berbincang-bincang dengan kepala sekolahnya.
"Kak," Kiara menghampiri Darren yang mengunakan kemeja abu-abu kontras dengan kulitnya yang tidak terlalu sawo matang tetapi juga tidak terlalu putih sedang membaca pesan dari ponselnya.
"Ya, kenapa Ra?" Darren menutup ponselnya lalu memasukan kesaku celananya.
"Terima kasihnya, sudah banyak membantu aku," Kiara memandang Darren yang hanya tersenyum melihatnya.
"Sama-sama, keberhasilan kamu sekarang itu karena usaha kerja kerasmu, aku cuma membantu sedikiiit," Darren berkata sambil menunjukan tanda sedikit dengan tangannya.
"Ayo kita pulang," pembicara Kiara dan Darren ketika Indra sudah berada didekat mereka. Indra menggandeng bahu Kiara untuk pulang, Darren mengikuti langkah mereka dan berjalan disamping Kiara ada senyum bahagia menghiasi wajah mereka.
***