Aku di lema banget bikin plot untuk cerita ini, pengen mewek sih, pengen buat sad ending tapi kok aku sendiri gak terima klo sad ending.
Happy reading
Jangan lupa vote dan komen
~~~
Berlyvie terbangun sepagi ini saat merasakan mual di ulu hatinya. Tubuhnya ingin bangkit, tetapi niatnya itu terhalang oleh seseorang yang memeluknya seperti guling.
Mualnya tak tertahankan lagi. Tak peduli jika lelaki disebelahnya terbangun saat dia menghempaskan tangan dan kaki yang melilitnya dengan kasar.
Berly berlari masuk ke dalam bilik mandi. Memuntahkan segala isi yang terkandung di dalam perutnya. Kepalanya terasa pening dan tubuhnya melemas saat itu juga.
Sekali lagi, ia memuntahkan semua isi di dalam perutnya hingga tersisa cairan yang begitu pahit di mulutnya. Pijatan lembut terasa di bahu dan tengkuknya. Dengan enggan dia menoleh dan mendapati Tobias menatapnya dengan wajah khawatir.
Berly membersihkan mulutnya dengan berkumur dan mencuci wajah cantiknya. Tangan Tobi mengelus punggung wanita itu hingga hangat.
"Hamil?"
Satu pertanyaan tercetus dari bibir Tobias membuat Berly menoleh dan menyipitkan matanya.
"Memangnya cairanmu sudah sampai di rahimku?"
Berly menghentakkan kakinya melangkah menjauh dari Tobias yang terus menatapnya seperti mangsa.
"Aku ingin keluar. Aku bosan."
Tobi mengulum senyum manisnya. Wanita itu sungguh menggemaskan membuatnya ingin selalu mengukung tubuh indah itu.
"Ganti pakaianmu."
"Bawakan pakaian untuk Ive." Tobi memutuskan telepati nya dan kembali menatap Berly yang saat ini tengah berdiri di jendela kaca yang kemarin dia hancurkan.
"Aku tidak meminta cintamu," Tobi melangkah santai mendekati Berly yang kini sedang menatap kosong ke arah prajurit di bawah sana, "Aku hanya meminta anak darimu," Tobi memeluk Berly dan menciumi pucuk kepala wanita itu, "Setelah itu, aku akan mengantarkanmu pulang ke Ionia."
Berly membuka mulutnya dan kemudian mengatupkannya kembali saat pintu kamar terbuka menampilkan Kano yang sedang memegang pakaian berwarna senada dengan Tobi.
Lelaki itu meletakkan pakaian itu di atas kasur yang tengah tak berbentuk. Seprai yang sudah lepas dari ikatannya. Selimut yang kusut. Bantal dan guling yang berserakan. Meja yang tak ditempatnya. Beberapa vas bunga terjatuh dan pecah. Dan juga pecahan kaca yang memenuhi pojok kamar tepat dimana Tuannya sedang memeluk wanita yang bernama Ive itu.
Ini pemandangan yang amat langka kan?
Apa Tuannya baru saja menjinakkan singa betina?
"Sampai kapan kau mau berdiri disana, Kano?!"
Kano terkejut. Itu bukan suara Tuannya. Tetapi suara wanita yang sedang di peluk oleh Tuannya itu dan wanita itu menatap tajam Kano.
Kano tersenyum di dalam hatinya, pantas saja Tuannya memilih wanita itu untuk menemani tidurnya, ternyata wanita itu sulit di taklukan.
"Maaf Nona. Saya permisi." Kano membungkukkan badannya kemudian berjalan mundur selangkah sebelum ia memutar tubuhnya dan keluar dari ruangan itu.
"Kau....galak." Tobi terkekeh melihat ekspresi sok galak dari Berly. Lelaki itu meletakkan bibirnya di atas bibir manis milik Berly. Hanya mmenyentuh, Tobi tak menggerakkan bibirnya untuk bergerak melumat. Hingga satu gerakan membuat senyumannya mengembang di wajah tampannya.
Berly menarik baju Tobi hingga mereka tak berjarak dan melumat pelan bibir Berly. Tentu saja otak licik Berly sedang bekerja saat ini. Dia akan membuat lelaki di hadapannya ini bertekuk lutut mengemis cintanya setelah ia keluar dari negara antah berantah ini. Bukan tanpa alasan, Berly telah mengetahui cara keluar dari sini walaupun menguras tenaganya nanti.
~~~
Sementara itu, di sebuah kerajaan makmur yang di pimpin oleh Raja Iblis-Raja Daren terlihat seorang pria yang tak berkurang ketampanannya sedang berjalan tergesa dengan amarah yang membuncah di dadanya. Dialah Raja Daren. Sang penguasa.
Lelaki itu menendang kasar pintu besar berbahan logam hingga pintu itu rusak dan terlempar ke lantai.
Kaki panjangnya melangkah kasar menuju sosok lelaki yang tengah memeluk sebuah baju wanita. Di tariknya lelaki itu dengan tangannya yang telah memanas.
"Anak sialan!!!!,"
Brakkkk.
Lelaki itu terlempar menghantam meja hingga memecahkan guci berwarna biru gelap itu.
"Apa kegunaanmu sebagai lelaki, Gavriil!!!"
Raja Daren menarik kerah baju anaknya itu memaksakan sang anak untuk berdiri tegap.
Bughhh!!!
Satu pukulan di pipi membuat Gavriil terhuyung ke belakang dan mengeluarkan air matanya. Bukan, bukan karena sakit. Tapi lebih ke penderitaannya akhir-akhir ini.
Ketidak adaan Berly di sisinya membuat ia linglung dan terasa kosong, hampa memenuhi keenam indranya.
Yang ada dalam pikirannya hanya Berly Berly dan Berly. Hanya rindu rindu dan rindu yang memenuhi hatinya.
Pencarian Berly pun di pimpin oleh Christof dan Galvin. Mereka amat menyayangkan sikap Putra Mahkota yang terlalu tenggelam dalam rindu. Tapi mereka juga tak bisa berbuat apapun. Yang mereka pikirkan adalah dimana lagi mereka harus mencari Calon mempelai Putra Mahkota mereka.
Galvin sendiri telah memporak-porandakan istana Cynuria dan juga werewolf. Dia bahkan tak peduli berapa banyak luka gores yang hinggap di tubuhnya. Yang terpenting adalah mengembalikan kakak iparnya itu ke kerajaannya. Sisi iblis Galvin keluar. Aura kehitaman membuat orang-orang segan memandang.
Galvin dan Gavriil tak jauh berbeda.
"Seharusnya kau malu!! Galvin berusaha mencari keberadaan Berly, sedangkan kau?!!! Hanya diam meratapi kesedihan. Dasar bodoh!!!," Raja Daren menampar pipi Gavriil hingga memerah dan lecet, "Cepat temukan Berlyvie. Bangun kau Gavriil sialan!!!"
Raja Daren mengeluarkan api berwarna biru dari tangannya dan hendak melayangkan api itu ke tubuh putranya,
"Sayang"
suara itu menghentikan pergerakan Raja Daren dan memadamkan api itu sendiri.
"Lenard dan Cassandra datang." suara Ratu Miray memecah kebodohan Raja Daren yang memukuli anaknya sendiri.
Ratu Miray sendiri hanya bisa menggelengkan kepalanya saat Gavriil menatapnya dengan sendu. Ia tak bisa menolong. Ia pun kecewa dengan Gavriil yang terlalu larut dalam kesedihan.
Raja Daren memeluk pinggang istrinya dan segera keluar dari kamar Gavriil yang pintunya telah hancur akibat tendangan dari Ayahnya.
Pelukan pinggang seperti itu.
Gavriil pernah memeluk Berly dengan posesif.
Gavriil pernah memeluk pinggang Berly seperti itu.
Gavriil pernah mengangkat pinggang itu agar Berlynya melingkarkan kakinya di pinggang Gavriil.
Gavriil pernah dan pernah dan pernah.
Akankah Berly kembali kedalam pelukannya? Gavriil sungguh ingin menikam dirinya sendiri agar bisa bertemu dengan moongoddes dan meminta Berly kembali.
Sungguh, ia mencintai wanita itu dengan segenap jiwa dan hidupnya.
Salam,
Putri Mataram