Selamat malam bagi para kelelawar 😁😁😁
.
.
.
.
.
Happy reading.
Jangan lupa klik 🌟
~~~
Terkadang hidup tak melulu tentang kebahagiaan.
Karena pada saatnya, akan datang kesedihan.
Terkadang cinta tak melulu tentang kesetiaan.
Ada kalanya diri harus berkorban.
Seperti saat ini,
Sosok Pangeran Gavriil yang masih menjelma sebagai iblis itu tengah menyayat lengannya agar darah berwarna merah kental itu dapat di hisap oleh sang belahan jiwa.
Bagi Princess Berly,
cairan ini tidak lagi menjijikkan dan berbau anyir.
Bagi Princess Berly,
cairan berwarna merah gelap itu bahkan lebih sedap dari daging panggang.
Rasanya manis.
Mengenyangkan.
Dan tentunya membantu pemulihan kekuatannya serta luka-luka yang berada di tubuh indahnya.
"Sudah?" Gavriil meletakkan tangannya di atas kepala kekasihnya dan mengelus lembut surai panjang nan berkilau itu.
Satu minggu telah berlalu.
Dan kini kulit Berlyvie telah kembali cerah. Warna surainya telah kembali menjadi emas berkilau. Bibir yang semula pucat, telah kembali merah muda dan merekah.
Berly menganggukkan kepalanya seraya membersihkan sisa-sisa darah di bibirnya dengan kain.
Selama satu minggu ini, Gavriil mendonorkan darahnya sebagai makanan utama kekasihnya itu.
Acara pernikahan mereka yang sempat tertahan, akan dilaksanakan lima hari lagi. Bertepatan dengan turunnya salju pertama pada tahun ini.
"Apa yang akan kau lakukan setelah keadaanmu pulih sempurna?"
Berly meletakkan kepalanya agar bersandar pada dada bidang calon suaminya itu. Bulu-bulu halus di area dada itu menjadi mainan tersendiri untuk Berly. "Menyiksa Bibi Liora, mungkin?"
"Amour?" Gavriil terkekeh. Jemarinya menggenggam jemari Berly yang kini mulai tak berada pada tempatnya, "Aku bisa membunuhnya sekarang jika kau ingin."
Berly menggerakkan telunjuknya ke kanan dan ke kiri di udara, "Tidak tidak dan tidak. Aku ingin menyiksanya terlebih dahulu."
"Kau memang pantas untuk menjadi Ratu di negeri ini."
Berly mencubit pucuk dada lelaki itu hingga membuatnya mengerang, "Aku tak butuh menjadi Ratu. Kau tau kan, tugas Ratu itu sangat banyak. Kau ingin kepalaku botak?"
"Kau berlebihan Amour, buktinya Ibunda saja tidak botak."
"Itu karena Raja Daren sangat tergila-gila pada Ibumu."
"Kau benar, Ayahku sangat tergila-gila pada Ibuku. Sama sepertiku, sangat tergila-gila padamu."
Berly menarik bulu berwarna hitam yang terselip di ketiak Gavriil, "Gak nyambung."
"Amourrr!"
Berly tertawa. Alunan melodia tawanya sungguh indah di telinga Gavriil. Dia bersyukur, dewa masih memberikannya kesempatan untuk melihat kesempurnaan dalam hidupnya melalui kehadiran belahan jiwanya.
Sementara di lain tempat.
Seorang lelaki tampan dengan kulit cokelat tengah memantau mereka melalui bola cahaya.
Wajah lelaki itu tampak kesal. Benci. Tak suka melihat kebahagiaan mereka.
"Aku akan merebutnya kembali. Kan ku bawa kembali dia menjadi permaisuriku satu-satunya."
Dia Tobias.
Bukankah dia sudah mati melebur menjadi abu dan hinggap didalam neraka jahanam?
Ya dan tidak.
Ingat, bahwa Kerajaan mereka adalah penyeimbang Negara ini.
Ingat, bahwa Kerajaan mereka di berkahi langsung oleh moongoddes.
Mereka semua mati. Tetapi Dewi Bulan dengan segala pertimbangannya, menghidupkan mereka kembali walau dia harus bertengkar dengan Zeus dan Ares.
"Jangan bermain-main dengan takdir cucuku, Selena."
Pria berperawakan tinggi itu mengacungkan pedang tajamnya tepat di hadapan wajah cantik Selena, Sang Dewi Bulan - Moongoddes.
Selena tersenyum. Tanpa rasa takut, ia menyingkirkan ujung pedang itu dengan jari telunjuknya.
"Ares, takkan aku memberikan ujian pada cucumu jika dia tak sanggup menjalaninya. Tak percaya kah kau padaku?"
Dewa Ares, Dewa perang yang haus akan darah dan merupakan perwujudan dari pembunuhan itu membuang wajahnya. Menduduki kursi berwarna emas itu setelah mengibaskan jubah peraknya.
"Lalu, apa maksudmu dengan menghidupkan kembali Tobias? Hades tidak mungkin berbohong padaku."
Pria dengan rambut ikal sebahunya dan juga jenggot putih itu menghentakkan tombaknya satu kali di lantai yang licin itu.
"Aku ingin mengujinya, Zeus. Maafkan kelancanganku tak meminta izinmu terlebih dahulu." Selena memainkan selendang nya dan dengan senyum indahnya menatap Zeus.
"Jika kau sampai menyengsarakan Berlyvie, maka akan ku bakar jasad Endymion di hadapanmu."
Zeus menatap Selena dengan bengis. Wanita yang memberikannya seorang anak bernama Pandia itu seketika meneteskan air matanya.
Tidak sesiapapun di Olympus tidak mengetahui kisah cinta Selene dan Endymion. Seorang pemuda yang sangat tampan yang telah mengambil hati dan jiwa Selene sehingga wajahnya senantiasa pucat. Kecintaannya terhadap pemuda itu membuat dia di karuniai lima puluh anak perempuan yang disebut Menae.
Bahkan, karena cintanya yang terlalu berlebihan. Selene meminta - memohon kepada Zeus agar mengabadikan Endymion dalam kematiannya.
"Aku menjalankan tugasku dengan sebaik-baik mungkin, Zeus" senyum getir di perlihatkan oleh Selene ketika ia mendengar Zeus menyebutkan nama pemuda yang telah tertanam di hatinya, "Aku tidak menyukai akhir yang sedih. Aku hanya ingin menguji cinta mereka karena takdir mereka ke depannya sangatlah berat. Bahkan keturunan mereka memiliki kekuatan yang tak terkalahkan."
"Apapun itu. Aku tak menginginkan kelalaianmu menjatuhkan cucuku ke dalam pelukan Tobias."
Ares sangat menyayangi cucunya itu. Karena menurutnya, sifat kejam Berlyvie adalah sifatnya. Kekuatan Berlyvie adalah anugerah yang diberikan Zeus langsung saat bayi merah itu lahir. Maka, tak dapat di pungkiri jika langit dan petir bahkan semesta pun dapat berlutut di hadapan Berlyvie.
Hawa dingin menyeruak membuat Berlyvie memeluk tubuhnya sendiri. Cuaca sudah mulai tak menentu mengingat beberapa hari lagi akan turun air yang mengkristal atau biasa di sebut salju. Terkadang panas terik dan sesaat kemudian akan ada angin kencang.
Berly menoleh, saat sebuah coat panjang berwarna hitam memeluk tubuhnya dari belakang. Mendapati Lucas sedang tersenyum ke arahnya.
Lucas mengeratkan baju tebalnya di tubuh Berly, kemudian lelaki itu berpindah berdiri di sisi kiri Berly.
"Aku tidak akan bisa menemanimu setiap saat. Aku harus mengembalikan kerajaanku yang setengah hancur karena ulah ular betina itu."
Berly terdiam, dia tau bahwa Lucas belum menyelesaikan kalimatnya.
"Aku akan pergi setelah acara pernikahanmu dengan Gavriil. Tapi, jika ia menyakitimu - kau tau kan harus berlari ke mana?"
Berly mengembuskan nafasnya dan tersenyum kecut, "Dia tidak akan menyakitiku. Bahkan aku yang terus menyakitinya dengan meminum darahnya. Sekarang, aku merasa menjadi vampir sepertimu"
Lucas tertawa mendengar gurauan garing wanita yang di cintainya itu.
"Seandainya aku mempunyai darah dan detak jantung, akan ku persembahkan itu untukmu. Hahaha, tapi nyatanya vampir tak memiliki itu."
Berly merentangkan kedua tangannya dan membuat Lucas dengan senang hati menyusup ke dalam pelukan hangat tersebut. Di hirupnya dalam-dalam aroma manis dari rambut Berly yang bisa membuatnya tersenyum setelah kehilangan Ayahanda tercintanya.
"Kau bisa meremukkan tulang Calon Istriku jika memeluknya begitu."
Keluhan itu berasal dari Gavriil yang tengah menarik kerah kemeja berwarna putih yang digunakan Lucas.
Berly terkekeh, setidaknya kekasihnya itu telah berdamai dengan sahabatnya dan tak akan bersitegang seperti dulu.
"Kau ini pelit sekali! Kau bisa setiap hari memeluknya. Sedangkan aku? Belum ada lima menit tetapi kau sudah muncul. Dasar Iblis!!"
"Makanya cepat kau cari wanita yang bisa kau peluk" Gavriil menarik Berly untuk masuk ke dalam rengkuhannya membuat Lucas merengutkan bibirnya tak suka.
Lucas melesat menjauh dari sepasang kekasih yang dapat membuat iri hatinya itu. Tidak dapat di pungkiri cintanya untuk Berly tertanam dalam di dalam jiwanya. Tetapi, bukan cinta egois yang dia miliki. Cinta tulus yang merelakan wanita untuk bersama belahan jiwanya. Ingin menjauh, tapi entah kenapa ada sesuatu di dalam diri Berlyvie yang memintanya tetap tinggal.
Lucas hanya berharap, kesialan Berly akan berakhir.
Lucas adalah yang pertama melihat Berly di dunia manusia kala itu. Dia selalu mengingat awal bertemu dengan Berly. Dia terus mengikuti wanita itu hingga masuk dalam academy dan berpura-pura ingin menjadi sahabat. Menawarkan perlindungan saat kekuatan wanita itu belum bisa stabil. Menawarkan bantuan saat mengerjakan tugas academy yang berhubungan dengan hitung-hitungan.
Dia benar-benar menyukai Berlyvie.
Tapi cinta, tak selamanya harus terbalas kan?
Salam
Putri Mataram
Jangan lupa komen
dan Vote.
Love you