Tanduk berbentuk api itu memenuhi sisi kanan dan kiri kepala seorang lelaki. Bola matanya berwarna hitam dan menutupi seluruh warna putih di dalam mata itu. Dua taring gigi atas dan bawah mencuat keluar. Sayap hitamnya berujung besi tajam dan api yang mengelilingi setiap inchi ujung besi itu. Kukunya berubah menjadi panjang dan membiru. Urat-urat di tubuhnya menampakkan diri seolah ingin keluar menghabisi siapa saja yang menghalangi langkahnya.
Dia bukan lagi sosok Pangeran Gavriil. Tapi ia adalah sosok iblis yang bersemayam mendiami tubuh Gavriil. Lirihan wanita yang di cintainya dan kerinduan wanita itu membuat jiwa Iblisnya meronta untuk segera menjemput belahan hatinya itu.
Iblis itu terbang hingga membuat bias cahaya berwarna merah memenuhi ujung sayapnya. George terus terkikik memberitahu letak lokasi Kerajaan yang tak terlihat itu.
Mendarat di tengah-tengah negara Myrpiland yang merupakan sebuah taman bunga yang indah membentang berhektar-hektar. Mata Iblis itu menyapu seluruh objek yang dapat ia lihat dan tatapannya terpaku pada sebuah pelindung berwarna emas yang ia yakini sebagai pintu masuk kerajaan itu.
"Kau tidak membutuhkan kami?"
Iblis Gavriil menolehkan kepalanya ke arah kanan dan menemukan Christof, Gavriil serta Lucas berdiri di sana dengan pakaian hitam mereka.
Gavriil mengabaikan mereka dan mengembalikan pandangannya ke arah pelindung itu.
George mengetuk pelindung itu dengan dahinya. Seketika, pelindung itu perlahan menghilang dan meninggalkan sisa-sisa asap berwarna merah muda.
Sebuah kerajaan terpampang jelas di hadapan mereka. Pintu masuk itu memperlihatkan sebuah desa dengan keadaan yang sepi dan juga remang. Cahaya bulan menerangi perjalanan mereka.
Hawa neraka yang berada dalam tubuh Gavriil membuat angin sejuk berubah menjadi panas. Membuat malam yang dingin menjadi panas sehingga masyarakat yang sedang terlelap segera terbangun.
Sedangkan di dalam sebuah ruangan, seorang wanita sedari tadi meraung-raung dengan lirihnya begitu mencium aroma yang sangat menenangkan itu.
Air matanya sudah tak lagi mampu mengalir. Isakannya mulai melemah. Bahkan mata indahnya kini telah memerah dan kelopaknya membengkak. Ingin sekali dia berteriak 'Gavriil tolong aku' tapi suaranya tak lagi menggema.
Berly benci kelemahan ini.
Berly benci kekalahan ini.
Berly benci kekuatannya menguap entah kemana.
Berly benci kerapuhan ini.
Pintu terbuka, menampilkan sosok Tobias dengan wajah merah padam.
"Tidak akan aku biarkan dirimu kembali ke dalam pelukannya. Walau harus ku korbankan seluruh kerajaanku, tidak akan aku biarkan kau meninggalkanku Ive." Tobias berdesis dengan ketus dan jemari telunjuknya mengangkat dagu Berly agar wanita itu mau menatapnya.
Berly membuang wajahnya dan membuat Tobi menggeram tidak suka.
"Kano!," Tobi berdiri. Dari tangannya keluar sebuah pedang panjang dengan ujung berbentuk bulan sabit, "Bawa dia ke bawah."
Kano mengangguk. Dengan lembut Kano membawa Berly berdiri dan memapah wanita yang katanya di cintai tuannya saat pandangan pertama.
Berly dapat menghirup aroma segar ini. Aroma mint dengan sedikit bubblegum membuatnya ingin segera berhambur ke dalam pelukan pria yang berdiri sejauh sepuluh meter dari hadapannya. Terlihat juga Lucas sedang memandang ke arah Berly dengan tatapan rindu.
Berly ingin mengenyahkan rantai yang mengikat kakinya ini tapi entah mengapa dia merasakan rantai ini di kelilingi oleh kekuatan magis yang kental.
Tobias berdiri dua langkah di depan Berly. Penduduk ramai mengelilingi castil istana tanpa pembatas itu. Para prajurit sudah bersiap dengan benda tajam milik mereka.
"Kembalikan Calon Permaisuriku." suara Gavriil menggema dengan aura hitam yang berkobar di seluruh tepi tubuhnya. Lelaki itu mendekat perlahan dan seketika itu juga Tobias berad di belakang tubuh Berly. Lelaki itu mengulurkan pedangnya di sekitar leher putih Berly.
Gavriil menggeram marah apalagi setelah dia melihat bibir Tobias mengecup leher kekasihnya membuat kemarahannya hingga di ubun-ubun.
"Maju selangkah lagi maka kau akan melihatnya mati" ancam Tobi
Bertepatan dengan selesainya ucapan itu, sebuah panah menancap tepat di lengan Tobi hingga membuat pedang lelaki tersebut menghantam tanah.
Berly berlari ke depan setelah merasakan pergelangan kakinya ringan tanpa rantai yang mengikat. Berlari terus berlari ingin segera memeluk lelaki yang kini berjalan cepat ke arahnya.
Berly menabrakkan tubuhnya dan melingkarkan tangannya ke leher lelaki itu. Gavriil mengangkat pelan tubuh Berly hingga wanita itu bergerak sembilan puluh derajat ke sisi kiri.
"Terimakasih" Berly bergumam sambil menghirup rakus aroma Gavriil.
"Tidak ada kalimat Terimakasih dalam hubungan kita. I love you, Amour." Gavriil mengecup pucuk kepala Berly berulang kali membuat yang berada di sekitar sana merasakan iri.
Gavriil kecolongan. Satu anak panah melesat menembus punggung Berly membuat wanita itu mengaduh kesakitan. Gavriil menggeram marah. Matanya menoleh menuju si pembidik dan seketika itu juga si pembidik hangus menjadi abu.
"Luc"
Lucas yang kini sedang membopong Berly hanya mengangguk menatap Gavriil. Tidak ada yang perlu suara, ekspresi mereka menandakan mereka akan membumi hanguskan Kerajaan ini.
Kulit Gavriil berubah menjadi hitam transparan. Tidak lagi ada kulit di tubuh tegap itu kecuali wajahnya saja.
Galvin mulai berlari ke arah depan dengan Christof yang berlari ke sisi kanan. Para prajurit banyak yang tumbang. Ketajaman pedang dan keahlian Christof tidak perlu di ragukan lagi.
Sedangkan sosok diseberang sana menatap Gavriil dengan tatapan jijik.
"Kau iblis. Kau tak cocok berdampingan dengan Ive-ku." Tobias mengeluarkan cambuk berbahan dasar api dari nadi pergelangan tangan kirinya, sedang tangan kanannya memegang pedang yang mengkilap itu.
Tobias dan Gavriil saling mendatangi dengan wajah marah seolah mengatakan 'Dia untukku bukan untukmu'.
Sraangggg
Pedang Tobias mengarah ke sisi kanan bahu Gavriil namun dengan cepat Gavriil menepis dengan pedangnya.
Mereka bergerak maju mundur dan memutar sambil terus menggesekkan pedang mereka. Tobias melayangkan cambuknya dan mengenai lengan Gavriil membuat lengan itu seolah terbakar dan melepuh.
Tobias sempat tersenyum melihat itu tapi kemudian senyumnya pudar kala Gavriil menyeringai memperlihatkan luka itu kembali seperti semula. Sisi Iblis Gavriil tak akan terkalahkan.
Gavriil mencekik leher Tobias hingga lelaki itu kesusahan bernafas.
"Aku mencintai Ive." Gavriil menghempaskan tubuh Tobi hingga tersungkur di tanah yang telah penuh dengan darah para prajurit.
"Aku bahkan telah membuatnya mendesah." pupil mata Gavriil berubah menjadi merah menyala. Lelaki itu memperlihatkan gigi-gigi taring runcingnya. Menggeram. Gavriil membungkuk, menarik kerah Tobias dan meninju wajah lelaki itu berkali-kali.
Kecemburuan dan kemarahan menguasai jiwa Iblis Gavriil.
"Tidak ada yang boleh menyentuh mate-ku."
Gavriil mengepalkan jemarinya hingga mengeluarkan api berwarna jingga. Api itu menyebar membunuh semua orang yang berada di bawah kepemimpinan Tobi. Membuat jiwa-jiwa mereka menjerit berteriak kesakitan.
Rasanya Iblis Gavriil ingin menyerap jiwa-jiwa yang penuh dosa itu. Terakhir, Iblis Gavriil tersenyum menatap Tobias yang menatapnya dengan penuh amarah.
"Kau tak pantas berdampingan dengan mate-ku," Iblis Gavriil menyeringai menampilkan taring-taring runcingnya, "Lihatlah, kekuatanmu tak sebanding denganku."
Iblis Gavriil melempar bola-bola api ke tubuh Tobias dan membuat tubuh itu di penuhi lubang yang menganga. Terakhir, bola besar Gavriil lemparkan untuk melenyapkan kepala Tobias yang tergeletak di atas tanah itu.
Sepi. Hening.
Darah berceceran. Menggenang membasahi tanah Kerajaan yang diberkahi langsung oleh Dewi Bulan itu. Gavriil memberi kode kepada Galvin dan Christof untuk segera kembali pulang ke Ionia. George merendahkan dirinya, menawarkan Gavriil untuk terbang bersamanya.
Salam
Putri Mataram